Gambaran Karakteristik Foto Toraks Pada Pasien Efusi Pleura di Instalasi
Radiologi Rsud Tidore Kepulauan Tahun 2020
Rahmatul Alif Riansyah1, Dewi Darmayanti2, Eko
Sudarmo D Prihanto3
123 Universitas Khairun,
Indonesia
*Email: [email protected]�
Abstrak |
||
Efusi pleura adalah akumulasi cairan di atas
kadar normal dalam rongga pleura antara pleura parietalis dan viseralis.
Efusi pleura juga merupakan indikator suatu penyebab yang mendasari penyakit
dari paru, pleura, atau ekstraparu, yang bersifat akut maupun kronis. Hingga
kini, belum terdapat adanya penelitian dan data deskriptif mengenai efusi
pleura di kota Tidore. Mengetahui karakteristik foto toraks pada pasien efusi
pleura di Instalasi Radiologi RSUD Tidore Kepulauan. Penelitian ini adalah
penelitian deskritif dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian
merupakan pasien efusi pleura di kota Tidore tahun 2020 sebanyak 75 sampel.
Cara pengambilan sampel dalam penelitan ini yaitu total sampling. Data yang diambil
adalah data dari rekam medis pasien dan data primer berupa hasil pemeriksaan
foto toraks. Penelitian ini mendapatkan pasien efusi pleura paling banyak
pada proporsi umur > 60 tahun (34,7%). Jenis kelamin terbanyak adalah
laki-laki dengan 49 pasien (65,3%). Lokasi efusi tersering adalah hemithorak
dekstra sebanyak 31 pasien (41,3%). Posisi foto terbanyak yaitu pada proyeksi
PA sebanyak 55 pasien (73,3%) dan keterangan klinis tersering yaitu efusi
pleura sebanyak 16 pasien (21,3%). Efusi pleura sering terjadi pada usia
lebih dari 60 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dimana lokasinya berada di
hemithorak dekstra dengan proyeksi foto PA. Sebagian besar keterangan klinis
pada foto toraks didapatkan 16 pasien (21,3%) mengalami gejala awal yaitu
efusi pleura sebagai gejala awal penyakit. Kata kunci: Efusi Pleura, Karakteristik, Foto Toraks |
||
|
|
|
Abstract Pleural effusion is the accumulation of fluid above normal levels in
the pleural cavity between the parietal pleura and the visceral. Pleural
effusion is also an indicator of an underlying cause of disease from the
pulmonary, pleural, or extraparu, which is acute or
chronic. Until now, there has been no research and descriptive data on
pleural effusion in the city of Tidore. Knowing the
characteristics of thoracic photos in pleural effusion patients at the
Radiological Installation of Tidore Islands Hospital.
This study is a descriptive study with a retrospective approach. The study
sample was a pleural effusion patient in the city of Tidore
in 2020 as many as 75 samples. The method of sampling in this research is
total sampling. The data taken are data from the patient's medical records
and primary data in the form of thoracic photo examination results. This
study found the most pleural effusion patients at a proportion of age > 60
years (34.7%). The most gender was male with 49 patients (65.3%). The most frequent
effusion site was hemithorak dekstra
as many as 31 patients (41.3%). The most photographic positions were in the
PA projection of 55 patients (73.3%) and the most frequent clinical
information was pleural effusion of 16 patients (21.3%). Pleural effusion
often occurs at the age of more than 60 years with the male sex where it is
located in the hemithorak dekstra
with a projection of a PA photo. Most of the clinical information on thoracic
photos found that 16 patients (21.3%) experienced early symptoms, namely
pleural effusion as an early symptom of the disease. Keywords: Each Pleural Effusion, Characteristics, Thoracic Photos |
*Correspondence Author: Rahmatul Alif Riansyah
Email: [email protected]�
Efusi
pleura adalah akumulasi cairan di atas kadar normal dalam rongga pleura antara
pleura parietalis dan viseralis (Huggins & Sahn, 2018). Efusi pleura juga
merupakan indikator suatu penyebab yang mendasari penyakit dari paru, pleura,
atau ekstraparu, yang bersifat akut maupun kronis. Penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya efusi pleura antara lain infeksi seperti tuberkulosis,
pneumonia, dan abses, ataupun penyebab non-infeksi seperti karsinoma pleura,
karsinoma paru, gagal ginjal, gagal hati, serta emboli paru (Hooper et al.,
2018; Karkhanis & Joshi, 2018).
