Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Oktober 2021, 1 (10), 1345-1359
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v1i10.204 http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL POST OP ORIF HARI KE-1 AKIBAT FRAKTUR
FEMUR SINISTRA 1/3 PROXIMAL COMPLATE
R. Deni Indrawan
1*
, Septia Nur Hikmawati
2
Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon, Indonesia
1, 2
deniindrawancrb@gmail.com
1*
, tiaseptianurhikmawati@gmail.com
2
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
27-09-2021
19-10-2021
21-10-2021
Latar Belakang: Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas
tulang pangkal paha yang dapat terjadi akibat trauma
langsung maupun trauma tidak langsung. Indonesia
menduduki peringkat kedelapan di Asia Tenggara dengan
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Kasus fraktur femur
merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39% diikuti
fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana
penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas
yang biasanya disebabkan oleh kecelekaan mobil, motor, atau
kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian (37,3%)
dan mayoritas adalah pria (63,8%).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal akibat post operasi orif fraktur femur sinistra
1/3 proximal complate secara langsung dan komprehensif
meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, studi kepustakaan. menanyakan langsung
kepada klien, keluarga, perawat, dan dokter yang menangani
dan mengetahui masalah atau keluhan klien.
Hasil: Sesuai hasil temuan di atas terdapat 4 masalah
keperawatan yang muncul diantaranya Nyeri akut, Hambatan
mobilitas fisik, resiko infeksi dan defisit perawatan diri.
Tindakan keperawatan yang utama yang di berikan adalah
management nyeri, latihan mobilitas fisik, monitoring tanda
tanda vital dan perawatanluka post operasi.
Kesimpulan: Kesimpulan dari asuhan keperawatan bahwa
pencapaian hasil optimal dapat dicapai apabila kita
melaksanakan proses keperawatan secara komprehensif yang
meliputi aspek bio-psiko-sosio dan spiritual serta ditunjang
dari kerjasama dengan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
yang lain.
Kata kunci: asuhan keperawatan; gangguan sistem
muskuloskeletal post op orif; fraktur femur
sisnistra.
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1346
Abstract
Background: Fracture of the femur is a break in the
continuity of the hip bone that can occur as a result of direct
trauma or indirect trauma. Indonesia is ranked eighth in
Southeast Asia with fractures due to traffic accidents.
Fractures of the femur are the most frequent at 39%
followed by fractures of the humerus (15%), fractures of the
tibia and fibula (11%), where the biggest cause of fractures
of the femur is traffic accidents. traffic accidents are usually
caused by car, motorcycle, or recreational vehicle accidents
(62.6%) and falls from a height (37.3%) and the majority
are men (63.8%).
Objectives: This study aims to able to carry out nursing care
for clients with musculoskeletal system disorders due to
postoperative orif left femur fracture 1/3 proximal complate
directly and comprehensively covering bio-psycho-social
and spiritual aspects with a nursing process approach.
Methods: This study uses a descriptive method in the form of
a case study with data collection techniques through
interviews, observations, physical examinations,
documentation studies, and literature studies. ask directly to
clients, families, nurses, and doctors who handle and know
the problems or complaints of clients.
Results: According to the findings above, there are 4
nursing problems that arise including acute pain, barriers to
physical mobility, risk of infection and self-care deficit. The
main nursing actions provided are pain management,
physical mobility exercises, monitoring vital signs and
postoperative wound care.
Conclusion: The conclusion from nursing care is that the
achievement of optimal results can be achieved if we carry
out a comprehensive nursing process that includes bio-
psycho-socio and spiritual aspects and is supported by
collaboration with clients, families and other health workers
Keywords: nursing care; post op orif musculoskeletal system
disorders; left femur fracture.
*Correspondent Author : R. Deni Indrawan
Email : deniindrawancrb@gmail.com
PENDAHULUAN
Menurut (Adliyani, 2015) kesehataan adalah keadaan sakit, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial maupun ekomomi. Menurut (Organization, 2015) sehat adalah kondisi
dinamis meliputi kesehatan jasmani, rohani, sosial, dan tidak hanya terbebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan. Sehat secara mental/psikis adalah sehatnya pikiran,
emosional, maupun spiritual dari seseorang.