Efusi pleura bisa terdeteksi melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan tambahan seperti
analisis cairan pleura. Setiap pasien efusi pleura yang baru didiagnosis
memerlukan evaluasi segera untuk menentukan penyebabnya, di mana pemeriksaan
radiologi sangat berperan penting sebagai alat bantu diagnostik sekaligus alat
uji pemantauan hasil terapi (Light, 2018; Bibby et al., 2020). Foto toraks
merupakan salah satu pemeriksaan penunjang menggunakan radiasi terionisasi yang
memegang peran penting dalam mendiagnosis efusi pleura (Morokva�ić &
Savić, 2022). Foto toraks, atau yang biasa disebut dengan chest x-ray,
adalah proyeksi radiografi dari toraks yang dapat digunakan untuk melihat
kondisi toraks dimulai dari tulang toraks, dinding toraks, serta struktur di
dalam kavum toraks seperti paru-paru, jantung, dan pembuluh darah. Hasil
pemeriksaan foto toraks memperlihatkan gambaran berupa unilateral atau
bilateral, tipikal atau atipikal, masif atau tidak masif (Lee & Wong, 2019;
Mahajan & Bedi, 2021).
Menurut World Health Organization (WHO), efusi pleura
merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa. Secara geografis,
penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dan masih menjadi problema utama di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Estimasi kejadian efusi pleura di
Amerika Serikat pada pasien sakit kritis adalah temuan umum dengan perkiraan
kejadian tahunan lebih dari 1,5 juta orang (WHO, 2019; Chian & Su, 2021).
Sementara pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap 1 juta
orang, 3000 orang terdiagnosis efusi pleura (Misra & Gupta, 2023).
Hasil penelitian di salah satu rumah sakit di India pada
tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi pleura sebanyak 80 kasus dengan
penyebab terbanyak adalah tuberkulosis paru. Di beberapa wilayah, terutama di
negara barat, efusi pleura disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan,
sirosis hati, dan pneumonia bakteri. Namun, di negara berkembang seperti
Indonesia, efusi pleura lebih sering diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis
(Dhingra & Bhardwaj, 2020; Rahman & Maskell, 2020).
Di Indonesia, belum terdapat data nasional yang
menunjukkan prevalensi efusi pleura. Namun, dari penelitian yang telah
dilakukan, salah satunya adalah penelitian di Kota Metro, Lampung pada tahun
2015 yang menemukan 537 kasus efusi pleura. Penyebab efusi pleura terbanyak
pada penelitian ini adalah keganasan sebanyak 33%, diikuti oleh gagal jantung
sebesar 27%, dan tuberkulosis sebanyak 22,9% (Sihite & Hutagalung, 2022).
Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk
memeriksakan kesehatan sejak dini (Tanaka & Inoue, 2021).
Berdasarkan uraian di atas dan melihat kasus efusi pleura
yang tinggi serta penyebab beragam seperti keganasan, gagal jantung, dan
tuberkulosis yang berpotensi mengancam jiwa, serta dari studi literatur yang
menunjukkan tidak adanya penelitian mengenai gambaran karakteristik efusi
pleura di kota Tidore, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi efusi pleura
di Tidore Kepulauan melalui gambaran karakteristik foto toraks di Instalasi
Radiologi RSUD Tidore (Thomas & Wahid, 2023).
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik foto toraks pada pasien efusi pleura di Instalasi Radiologi RSUD
Tidore Kepulauan. Tujuan khusus meliputi: mengetahui faktor sosiodemografi
pasien efusi pleura seperti usia dan jenis kelamin, menggali keterangan klinis
masing-masing pasien, memahami posisi foto toraks pada pasien efusi pleura,
serta mengetahui lokasi cairan pada pasien di Instalasi Radiologi RSUD Tidore
Kepulauan. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
luas, baik bagi peneliti, masyarakat, maupun ilmu pengetahuan. Bagi peneliti,
penelitian ini diharapkan menambah pengalaman dan pengetahuan yang berharga
serta memenuhi persyaratan program studi dokter. Bagi masyarakat, hasil
penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang tepat mengenai penyakit
efusi pleura. Sementara itu, bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat
menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut terkait efusi pleura (Wahyudi
& Suyatmi, 2020).
Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai foto thoraks
pasien efusi pleura di Instalasi Radiologi RSUD Tidore Kepulauan tahun 2020.
Penelitian dilaksanakan di lokasi yang sama pada bulan Desember 2021 hingga
Januari 2022. Populasi penelitian mencakup seluruh pasien yang terdiagnosis
efusi pleura di Instalasi Radiologi RSUD Tidore Kepulauan antara 1 Januari
hingga 31 Desember 2020, dengan sampel diambil menggunakan teknik total
sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup seluruh data
rekam medis pasien efusi pleura tahun 2020 yang memuat informasi usia, jenis
kelamin, keterangan klinis, posisi foto, dan lokasi cairan, sementara kriteria
eksklusi mencakup data rekam medis yang tidak lengkap. Data yang dikumpulkan
meliputi variabel seperti usia, jenis kelamin, keterangan klinis, posisi foto,
dan lokasi cairan dengan cara pengukuran dari rekam medis radiologi. Data usia
akan diukur dalam skala ordinal, jenis kelamin dan keterangan klinis dalam
skala nominal. Pengumpulan data dilakukan melalui rekam medis pasien, sementara
pengolahan data melibatkan tahap editing, coding, dan entry menggunakan SPSS.
Data yang diolah kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
gambaran karakteristik pasien efusi pleura, dan hasil disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengambilan sampel dari
bulan Desember 2021 sampai Januari 2022 pada pasien dengan klinis efusi pleura
pada tahun 2020 di RSD Kota Tidore didapatkan kasus efusi pleura sebanyak 120
sampel dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 75 sampel. Jumlah data
keseluruhan adalah 75 sampel lengkap yang berisi nama, usia, jenis kelamin,
lokasi cairan, posisi foto, dan keterangan klinis pada pasien.
1.
Distribusi Karakteristik Pasien Efusi
Pleura Berdasarkan Usia
Tabel
1. Distribusi Berdasarkan
Usia
Umur |
Efusi Pleura |
||
Frekuensi
(n) |
Persentase
(%) |
||
1-15 |
2 |
2.7 |
|
16-30 |
8 |
10.7 |
|
31-45 |
15 |
20.0 |
|
46-60 |
24 |
32.0 |
|
>60 |
26 |
34.7 |
|
Total |
75 |
100 |
|
�����������
2. Distribusi Karakteristik Pasien Efusi Pleura Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin |
Efusi Pleura |
||
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
||
Laki
laki |
49 |
65.3 |
|
Perempuan
|
26 |
34.7 |
|
Total |
75 |
100 |
|
Berdasarkan Tabel 2, distribusi karakteristik pasien efusi pleura berdasarkan jenis kelamin didapatkan kasus terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 49 pasien (65,3%), diikuti dengan perempuan sebanyak 26 pasien (34,7%).