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1347
Menurut (Fikri & Maesaroh, 2020) sakit adalah keadaan kesehatan yang buruk
ditandai dengan penyimpangan status kesehatan normal. Menurut (Desmeules et al.,
2012) sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.
World Health Organization (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari
5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik (Organization, 2011). Kecelakaan memiliki prevalensi cukup
tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah sekitar 40% (Depkes, 2011). Fraktur di
Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di bawah penyakit jantung koroner
dan tuberculosis (Wulandini et al., 2018).
Menurut (Ariyanti, 2013) Fraktur adalah kondisi ketika tulang patah sehingga
posisi atau bentukmya berubah. Patah tulang dapat terjadi jika tulang menerima tekanan
atau benturan yang kekuatannya lebih besar daripada kekuataan tulang. Riset Kesehatan
Dasar (2011) Menemukan ada sebanyak 45.987, peristiwa terjatuh yang mengalami
fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829
kasus, dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma
benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).
Menurut (Wulandini et al., 2018) dalam jurnalnya, Fraktur femur adalah
diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat trauma secara langsung
(kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami laki
laki dewasa. Apabila seseorang mengalami fraktur pada bagian ini, pasien akan
mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan penderita mengalami syok.
Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi, morbiditas yang lama dan juga kecacatan
apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik. Insiden fraktur femur pada wanita
adalah fraktur terbanyak kedua (17,0 per 10.000 orang per tahun) dan nomer tujuh pada
pria (5,3 per orang per tahun). Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia
dewasa (15 - 34 tahun) dan orang tua (diatas 70 tahun).
Salah satu manifestasi klinis dari fraktur adalah nyeri. Nyeri merupakan perasaan
yang tidak menyenangkan yang sering kali dialami oleh individu yang didefinisikan
dalam berbagai perspektif. Mengantisipasi nyeri pada pasien fraktur dapat dilakukan
secara farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan nonfarmakologis. Salah
satu pengobatan nonfarmakologis yaitu dengan teknik distraksi. Distraksi adalah
memfokuskan perhatian klien pada sesuatu selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa
distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri. Dengan
demikian diharapkan, klien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
kewaspadaan klien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Mendengarkan musik merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat
menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari nyeri.
Menurut (Depkes, 2014) kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu
sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana
penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan
oleh kecelekaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian
(37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%).
Menurut (Tengah, 2013) Angka kematian kecelakaan lalu lintas adalah jumlah
kematian sebagai akibat kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk dalam kurun waktu
satu tahun. Di provinsi Jawa Tengah didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami fraktur,
56% mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami ksembuhan
dan 5 % mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menindak