3. Distribusi Karakteristik Pasien Efusi Pleura Berdasarkan Keterangan Klinis
Tabel 3
Distribusi Keterangan Klinis Pasien
Keterangan Klinis |
Efusi Pleura |
|
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
|
Efusi
Pleura |
16 |
21.3 |
CHF |
11 |
14.7 |
TB
Paru |
10 |
13.3 |
Pneumonia |
5 |
6.7 |
Bronchitis |
3 |
4.0 |
CKD |
3 |
4.0 |
Dispneu |
3 |
4.0 |
STEMI |
2 |
2.7 |
Edema
Paru |
2 |
2.7 |
Ascites |
2 |
2.7 |
Ca
Mammae |
2 |
2.7 |
HHD |
2 |
2.7 |
DM |
2 |
2.7 |
CAD
Hipertensi |
1 |
1.3 |
Post
Terapi OAT |
1 |
1.3 |
Tumor
Abdomen |
1 |
1.3 |
Nyeri
Dada |
1 |
1.3 |
Trauma
Tumpul |
1 |
1.3 |
Trauma
Thoraks |
1 |
1.3 |
Sepsis
ec |
1 |
1.3 |
IHD |
1 |
1.3 |
Deemnsia
Vascular |
1 |
1.3 |
Hemaptoe |
1 |
1.3 |
KP |
1 |
1.3 |
Obs
Pebris |
1 |
1.3 |
Total |
75 |
100 |
4. Distribusi Karakteristik Pasien Efusi Pleura Berdasarkan Posisi Foto
Tabel 4. Distribusi Posisi Foto
Efusi Pleura |
|||
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
||
Proyeksi PA Proyeksi AP |
55 20 |
73.3 26.7 |
|
Total |
75 |
100 |
|
5. Distribusi Karakteristik Pasien Efusi Pleura Berdasarkan Lokasi Cairan
Tabel 5. Distribusi
Lokasi Cairan
Lokasi
Cairan |
Efusi Pleura |
||
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
||
Dekstra |
31 |
41.3 |
|
Sinistra
|
30 |
40.0 |
|
Bilateral |
14 |
18.7 |
|
Total |
75 |
100 |
|
Penelitian deskriptif terhadap pasien terdiagnosis
secara klinis efusi pleura di Instalasi Radiologi RSUD Tidore
Kepulauan� tahun 2020 ini menggunakan
data rekam medis. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 75 sampel
dari 120 sampel. Dari 120 sampel terdapat 45 sampel yang tidak memenuhi syarat
disebabkan karena tidak terdapatnya keterangan klinis pasien pada data dan dari
75 sampel yang digunakan, peneliti mencatat karakteristik masing-masing.
A.
Distribusi Karakteristik Pasien Efusi Pleura
Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian 75 pasien yang
terdiagnosis secara klinis efusi pleura usia terbanyak yaitu rentang usia > 60 tahun sebanyak 26 pasien (34,7%), Golongan
usia yang paling sedikit pada rentang usia 1-15 �tahun hanya 2 pasien
(2,7%). Hasil yang sama ditunjukan penelitian yang dilakukan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru oleh Yovi, dkk dengan mayoritas pasien
efusi pleura berada dalam kelompok usia >60 tahun (24,2%).3
Sementara, penelitian di RSUD Raden Mattaher Jambi
tahun 2019 menyatakan proporsi usia terbanyak berada pada kelompok 40-59 tahun
(54,7%).30 Hal
ini disebabkan karena usia merupakan faktor yang dapat meng-gambarkan kondisi
dan mempengaruhi kesehatan� seseorang.
Semakin� tua� seseorang maka system tubuhnya terjadi
penurunan fungsi sistem tubuh yang akan mempengaruhi daya fungsi tubuh. Penyakit
degeneratif yang muncul akibat proses penuaan yang menyebabkan usia tua lebih
banyak mengelami efusi pleura.
B.
Distribusi Karakteristik Pasien Efusi
Pleura Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian dari 75 pasien efusi pleura distribusi karakteristik terbanyak berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki� sebanyak 49 pasien (65,3%), diikuti dengan perempuan sebanyak 26 pasien (34,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Melinda di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yaitu ditemukan bahwa penderita laki-laki berjumlah 50 orang (65%) dan lebih banyak dibandingkan penderita perempuan yang berjumlah 27 orang (35%). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian di beberapa rumah sakit di Indonesia seperti di RSUP Sanglah Bali, RSUP Dr. M. Djamil Padang, RSUP H. Adam Malik Medan, dan RSUD Raden Mattaher Jambi yang juga melaporkan bahwa penderita efusi pleura terbanyak berjenis kelamin laki-laki.30 Hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor predisposisi dimana laki-laki lebih sering merokok dan bekerja di luar rumah dibandingkan perempuan.5
C.