lanjuti Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal akibat
post orif femur yang penulis tuangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul:
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1348
Post Operasi Orif Hari Ke-1 Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate Diruang
Lavender Bawah Wanita RSUD Kardinah Tegal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan
teknik pengumpulan data dengan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, studi kepustakaan. menanyakan langsung kepada klien, keluarga, perawat,
dan dokter yang menangani dan mengetahui masalah atau keluhan klien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Tabel 1. Diagnosa Keperawatan
Data
Etiologic
Problem
(2)
(3)
(4)
Ds :
- Pasien mengatakan
nyeri pada paha sebelah
kiri
- Nyeri pada femur kiri
Rasa seperti tertusuk-
tusuk, Luka pada kaki
kiri femur, Skala nyeri 5
dan nyeri kadang kadang
Do :
- Keadaan composmentis
- Pasien tampak meringis
- Pasien terpasang elastis
verban
- TTV
TD :120/80mmHg
S : 37
0
C
N : 70 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Trauma tidak
langsung
Fraktur femur
Terputusnya
kontiunitas jaringan
Menstimulus
talamus
Nyeri akut
Nyeri akut
Ds :
- Pasien mengatakan nyeri
bertambah ketika
banyak aktivitas
- Pasien mengatakan
selama di rawat
aktivitasnya di bantu
keluarga
Do :
- Gcs
E = 4M= 6V= 5
Post op adanya luka
insisi
Terputusnya
jaringan
Kerusakan jaringan
dan sel
Hambatan
mobilitas fisik
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1349
- Post op hari ke-1
- Kekuatan otot 4 5
3 5
Merangsang reseptor
nyeri
Nyeri
Hambatan mobilitas
fisik
Ds :
- Pasien nyeri post operasi
orif hari ke 1 femur
sinistra
- Pasien mengatakan
verban basah
Do :
- Perban luka nampak
basah
- Panjang luka 10 cm
- Hasil leukosit 15/mm
3
Luka operasi
Tempat masuknya
mikroorganisme
Tidak adekuat
pertahanan imun
Resiko infeksi
Resiko tinggi
infeksi
Ds :
- Pasien mengatakan
belum pernah keramas
selama ± satu minggu
DO :
- Kulit kepala tampak
kotor, dan terdapat
ketombe
- Kuku klien kotor dan
panjang
Post op fraktur
femur
Diskontuitas tulang
Gangguan fungsi
tubuh
Defisit perawatan
diri
Defisit perawatan
diri
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan , post operasi fraktur femur
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada paha kiri, nyeri seperti di tusuk
tusuk, bertambah nyeri saat klien banyak aktivitas dan berkurang saat istirahat,
nyeri kadang kadang, Skala nyeri 5(1-10).TD :120/80mmHg. N : 70 x/mntRR : 20
x/mnt S : 36
0
C.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan angka neuromuscular
nyeri ditandai dengan pasien mengatakan nyeri bertambah ketika banyak aktivitas,
aktivitas klien di bantu oleh keluarga.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan pasien
post operasi orif dan perban nampak basah, panjang luka post op 10 cm, Hasil
leukosit 15/mm
3
.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ganggun fungsi ditandai dengan pasien
mengatakan belum pernah keramas, rambut nampak kotor terdapat ketombe.
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal
Complate 1350
3. Intervensi keperawatan
Tabel 2. Intervensi keperawatan
No
Diagnosa
keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Nyeri akut
berhubungan
dengan trauma
jaringan post op
fraktur
Tupan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri berkurang
Tupen :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien mampu :
Pasien mampu
menjelaskan kembali
tentang nyerinya
Pasien mau melakukan
teknikdan relaksasi
Skala nyeri berkurang, dari
skala 4 menjadi skala 2
TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
S : 36
0
C
N : 70 x/mnt
RR : 20x/mnt
1) Kaji tingkat nyeri dan kaji tanda
tanda vital
2) Jelaskan bahwa nyeri terjadi
beberapa jam setelah pembedahan
3) Ajarkan teknik relaksasi
4) Lakukan kolabarasi dengan
dokter untuk pemberian analgetik
5) Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
1) untuk menentukan intervensi
selanjutnya
2) nyeri post operasi terjadi
sampai 6 jam setelah operasi
3) untuk mengurangi nyeri
4) obat analgetik diharapkan dapat
mengurangi nyeri
5) untuk memberikan kenyamanan
dan menghindar terjadinya
resiko jatuh
2
Hambatan
mobilitas fisik b.d
kerusakan rangka
neuromuscular,
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan hambatan mobilitas
1) Observasi keterbatasan gerak
pasien dan catat respon pasien
terhadap imobilisasi
1) Untuk mengetahui seberapa
jauh tingkat perubahan fisik
klien (keterbatasaan gerak)
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal
Complate 1351
Nyeri
fisik teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien mampu :
pasien mampu
menjalankan kembali
tentang mobilitas fisik
pasien mampu
mendemonstrasikan ulang
tentang mobilitas fisik
tonus otot bertambah kuat
2) Ajarkan pada pasien untuk
berlatih secara aktif /pasif dari
latihan ROM
3) Monitoring tanda tanda vital
sebelum dan sesudah latihan
4) Konsultasikan dengan ahli terapi
fisik/spesialis,rehabilitasi
5) Atur posisi yang nyaman
2) Dapat menambah dari aliran
darah keotot dan tulang
melakukan gerakan sendi dapat
mencegah kontraktur
3) Untuk mengetahui mnormal atu
tidaknya
4) Konsultasi dengan ahli terapi
dapat menciptakan program
aktivitas,latihan Individu
5) Untuk meningkatkan
kenyamanan klien
3
Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan posedur
invasif
Tupan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan resiko infeksi teratasi
Tupen :
Setel;ah dilakukan asuhan
keperawatan selam 1x24jam
diharapkan pasien mampu :
Luka bersih
Tidak ada tanda tanda
infeksi
Leukosit berkurang
Suhu dalam batas normal
1) Kaji tahap perkembangan luka
2) Pantau peningkatan suhu
3) Berikan perawatan luka dengan
teknik aseptik
4) Kolaborasi pemberian antibiotic
sesuai indikasi
5) Ajarkan teknik perawatan luka di
rumah
1) Untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan luka
2) Suhu yang meningkat dapat
menidentifikasi proses
peradangan
3) Teknic aseptik membantu
mempercepat penyembuhan
luka dan mencegah terjadinya
infeksi
4) Untuk membunuh
mikroorganisme pathogen yang
masuk
5) Untuk pengetahuan pasien dan
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal
Complate 1352
keluarga
4
Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan gangguan
fungsi tubuh
Tupan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x12 jam
diharapkan defisit perawatan diri
teratasi
Tupen ;
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien dapat :
1. Pasien tau cara keramas
2. Pasien dapat melaukan
ADLs mandiri dan dibatu
jika pasien mengalami
kesulitan
3. Keluarga dapat berkerja
sma dalam pemenuhan
ADLs
1) Monitoring kemampuan pasien
untuk keramas
2) Dorong pasien untuk melakukan
perawatan diri selama di rawat
3) Ajarkan pasien bahwa perawatan
diri itu sanagat penting
4) Ajarkan keluarga untuk menolong
pasien jika pasein tidak dapat
mampu melakukan sendiri
1) Menegtahui cara berkeramas
pasien
2) Menyatakan nyaman setelah
perawatan diri
3) Untuk pengetahuan pasien
4) Dapat melakuakn ADLs dengan
bantuan keluarga
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1353
4. Implementasi
Tabel 3. Implementasi Keperawatan
No
Tanggal
Implementasi
Paraf
(1)
(2)
(3)
(4)
1
26 April 2021
Jam 13.00 WIB
T
1
=Mengkaji nyeri dan dan memantau tanda
tanda vital
R
1
= Skala nyeri 5
S : 36
0
C
N : 78x/mnt
RR : 20x/mnt
TD : 110/80 mmHg
T
2