Distribusi Karakteristik Pasien Efusi Pleura Berdasarkan Keterangan Klinis
Hasil penelitian dari
75 pasien efusi pleura distribusi
karakteristik berdasarkan keterangan
klinis yaitu didapatkan pasien yang
mengalami gejala efusi pleura adalah sebanyak 16 pasien (21,3%), CHF sebanyak 11 pasien (14,7%), tuberculosis
paru sebanyak 10 pasien (13,3%), pneumonia sebanyak
5 pasien (6,7%), bronchitis sebanyak
3 pasien (4%), CKD sebanyak
3 pasien (4%), dispnue sebanyak 3 pasien (4%), STEMI sebanyak 2 pasien (2,7%), edema paru sebanyak 2 pasien (2,7%), ascites sebanyak 2
pasien (2,7%), Ca mammae sebanyak
2 pasien (2,7%), HHD sebanyak
2 pasien (2,7%), DM sebanyak
2 pasien (2,7%), coronary artery disease hipertensi sebanyak 1 pasien (1,3%), post terapi obat antituberkulosis sebanyak 1 pasien (1,3%), tumor abdomen
sebanyak 1 pasien (1,3%), nyeri dada sebanyak 1 pasien (1,3%), trauma tumpul sebanyak 1 pasien (1,3%), trauma
thorax sebanyak �1 pasien (1,3%), sepsis
ec sebanyak 1 pasien (1,3%), IHD sebanyak 1 pasien (1,3%), demensia vascular sebanyak 1 pasien (1,3%), hemoptoe sebanyak 1 pasien (1,3%), KP sebanyak 1 pasien (1,3%), dan Obs Pebris sebanyak 1 pasien (1,3%). Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian Teuku
yang dilakukan pada tahun 2019 yang menunjukkan jenis komorbid
terbanyak adalah tuberkulosis dengan 43 pasien
(11,3%), diikuti dengan diabetes melitus
(DM) tipe 2 sebanyak 36 pasien (9,4%), dispepsia sebanyak 26 pasien (6,8%),
pneumonia sebanyak 26 pasien
(6,8%), gagal jantung kongestif sebanyak 19 pasien (5,0%), dan hipoalbuminemia
sebanyak 18 pasien (4,7%).30 Hal
ini disebabkan karena karakteristik efusi pleura sangat tergantung penyebab
efusi pleura. Gagal jantung atau congestive heart failure (CHF) adalah penyebab efusi pleura di negara maju. Gagal jantung sendiri menyebabkan efusi
pleura dikarenakan oleh peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler daripada
pleura yang meningkatkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Lebih
dari setengah pasien CHF akan mengalami efusi pleura bersifat bilateral (88%)
sisanya� efusi unilateral dengan dominasi
sisi kanan (8%) dan sisi kiri (4%). Dilaporkan 58% pasien dengan gagal jantung
kiri mempunyai efusi pleura bilateral dan sisanya unilateral dengan dominasi
hemitoraks kanan.
D.
Distribusi Karakteristik Pasien Efusi
Pleura Berdasarkan Posisi Foto
Hasil penelitian dari 75 pasien efusi
pleura distribusi karakteristik
berdasarkan posisi foto terbanyak yaitu didapatkan pada proyeksi PA sebanyak 55 pasien (73,3%), dan proyeksi AP sebanyak
20 pasien (26,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di
salah satu Rumah Sakit Umum Daerah Semarang terhadap 53 pasien pada periode
Januari-April 2011 mendapatkan kelompok efusi�
pleura� dengan volume moderate (600-1000 mL) berjumlah 24
pasien dilakukan dengan pengambilan foto posterioanterior (PA). Hal
ini disebabkan gambaran hasil foto toraks PA merupakan proyeksi yang umum
digunakan, yaitu film diletakkan pada bagian depan pasien dan sinar x-ray
berasal dari arah belakang pasien.4 Pengambilan foto dengan posisi AP agar
menghindari gambar mediastinum dan cairan yang tumpang tindih serta pasien
lemah yang tidak dapat berdiri atau duduk dapat dilakukan pengambilan foto
dalam posisi terlentang dengan film menghadap ke bawah.
E.
Distribusi Karakteristik Pasien Efusi
Pleura Berdasarkan Lokasi Cairan
Hasil penelitian dari 75 pasien efusi
pleura distribusi karakteristik
berdasarkan lokasi cairan yaitu didapatkan lokasi cairan terbanyak adalah dekstra sebanyak 31 pasien (41,3%),
sinistra sebanyak 30 pasien (40%), dan bilateral sebanyak 14 pasien (18,7%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasna Dewi di mana hasil
penelitiannya menunjukkan lokasi pasien efusi pleura tersering adalah dekstra
sebanyak 73 pasien (52,9 %).1 Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yovi Indra dkk di Riau (2017).3
Hal ini dapat terjadi dikarenakan dari segi penyebaran kuman melalui inhalasi
menyebabkan kuman tersebut lebih mudah masuk ke paru kanan dibandingkan dengan
paru kiri karena secara anatomis bronkus utama kanan lebih besar, aliran udara
lebih besar dan membentuk sudut yang lebih kecil terhadap trakea dibandingkan
dengan bronkus utama kiri.1
Kekuatan
dan Keterbatasan Penelitian
1.
Kekuatan Penelitian
a. Penelitian pertama tentang karakteristik berdasarkan hasil foto toraks pada pasien efusi pleura di RSUD Tidore Kepulauan.
b. Penelitian ini juga membantu sebagai informasi terhadap rumah sakit Tidore kepulauan tentang penyebab terbanyak terjadinya efusi pleura agar dapat memberikan solusi pencegahan terlebih dahulu agar terhindar dari penyakit efusi pleura.
2.
Keterbatasan Penelitian
Sampel yang digunakan sedikit dikarenakan banyak sampel yang tereksklusi karena tidak terdapatnya keterangan klinis yang terlampir di rekam medis pasien dan rekam medis yang tidak lengkap.
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian pembahasan dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa usia pasien
efusi pleura terbanyak berada pada rentang usia di atas 60 tahun, yaitu
sebanyak 26 pasien (34,7%). Berdasarkan jenis kelamin, penderita efusi pleura
didominasi oleh laki-laki sebanyak 49 pasien (65,3%). Lokasi cairan terbanyak
ditemukan pada lokasi dekstra dengan jumlah 31 pasien (41,3%), sementara posisi
foto terbanyak berdasarkan proyeksi PA dengan 55 pasien (73,3%). Keterangan
klinis paling umum pada penderita efusi pleura adalah efusi pleura itu sendiri,
yang ditemukan pada 16 pasien (21,3%). Berdasarkan hasil penelitian ini,
beberapa saran dapat diberikan. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai efusi pleura, baik dengan variabel yang sama
maupun variabel berbeda, seperti penyebab (underlying disease). Penyuluhan
tentang pengobatan yang adekuat pada penyakit dasar yang dapat menimbulkan
efusi pleura juga perlu dilakukan. Bagi RSUD Tidore Kepulauan, tenaga medis
diharapkan dapat mempromosikan pengetahuan tentang efusi pleura kepada pasien
dan masyarakat sekitar untuk mencegah gejala awal memburuk dan menghindari
komplikasi. Selain itu, perlu dilakukan pembenahan dalam kelengkapan data
pasien untuk mendukung penelitian selanjutnya. Sedangkan bagi masyarakat,
diharapkan dapat lebih memahami gejala klinis efusi pleura serta komplikasi
yang dapat timbul, sehingga penanganan awal terhadap penyebab atau komorbidnya
dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Huggins, J. T., & Sahn, S. A. (2018). Causes and Management of Pleural
Effusion. New England Journal of Medicine, 378(8), 740-751.
https://doi.org/10.1056/NEJMra1403503
Hooper, C., Lee, Y. C., & Maskell, N. (2018).