= Mengajarkan teknik relaksasi
R
2
= Nyeri berkurang
T
3
= Pemberian obat analgetik katarolac 2x1 500
mg,vacillin 2x1 1,5 gr
R
3
= Pasien nampak sedikit tenang, nyeri berkurang
Septia Nur
Hikmawati
2
26 April 2021
Jam 13.10 WIB
T
1
=Memonitor aktivitas dan mobilisasi keterbatasaan
gerak klien
R
1
= Klien berdiri di bantu oleh keluarga
T
2
=Mengajarkan miring kanan dan kiri
R
2
= pasien bisa melakukan tetapi masih dibantu
T
3
=Memberi tahu klien dan keluarga tentang
pentingnya mobilisasi
R
3
=Klien dan keluarga paham dan bisa
mendemostrasikan mobilisasi
Septia Nur
Hikmawati
3
26 April 2021
Jam 13.20 WIB
T
1
= Mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
R
1
= Mencuci tangan dengan handscrub
T
2
= Menganti balutan luka
R
2
= Balutan terpasang dengan baik,tidak basah dan
pasien merasa nyaman
T
3
=Kolaborasi pemberian antibiotik ketarolac
1x500mg
R
3
=nyeri berkurang dan klien tampak tenang
Septia Nur
Hikmawati
4
26 April 2020
Jam 13.25
T
1
=Memonitoring kemampuan pasien untuk keramas
dan gunting kuku
R
1
=Pasien mau berkeramas dan gunting kuku dibantu
oleh keluarga
T
2
=Mengajarkan keluarga untuk mendorong
kemandirian pasien
R
2
= Keluarga dapat bekerjasama dalam melakukan
asuhan keperawatan
Septia Nur
Hikmawati
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1354
5. Evaluasi
Tabel 4. Evaluasi keperawatan
No
Tanggal
Dx
Evaluasi
Paraf
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
26 April
2021
Jam 14.00
WIB
Nyeri akut b.d
trauma jaringan
post operasi
fracture
S : Pasien mengatakan
nyerinya sedikit
berkurang
O:
- Pasien sudah tidak
tampak meringis lagi
- Skala nyeri 3
- Klien paham cara
relaksasi
A : Nyeri akut berhubungan
dengan trauma jaringan
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Septia Nur
Hikmawati
2
26 April
2021
Jam 14.10
Hambatan
mobilitas fisik b.d
kerusakan rangka
neuromuscular,
S : Pasien mengatakan sudah
mulai bisa beraktivitas
sedikit sedikit
O :
- Pasien sudah bisa
duduk sendiri
- Aktivitas nampak
masih di bantu
keluarga
A : Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
fraktur teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
Septia Nur
Hikmawati
3
26 April
2021
Jam 14.20
WIB
Resiko infeksi b.d
luka post operasi
S : Pasien mengatakan nyeri
post op berkurang
O :
- Panjang luka 3 cm
- Leukosit 15 mm/hg
A : Resiko infeksi
berhubungan dengan post
op orif teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Septia Nur
Hikmawati
4
26 April
2021
Jam 14.30
Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan gangguan
fungsi tubuh
S : Klien merasa nyaman
O :
- Klien nampak segar
- Keluarga paham cara
perawatan diri
- Kuku terlihat bersih
dan pendek
A : Defisit perawatan diri
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Septia Nur
Hikmawati
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1355
6. Catatan perkembangan
Tabel 5. Catatan Perkembangan
No
Tanggal
Dx
Evaluasi
Paraf
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
27 April
2021
Jam 09.00
WIB
Nyeri akut b.d
trauma jaringan
post operasi
fracture
S : pasien mengatakan nyerinya
sedikit berkurang
O : Pasien sudah tidak tampak
meringis lagi, skala nyeri 2 (0-10)
A : Nyeri Akut teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV
- Atur posisi nyaman
I:
T
1
: Mengkaji lokasi nyeri
R
1
:
Pasien mengatakan nyeri pada
post operasi sedikit berkurang
T
2
: Mengobservasi TTV
R
2
: TD:120/80 mmHg
S: 36
0
C
N: 70x/mnt
RR:20x/mnt
T
3
: Mengatur posisi yang nyaman
R
2 :
Pasien merasa nyaman
E : Nyeri akut teratasi sebagian
Skala nyeri 2 (0-10)
Pasien tampak tenang
R : Intervensi dipertahankan
Septia Nur
Hikmawati
2
27 April
2021
Jam 09.10
WIB
Hambatan
mobilitas fisik
b.d kerusakan
rangka
neuromuscular,
nyeri terapi
restraksi
S : Pasien mengatakan sudah mulai
bisa beraktivitas
O :
- Pasien sudah bisa duduk sendiri
- Aktivitas sedikit dibantu keluarga
- Pasien bisa makan dan minum
sendiri
A : Hambatan mobilitas fisik teratasi
sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
1. Kaji kemampuan mobilitas
pasien
2. Ajarkan pasien untuk berlatih
ROM secara aktif dan pasif
I :
T
1
: Kaji kemampuan mobilitas
pasien
R1:Pasien meningkat dalam aktivitas,
seperti bisa duduk
T
2
: Mengajarkan pada pasien untuk
berlatih secara aktif/pasif dari latihan
ROM
Septia Nur
Hikmawati
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1356
R
2
: Pasien mampu melakukan
latihan ROM
E : Pasien meningkat dalam aktivitas
tetapi sebagian dibantu, Masalah
teratasi sebagian
R : Intervensi dipertahankan
3
27 April
2021
Jam 09.20
WIB
Resiko infeksi
berhubungan
dengan luka op
S : Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang dan mengerti cara
merawat luka
O :
- Luka post op masih basah
-
Leuklosit 13 mm
3
A : Resiko infeksi teratasi
sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
Septia Nur
Hikmawati
B. Pembahasan
Telah diberikan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem
muskuloskleletal akibat post op orif hari ke 1 fraktur femer sinistra 1/3 proximal complate
dari tanggal 25-26 April 2021 di ruang lavender bawah wanita RSUD Kardinah Tegal.
Perawat melakukan metode keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penulis menemukan beberapa kesenjangan dan
kesamaan yang penulis temukan, diantaranya :
1. Pengkajian
Pada tahap ini, penulis mengumpulkan data dengan bertatap muka
langsung dengan pasien dan keluarga mengunakan teknik wawancara, observasi,
studi dokumentasi, dan studi literature yaitu melibatkan pasien dan keluarga dan
mengidentifikasi data yang diperlukan selama pengkajian dan penulis juga
menyamakan data dengan dokumentasi catatan medis pasien yang berada di
ruangan perawat, penulis melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksan lainnya
seperti pemeriksaan laboratorium dan rotgen.
Penulis menemukan data pada Ny. S dengan post orif fraktur femur sinistra
yaitu pasien mengeluh nyeri di paha kiri, aktivitas dibantu keluarga, terdapat luka
post op orif hari ke-1, dan kebersihan rambut dan kuku pasien kurang terjaga.
Sedangkan dalam teori pasien post op orif adalah sebagai berikut : Nyeri hebat,
bengkak, deformitas, mati rasa dan masalah pergerakan pada anggota tubuh dan
terjadi defisit perawatan diri karena gangguan fungsi tubuh dan pada kasus fraktur
kemungkinan mengalami resiko tinggi infeksi. Dari data di atas, terdapat
kesenjangan maupun kesamaan antara kasus dan teori sehingga penulis tuangkan
dalam hal berikut :
a. Hasil pengkajian yang sama antara teori dan praktik : pasien mengeluh nyeri,
aktivitas terbatas, dan defisit perawatan diri.
b. Hasil pengkajian yang tidak sama dengan teori adalah pasien tidak mengalami
mati rasa.
Penulis dapat simpulkan, bahwa kesenjangan maupun kesamaan antara
teori dan kasus merupakan bukti setiap individu memiliki mekanisme konpensasi
yang berbeda.
2. Diagnosa keperawatan
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1357
Setelah pengkajian, penulis melakukan analisa data untuk menentukan
diagnosa keperawatan pada pasien Ny. S dengan gangguan sistem muskuloskeletal
akibat post op hari ke 1 fraktur femur sinistra 1/3 Proximal complate dengan
diagnosa :
a. Diagnosa keperawatan yang muncul menurut teori
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan angka
neuromuscular nyeri.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh
5) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai darah ke jaringan.
b. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul sesuai kasus, sebagi berikut :
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, post operasi fraktur
femur ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada paha kiri, nyeri
seperti di tusuk tusuk, bertambah nyeri saat klien banyak aktivitas dan
berkurang saat istirahat, nyeri kadang kadang, Skala nyeri 5(1-10).TD
:120/80mmHg. N : 70 x/mntRR : 20 x/mnt S : 36
0
C.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan angka
neuromuscular nyeri ditandai dengan pasien mengatakan nyeri bertambah
ketika banyak aktivitas, aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan tonus
otot 3.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai
dengan pasien post operasi orif dan perban nampak basah, panjang luka
post op 10 cm, Hasil leukosit 15/mm
3
.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan ganggun fungsi ditandai
dengan pasien mengatakan belum pernah keramas, rambut nampak kotor
terdapat ketombe dan kuku klien nampak kotor dan panjang.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat antara tinjauan kasus dan tinjauan
teoritis terdapat kesenjangan yaitu,pada teori terdapat ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer ditandai dengan suplai darah kurang ke jaringan. Namun setelah di
analisis klien tidak ada tanda tanda yang merujuk ke diagnosa tersebut contoh
turgor kulit normal, nadi normal dan proses penyembuhan luka tergolong cepat.
klien hanya beberapa saja hal ini terjadi karena tidak ada tanda dan gejala yang
menunjang dan setiap individu memiliki respon berbeda terhadap penyakit
sehingga menyebabkan respon yang dialami klien berbeda.
3. Perencanaan
Tahap perencanaan penulis tidak menemukan hambatan, karena rencana
tindakan sesuaikan dengan masalah yang muncul dengan mempertimbangkan
kondisi klien sebagai pribadi yang dinamis dilihat dari aspek bio, psiko, sosial dan
spiritual. Adapun rencana yang dicantumkan yaitu guna mengatasi masalah yang
ditemukan pada klien. Penyusun rencana tindakan keperawatan hendaknya melibati
klien, dan keluarga serta tenaga medis lainnya.
4. Implementasi
Tahap implementasi tidak terdapat kesenjangan, namun terdapat kendala hal
ini dikarenakan penulis tidak selalu berada bersama klien. Namun klien bekerja
sama dengan baik, baik dengan penulis, keluarga dan perawat sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan baik.
5. Evaluasi
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1358
Evaluasi merupakan bagian dari proses keperawatan. Penulis mengevaluasi
dari intervensi yang telah dilakukan. Tujuannya diharapkan sesuai dengan kriteria
waktu sehingga dapat mempermudah dalam intervensi selanjutnya. Dalam tahap
evaluasi klien menunjukan respon yang baik adapun permasalah klien.Penulis tidak
mengalami hambatan karena sudah ada kriteria hasil dari keberhasilan yang
tertuang pada tujuan asuhan keperawatan sebagai berikut :
a. Diagnosa keperawatan yang teratasi sebagian
1) Nyeri akut berhubungan dengan fraktur femur. Masalah teratasi sebagian,
skala nyeri berkurang menjadi 2 dan masih diberikan obat analgetik yaitu
caterolac
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur. Masalah teratasi
sebagian karena aktivitas klien nampak dibantu oleh keluarga tapi ada
peningkatan aktivitas klien dari hari ke hari
b. Diagnosa keperawatan yang teratasi
1) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh
masalah ini teratasi karena keluarga klien dapat bekerja sama dalam
memenuhi kebutuhan perawatan diri klien. Pasien ditemani oleh ibunya
yang sangat perhatian.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op. Masalah ini harus
selalu di monotoring selama beberapa hari karena luka post operasi dan
untuk menghindari terjadinya tanda tanda infeksi
6. Catatan perkembangan
Merupakan semua catatan yang berhubungan dengan keadaan pasien
selama dalam perawatan. Catatan ini menyediakan suatu rekaman kemajuan pasien
dalam mengatasi masalah khusus, perencanaan dan evaluasi. Dalam tahap catatan
perkembangan, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti. Keluarga pasien
menunjukan respon yang baik adapun permasalahan klien terayasi, namun jika
masalah muncul kembali penulis sudah menganjurkan ke keluarga untuk
melakukan tindakan keperawatan secara mandiri ataupun merujuk ke pelayanan
kesehatan lain.
KESIMPULAN
Asuhan keperawatan yang penulis berikan pada Ny. S dengan gangguan sistem
muskuloskletal akibat post orif hari ke-1 fraktur femur sinistra 1/3 proximal complate
diruang lavender bawah wanita RSUD Kardinah Tegal yang dilaksanakan pada tanggal
25-26 April 2021 dilaksanakan dengan hati yang tulus dan ikhlash. Penulis melakukan
asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mendokumentasikan ke dalam bentuk karya
tulis ilmiah,maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut World Health
Organization (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang
meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami
kecacatan fisik (Organization, 2011). Kecelakaan memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu
insiden fraktur ekstremitas bawah sekitar 40%.fraktur di Indonesia menjadi penyebab
kematian terbesar ketiga di bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis.
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat
trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya
lebih banyak dialami laki laki dewasa. Apabila seseorang mengalami fraktur pada bagian
ini, pasien akan mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan penderita
mengalami syok.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan gangguan sistem
muskuloskeletal akibat post orif hari ke-1 fraktur femur sinistra 1/3 proximal complate
R. Deni Indrawan, Septia Nur Hikmawati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345-1359
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif
Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra 1/3 Proximal Complate
1359
ditemukan 4 diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan , post operasi
fraktur femur ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada paha kiri, nyeri seperti di
tusuk tusuk, bertambah nyeri saat klien banyak aktivitas, nyeri kadang kadang, Skala
nyeri 5(1-10).TD :120/80mmHgN : 70 x/mntRR : 20 x/mnt S : 36
0
C. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan angka neuromuscular nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri bertambah ketika banyak aktivitas, aktivitas klien di
bantu oleh keluarga dan tonus otot 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif ditandai dengan pasien post operasi orif dan perban nampak basah, panjang luka
post op 3 cm, Hasil leukosit 15/mm
3
.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan ganggun
fungsi ditandai dengan pasien mengatakan belum pernah keramas dan rambut nampak
kotor terdapat ketombe dan kuku nampak kotor dan panjang
BIBLIOGRAFI
Adliyani, Z. O. N. (2015). Pengaruh perilaku individu terhadap hidup sehat. Jurnal
Majority, 4(7), 109114.
Ariyanti, D. (2013). Efektivitas Active Asistive Range of Motion Terhadap Kekuatan
Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik. Karya Ilmiah.
Depkes, R. I. (2011). Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan
Dasar.
Depkes, R. I. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Desmeules, J., Piguet, V., Besson, M., Chabert, J., Rapiti, E., Rebsamen, M., Rossier, M.
F., Curtin, F., Dayer, P., & Cedraschi, C. (2012). Psychological distress in
fibromyalgia patients: A role for catechol-O-methyl-transferase Val158met
polymorphism. Health Psychology, 31(2), 242. https://doi.org/10.1037/a0025223.
Fikri, N., & Maesaroh, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Gangguan
Sistem Endokrin Akibat Diabetes Mellitus di Ruang X (Pangeran Soka) Rsud
Gunung Jati Cirebon. Jurnal Akper Buntet: Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren
Cirebon, 4(1).
Organization, W. H. (2011). WHO report on the global tobacco epidemic, 2011: warning
about the dangers of tobacco. Geneva: World Health Organization.
Organization, W. H. (2015). Report of the 6th meeting of the WHO advisory group on
integrated surveillance of antimicrobial resistance with AGISAR 5-year strategic
framework to support implementation of the global action plan on antimicrobial
resistance (2015-2019), 10-12 June 2015, Seoul, Republic of Korea.
Tengah, D. J. (2013). Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2017. Semarang: Dinas
Provinsi Jawa Tengah.
Wulandini, P., Roza, A., & Safitri, S. R. (2018). Efektifitas Terapi Asmaul Husna
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Rsud Provinsi Riau.
Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(2), 375382.
http://doi.org/10.22216/jen.v3i2.3116
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).