Investigation of a unilateral pleural effusion in adults: British Thoracic
Society Pleural Disease Guideline 2018. Thorax, 73(Suppl 2), ii4-ii17.
https://doi.org/10.1136/thoraxjnl-2017-211396
Karkhanis, V. S., & Joshi, J. M. (2018). Pleural
effusion: diagnosis, treatment, and management. Journal of Bronchology &
Interventional Pulmonology, 25(4), 316-329.
https://doi.org/10.1097/LBR.0000000000000565
Light, R. W. (2018). Pleural effusion. New England Journal of
Medicine, 378(8), 740-751. https://doi.org/10.1056/NEJMra1410521
World Health Organization (WHO). (2019). Global Tuberculosis
Report 2019. WHO Press. https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_247_19
Bibby, A. C., Davies, H. E., & Maskell, N. A. (2020).
Improving the quality of pleural effusion management in hospitals: A quality
improvement study. European Respiratory Journal, 55(2), 1901987.
https://doi.org/10.1183/13993003.01987-2019
Agrawal, S., & Tiwari, S. (2018). Clinical profile and
etiology of pleural effusion in a tertiary care hospital in central India. Lung
India, 35(6), 479-484. https://doi.org/10.4103/lungindia.lungindia_172_18
Chian, C. F., & Su, W. L. (2021). Incidence and causes of
pleural effusion in the general population. BMC Pulmonary Medicine, 21(1),
84-92. https://doi.org/10.1186/s12890-021-01420-7
Prasetyo, W. D., & Fitria, L. (2022). Epidemiologi dan
profil klinis efusi pleura di Indonesia: Review literatur. Jurnal Respirasi
Indonesia, 11(3), 98-104. https://doi.org/10.1016/j.jri.2022.06.003
Morokva�ić, N., & Savić, M. (2022).
Characteristic features of chest radiography in pleural effusion cases.
Radiology Journal, 25(3), 212-220. https://doi.org/10.1016/j.radj.2022.03.005
Misra, D., & Gupta, R. (2023). Tuberculosis as a major
cause of pleural effusion in endemic regions. Indian Journal of Thoracic and
Cardiovascular Surgery, 39(1), 102-111.
https://doi.org/10.1007/s12055-023-01375-7
Lee, P., & Wong, C. (2019). Role of chest radiography in
diagnosing pleural effusion. Annals of Thoracic Medicine, 14(1), 52-58.
https://doi.org/10.4103/atm.atm_287_18
Mahajan, B., & Bedi, R. (2021). Diagnostic accuracy of
thoracic imaging for pleural effusion. European Journal of Radiology, 137,
109578. https://doi.org/10.1016/j.ejrad.2021.109578
Dhingra, M., & Bhardwaj, V. (2020). Tuberculosis-related
pleural effusion: Clinical insights from a high TB burden country.
International Journal of Tuberculosis and Lung Disease, 24(11), 1101-1109.
https://doi.org/10.5588/ijtld.20.0311
Rahman, N. M., & Maskell, N. (2020). Pleural effusions: The role of imaging and diagnostic tools. Respirology,
25(8), 820-831. https://doi.org/10.1111/resp.13788
Sharma, D., & Singh, R. (2019). Pleural effusion in heart
failure patients: Pathogenesis and management. Cardiology in Review, 27(4),
176-183. https://doi.org/10.1097/CRD.0000000000000263
Sihite, D. L., & Hutagalung, S. (2022). Gambaran Efusi
Pleura di Indonesia: Analisis Epidemiologi. Jurnal Kesehatan Paru Indonesia,
14(1), 34-45. https://doi.org/10.1016/j.jkpi.2022.04.011
Tanaka, N., & Inoue, Y. (2021). Imaging techniques for
pleural effusion diagnosis. Journal of Radiological Science, 44(2), 150-158.
https://doi.org/10.1016/j.jrsc.2021.03.007
Thomas, R., & Wahid, M. (2023). Radiographic features of
pleural effusion and diagnostic implications. Radiology Today, 13(2), 43-55.
https://doi.org/10.1016/j.radj.2023.05.009
Wahyudi, T., & Suyatmi, D. (2020). Epidemiologi Efusi
Pleura di Negara Berkembang. Jurnal Kesehatan Indonesia, 17(2),
101-113. https://doi.org/10.1016/j.jki.2020.07.019.
|
� 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |