Profil Pendidik dan Pengajar Dalam Konsep Gontor

 

 

Muthmainnah Choliq1*, Marisa Amalia Farkhan2, Alfianisa Kusumaningrum3

Universitas Darussalam Gontor, Indonesia123*

*Email: [email protected]1, [email protected]2,

[email protected]3

 

 

ABSTRAK

Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan dimana Pendidikan yang unggul adalah pendidikan yang disertai profil guru yang merupakan gambaran singkat seorang pendidik sesuai dengan kompetensinya. melalui penelitian ini penulis ingin mengungkapkan profil guru dalam perspektif lembaga pendidikan Islam. Obyek dari penelitian ini adalah salah satu lembaga pendidikan islam ternama di Indonesia, yaitu lembaga pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor. Penelitian ini menggunakan metode pustaka dengan mengumpulkan data dari buku, jurnal, dan literasi yang membahas profil guru secara umum maupun dalam perspektif Pondok Modern Darussalam Gontor dengan tahapan analisis data, penyaringan data, penulisan data, dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profil guru menurut Pondok Modern Darussalam Gontor adalah pendidik dan pengajar yang memiliki karakter dan akhlak yang mulia, selalu meningkatkan dan mengembangkan diri baik intelektual maupun spritual sebagai teladan bagi para santri dan memiliki mental yang tangguh, serta jiwa kepemimpinan yang akan selalu mengawal kegiatan dan penugasan santri sebagai bentuk proses pendidikan terhadap para santri.

 

Kata kunci: profil, guru, pendidik, gontor

 

ABSTRACT

The development and progress of a nation can be seen from the development of education where superior education is education accompanied by a teacher profile which is a brief description of an educator according to his or her competencies. Through this research the author wants to reveal the profile of teachers from the perspective of Islamic educational institutions. The object of this research is one of the well-known Islamic educational institutions in Indonesia, namely the Pondok Modern Darussalam Gontor educational institution. This research uses a library method by collecting data from books, journals, and literature that discusses teacher profiles in general and from the perspective of Pondok Modern Darussalam Gontor with stages of data analysis, data filtering, data writing, and drawing conclusions. The results of this research show that the teacher profile according to Pondok Modern Darussalam Gontor is an educator and teacher who has noble character and morals, always improves and develops himself both intellectually and spiritually as an example for students and has a tough mentality, as well as a leadership spirit that will always oversee the activities and assignments of santri as a form of educational process for the santri.

 

Keywords: profile, teacher, educate, gontor

*Correspondence Author:

Email:

PENDAHULUAN

Modal yang paling mendasari perkembangan dan kemajuan suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah dengan mengembangkan sumber daya manusia dan potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan adanya pendidikan maka karakter manusia akan terbina sebagai makhluk sosial, menjalankan sifat yang mulia, dan menjadikannya makhluk yang beragama. Jika terbina dengan baik maka setiap individu akan memiliki karakter yang bermartabat. Maka dari itu, penting bagi bangsa indonesia untuk menjadikan pendidikan sebagai prioritas yang lebih penting agar bangsa dapat menjadi lebih berkembang dan maju di masa depan.(Dacholfany, 2015)

Pendidikan yang bermartabat dan beragama dapat ditemukan dalam sistem pesantren. Pendidikan didalam pesantren tidak hanya mengajarkan tentang bagaimana beragama tetapi juga menerapkan pembelajaran ilmu umum. Pendidikannya yang terintregasi dan islami tersebut menjadi bukti perkembangan pendidikan dengan berbagai elemen yang tak hanya membentuk karakteristik murid, tetapi juga membentuk karakteristik guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan.(Syarifah, 2016)

Pendidikan karakter guru sangat diperlukan karena guru merupakan unsur kunci dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya pada tataran organisasi dan kelas. Kedudukan guru dalam penyelenggaraan pendidikan sangatlah penting. Kehadiran guru dan kemauannya dalam melaksanakan tugas pendidikannya sangat menentukan terlaksananya proses pendidikan. Guru adalah orang atau seseorang yang menjadi panutan atau role model dalam setiap kegiatan. Dalam bahasa Jawa, dikenal pepatah guru itu di gugu dan ditiru. Pepatah ini memiliki filosofi yakni arti perkataan seorang guru harus dapat dipertanggungjawabkan dan perilaku, perbuatan, dan sikap guru haruslah menjadi teladan bagi muridnya. Istilah ini sangat ditekankan dalam dunia pendidikan, karena guru adalah teladan, khususnya bagi siswa dan masyarakat secara keseluruhan.(Alamin et al., 2023)

Guru yang baik adalah guru yang berpedoman pada profil guru. Victoria Neufed berpendapat bahwa profil adalah tulisan, grafik, atau diagram yang menerangkan sebuah keadaan secara singkat data atau karakteristik seseorang atau hal lainnya.(Mardayani et al., 2020) lalu Sri Mulyani menjelaskan bahwa profil adalah suatu pandangan ringkas, biografi secara garis besar yang dapat menjelaskan seseorang atau kelompok. sedangkan guru adalah orang yang memiliki tanggungjawab dalam mengajar, mendidik, dan membina peserta didik. Lalu, profil guru sendiri adalah gambaran ringkas yang menyimpulkan bagaimana seorang guru yang profesional, ideal, dan mempertahankan perannya terhadap pendidikan. (Kuswahyudi, 2017)

Guru yang ideal adalah guru yang berpedoman pada persyaratan profesi. Profil profesional pada guru adalah hal yang dapat dilakukan kebanyakan guru, namun tidak mudah menjadi guru dengan karakter ikhlas berpedoman pada panggilan jiwa atau bimbingan hati nurani. Karena yang dibutuhkan adalah dedikasi kepada siswa, bukan persyaratan atau orientasi materi. Seorang guru yang pengabdiannya didasari oleh panggilan jiwanya merasa jiwanya dekat dengan murid-muridnya.(Afifah, I., & Sopiany, 2017)

Profil guru yang didasari dengan panggilan jiwa, dan berpedoman pada hati nurani adalah salah wujud dari profesionalitas guru. Guru yang berpedoman pada hati nuraninya akan senantiasa untuk membimbing anak muridnya untuk meneladani rasululah SAW. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT �sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik untukmu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah, dan pada hari kiamat menyebut nama Allah� (QS Al-Ahzab [33]: 21)

Adapun guru yang memiliki profil keteladanan adalah guru yang dapat berperan sebagai pendidik dan pengajar. Tentunya pendidik dan pengajar yang mendidik akal, fikiran, dan jiwa karakter seorang murid sehingga murid tersebut memiliki karakter yang mulia dan dapat meningkatkan kualitasnya dalam memberikan motivasi, teladan dan meningkatkan kreativitas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga pendidikan di Indonesia akan terus mengalami kemajuan.(Sari & Asmendri, 2020)

Namun, pandangan tentang konsep guru dalam perkembangan zaman mengalami gentaran, banyak dari guru yang tidak memiliki kesadaran sebagai teladan dan sebagai pembawa Amanah dalam mendidik anak menjadi pribadi yang mulia. Guru dipandang sebagai profesi semata yang mendapatkan gaji dari pekerjaannya, tak dikit terjadi munculnya sifat egois dalam guru yang mendorong pekerjaan pada arah tujuan materialis. Padahal, hakikat guru adalah yang digerakkan dengan keterikatan jiwa untuk mendidik anak kepada karakter yang teladan dan memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.(Dita Anggraini et al., 2023)

Hakikat Profil guru yang memiliki karakter teladan ini dapat ditemukan di sebuah Lembaga Pendidikan islam ternama di Indonesia, yaitu di Lembaga Pendidikan pesantren Pondok Modern Darussalam Gontor. Dalam mutu Pendidikan gontor sendiri menghasilkan Guru berkualitas untuk mewujudkan generasi berkarakter dengan berbagai upaya dalam meningkatkan kompetensi pendidik. uniknya profil pendidik yang ditanamkan oleh gontor tidak pernah mengalami perubahan dari semenjak berdirinya hingga saat ini (Cahyono & Muswarianto, 2022).

Memandang dari sistem pendidikan di gontor yang dapat mencetak guru dengan kepribadian teladan yang menggerakkan kualitas guru dengan hati Nurani sehingga muncul keteladanan mendorong peneliti untuk mengungkap pandangan gontor terhadap profil guru.

 

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah library research atau riset pustaka dengan memanfaatkan pengetahuan yang didapatkan dari buku dan jurnal yang membahas konsep pendidik dan pengajar menurut perspektif Pondok Modern Darussalam Gontor. Adapun metode riset pustaka adalah metode yang menggunakan literasi dari buku, jurnal, dan media tulis lainnya sebagai rujukan dalam penelitian tanpa memerlukan riset lapangan.(Zed, 2008)

Didukung oleh Khatibah, penelitian kepustakaan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan cara yang sistematis agar menemukan informasi dari data yang dikumpulkan, diolah, dan disimpulkan dengan menggunakan teknik atau metode khusus untuk mendapatkan jawaban dari penelitian yang dilakukan.(Sari & Asmendri, 2020)

Teknik penelitian kepustakaan memiliki arti melaksanakan penelitian dengan membaca berbagaimacam literasi seperti dari buku dan jurnal lalu ditelaah dan disimpulkan dalam rancangan pemikiran dalam penelitian dengan teoritis. Adapun data yang disimpulkan dari literasi harus membawa data yang relevan dalam penelitian. Teknik ini dapat menguatkan penelitan dalam menjelaskan profil guru pada Pondok Modern Darussalam Gontor.(Zed, 2008)

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Pendidik Secara Umum

����������� Profil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pandangan, gambaran, atau grafik yang meberikan fakta tentang hal-hak khusus; sketsa biografis. Dalam bahasa Inggris, kata benda �profile� berarti penampilan, ekspresi wajah, latar belakang, dll. Yang dimaksud dengan pengertian profil disini mengacu pada penampilan eksternal atau kualitatif seorang guru (pendidik), seperti cara berpikir, sikap, dan perilaku/perilakunya.Dalam istilah pedagogi, penampilan atau penampilan kualitatif dapat dipahami setidak-tidaknya sifat, kinerja, profesi, kemampuan, dan etika guru. Istilah-istilah ini sebenarnya saling berkaitan, fokus utamanya adalah pada kompetensi profesional guru. Oleh karena itu, perdebatan mengenai profil guru pada hakikatnya adalah perdebatan mengenai kompetensi profesional guru. Secara spesifik, setiap kompetensi dapat diidentifikasi berdasarkan kriteria profesional profesi guru, seperti fisik, kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan.(Idhar, 2020)

Profil guru dalam konteks profesional berarti membicarakan profil kompetensi seorang guru. Profil kompetensi merupakan kinerja guru dalam melaksanakan tugas yang memenuhi persyaratan sesuai standar kompetensi yang dipersyaratkan. Profil ini selalu mengacu pada aspek kompetensi guru spesialis tersebut.(Dra.Asnah, 2019) Sedangkan Profil guru yang ideal menurut al-Qur�an tidak hanya harus memiliki kualitas yang baik, tetapi juga kemampuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa, seperti yang dikonsep oleh al-Ghazali. Transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan pendidik diperlukannya kualitas sumber daya pendidikan yang mutakhir.(Idhar, 2020)

�Kementrian pendidikan dan kebudayaan Indonesia menetapkan profil pancasila bagi guru setelah meninjau secara yuridis, filosofis, ilmiah, dan historis. Adapun profil pancasila yang harus ada dalam diri guru adalah berkarakter iman dan bertaqwa pada Tuhan yang maha esa, mandiri, memiliki akhlak yang mulia, dapat berfikir kritis, inovatif, kreatif, memiliki jiwa gotong royong, dan jiwa bhineka serta toleransi global.(Irawan et al., 2020)

����������� Guru harus memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan standar pendidikan. Adapun standar kompetensi guru adalah sebagai berikut:

1.      Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah seperangkat keterampilan yang harus dimiliki guru agar berhasil melaksanakan tugas mengajarnya. Kompetensi profesional berarti bahwa seorang guru tidak hanya harus menguasai metodologi, tetapi juga mempunyai pengetahuan yang komprehensif tentang bidang pembelajaran yang akan diajarkan, dalam arti kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat.

2.      Kompetensi Pribadi

�Kompetensi ini adalah sikap pribadi yang memungkinkan seorang guru menjadi teladan bagi orang lain dan menjalankan kepemimpinan

3.      �Kompetensi Sosial

�Kompetensi ini berarti guru harus menunjukkan atau mampu menunjukkan interaksi sosial baik dengan siswa maupun warga sekolah lainnya. Kemampuan untuk melakukan pembelajaran dengan cara terbaik Artinya nilai-nilai sosial lebih diutamakan daripada nilai-nilai materi.

 

Konsep Profil Pendidik dan Pengajar Menurut Perspektif Gontor

Pondok Modern Darussalam Gontor kadang disingkat menjadi Pondok Modern Gontor (selanjutnya disebut PM Gontor), atau cukup disebut Pondok Gontor. Pondok ini didirikan pada senin, 12 Rabiul Awal 1345/ 20 September 1926. Didirikan pada bulan September 1926 oleh tiga bersaudara yaitu KH. Ahmad Sahal (1901-1977), KH. Zainuddin Fanani (1905-1967) dan KH. Imam Zarkasyi (1910-1985), ketiga bersaudara ini lebih dikenal dengan sebutan �Trimurti�.

Di Pondok Pesantren Darussalam Gontor terletak disebuah komplek sekitar 9 hektare di belahan Selatan desa gontor. Karena gontor identic dengan lembaga Pendidikan islam maka desa gontor lebih dokenal dengan pondok pesantren gontor. Awal cikal bakal pondok pesantren gontor adalah berdirinya pesantren tegalsari yang terletak 10 km disebelah pusat Kerajaan wengker di Ponorogo. Pondok Pesantren Tegalsari telah melahirkan banyak kyai, ulama, bahkan tokoh-tokoh masyarakat yang turut berkiprah dalam membangun negara dan bangsa (Dacholfany, 2015). Pondok Pesantren Tegalsari didirikan pada tahun 1742 M pada abad ke-18 oleh Kyai Ageng Muhammad Besari (Bashori). Pada tahun 1742, waktu itu Pondok Tegalsari dipimpin oleh Kyai Ageng Hasan Besari yaitu cucu Kyai Ageng Muhammad Besari, putra Kyai Ilyas (Usuluddin, 2002).

Di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, para ulama memilih metode lain untuk membungkam opini: melalui pendidikan generasi ke generasi dibandingkan debat publik. Para ulama ini mengubah cara mereka mengajar dan mengajar melalui kurikulum mereka. Berbeda dengan pondok pesantren lain yang berhasrat mendirikan madrasah dengan visi globalisasi, Pondok Modern Darussalam Gontor tidak terlalu proaktif dalam mendirikan madrasah. Bahkan KMI (Kulriyatul Mualimin Al-Islamayah) lah yang memilih Trimurti sebagai jenjangnya dan sebagai pelopor pendidikan modern dengan sistem klasikal. Memang benar, jelas menjadi kontroversi pada saat itu, baik di lingkungan Pondok Pesantren itu sendiri maupun di tingkat pemerintahan. Namun ternyata KMI Gontor tetap eksis bahkan mampu bersaing dengan jenjang pendidikan yang sama (Hardoyo, 2008).

Kyai Imam Zakasyi salah satu Trimurti yang berperan besar dalam kebangkitan Pondok Pesantren Gontor. Kyai Imam Zarkasyi menimba ilmu di Padang selama 11 tahun. Namun sebelum Kyai Imam Zarkasyi kembali ke pesantren Gontor, Kyai Ahmad Sahal terlebih dahulu menghidupkan kembali Pondok Pesantren Gontor. Langkah awal Kyai Ahmad Sahal dalam menghidupkan pesantren Gontor dengan mendirikan lembaga Pendidikan yang kemudia di beri nama Tarbiyatul Atfal.

Setelah tiga tahun berdirinya Tarbiyatul Atfal, kemudia didirikan Sullamul Muta�allimin sebagai lanjutan dari Tarbiyatul Atfal. Pada tingkatan ini para santri telah mempelajari kitab-kitab fiqh, hadist, tafsir, keterampilan dan lain-lain. Pada tahun 1936 tepatnya 19 Desember ketika peringatan 10 tahun kebangkitan pesantren gontor diumumkan program Kulliyatul Mu�allimin Al- Islamiyah (KMI). KMI sendiri adalah Pendidikan guru Islam, atau hampir sama dengan sekolah normal Islam pada masa penjajah kemudian diintegrasikan kedalam sistem Pendidikan pesantren (Usuluddin, 2002).

Dalam perjalanannya, didirikanlah lembaga pendidikan tinggi bernama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD) pada tanggal 17 November 1963.Tanggal ini bertepatan dengan tahun 1383 tahun pertama Rajab. Nama PTD kemudian diubah menjadi Institut Pendidikan Darussalam (IPD). Pada tahun 1985, pada saat K.H. Imam Zarkasyi wafat, Untuk memenuhi amanat para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.kemudian di bentuklah Institut Agama Islam Darussalam (ISID). Pembukaan kampus baru di siman membuka peluang dalam merealisasikan amanat Trimurti dan Berdasarkan keputusan Badan Wakaf dan arahan pengurus Pondok Modern Darussalam Gontor, maka dibentuklah pengurus pendiri Universitas Darussalam Gontor pada tahun 2013 kemudian Universitas Darussalam Gontor resmi berdiri dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik No.197/E/O, dengan usaha keras, dukungan berbagai pemangku kepentingan dan dukungan penuh dari pimpinan Pondok Modern. Kemudian, pada hari Sabtu, 18 September 2014, diadakan acara Peresmian Universitas Darussalam Gontor oleh Sekjend Liga Universitas Islam Dunia, Prof. Dr. Ja�far Abdussalam, di Gedung Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Pondok Modern Darussalam Gontor selalu mengadakan penaaran guru baru disetiap tahunnya guna mencetak guru yang ideal. Dalam penataran guru dibekali dengan berbagai nilai-nilai pendidikan yang harus dimiliki oleh guru mengingat bertambahnya umur gontor dan jumlah santri yang ada di gontor. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru di pondok modern darussalam gontor adalah:

1.      Niat di Pondok Modern Darussalam Gontor

Niat ini diperlukan setiap guru digontor agar dapat menjalani tugas dengan maksimal dan siap melaksanakan seluruh tugas dan amanat yang diberikan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor.

2.      Akhlak Kepribadian Guru KMI

Akhlak yang disebutkan adalah akhlak kepribadian sebagai pendidik yang disegani dan juga dicintai, seperti kata pimpinan gontor jikalau Gontor telah memberikan wibawa pada guru, maka guru harus bisa menjaga wibawa tersebut. Yang kedua adalah sebagai teladan bagi siswa, yaitu sebagai qudwah hasanah.

3.      Dapat menjaga nama baik korps guru KMI

Saling menghormati setiap guru dan tidak saling menjatuhkan, menjaga nilai-nilai gontor dan tidak bertindak sesuatu yang melanggar aturan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Guru KMI Pondok Modern Darussalam Gontor mempunyai tenaga pendidik dan pelatih, sehingga guru Gontor dapat berperan sebagai pemimpin, administrator, manajer, supervisor, manajer, dan evaluator. Hal ini memungkinkan guru dalam mendidik, melatih, memberikan tugas, menanamkan kebiasaan baik, membimbing, menjangkau siswa, serta menjadi teladan yang baik uswatu-l-khasanah (Cahyono & Muswarianto, 2022). Seperti firman Allah SWT:

﴿ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ﴾

K.H. Imam Zarkasyi, salah satu pendiri PMDG menjelaskan, ada dua tugas pokok yang harus dilaksanakan guru.

1.      Mengajar.

yaitu guru dapat mengajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Guru sebagai pengajar yang hakiki adalah seseorang yang menikmati waktu mengajarnya, dan mengetahui bahwa kenikmatan mengajar lebih nikmat dari semua kenikmatan yang ada. Guru di gontor diberikan amanat untuk tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu kedalam fikiran para santri, karena itu tidaklah cukup. Selain mengajar guru juga harus membangkitkan dan menyebarkan ruh keikhlasan dan perjuangan kepada santri-santrinya sehingga memiliki mental juang yang kuat. Arti berjuang disini adalah perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah, membela islam, dan terus menyampaikan dan melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW.(Alislamiyah, 2023)

Selain meneruskan perjuangan dalam menegakkan agama Allah SWT, gontor senantiasa meningkatkan mutu dalam kegiatan pengajaran, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, penguasaan teori-teori pendidikan modern, teori-teori yang bersifat Islami dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kedua, ketersedian akan dana yang cukup. Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai kurikulum pendidikan, maka pesantren harus mampu menguasai teori-teori pendidikan dan menerapkannya dalam pembinaan santri. Salah satu wujud teori sistem pendidikan yang baik adalah adanya profesionalisme guru/asatidz. Artinya, kemampuan guru (asatidz/asatidzah) dalam menerapkan kurikulum yang telah disusun. Misalnya, lingkungan pesantren modern memiliki sistem seperti: Pondok Modern Darussalam Gontor selalu mengadakan ujian kualifikasi baik dari segi dzikir maupun pola pikir sebelum memilih guru agar dapat menguasai pengajaran yang ada.Memiliki materi dan mampu menjelaskannya secara umum secara akurat.(Ismail, 2011)

Seorang pengajar tidak akan diperbolehkan mengajar sebelum persiapan mengajarnya selesai dengan baik. Seorang pengajar juga harus memiliki pengalaman dalam mata pelajaran yang diampunya, mengetahui metode pembelajaran yang benar, paham akan karakter peserta didik mulai dari pertumbuhannya, bakatnya, dan kepribadiannya peserta didik sehingga dapat memberikan Pendidikan yang sempurna terhadap peserta didik.(Ahmad, 2014)

Guru adalah seorang yang mulia yang mana menyalurkan ilmunya kepada peserta didik. Lewat pernyataan seorang penyair Mesir Ahmad Syauqi yaitu

� �(قم للمعلم وفّه التبجيلا # كاد المعلّم أن يكون رسولا)

Yang memiliki arti Hormatilah para guru karena mereka hampir seperti kedudukan rosul (Dahlan, 2012).

Tugas pengajar dipondok modern darussalam gontor tertera atas dua paradigma, yaitu paradigma lama sebagai islahul Ma�lumat Ila dzhini wa shabbu hawafidzi nashi� bi masailil funun wal ulum, yang berarti menyampaikan (memperbaiki pola fikir) ilmu kedalam fikiran dan menjaganya dengan seni dan ilmu. Adapun paradigma baru yaitu: membimbing, mendampingi, dan membantu siswa; menciptakan kesempatan atau ruang belajar, menciptakan suasana lingkungan yang baik.(Alislamiyah, 2023)

2.      Mendidik.

Guru atau pendidik dalam terminologi Islam merupakan terjemahan dari kata Murabi, Muallim, Muad'ib yang mempunyai arti berbeda-beda tergantung konteks kalimatnya, padahal mempunyai arti yang sama dalam konteks tertentu. Murabi: Kata Murabi muncul dalam kalimat yang bertujuan untuk menjaga kualitas fisik dan mental. Dalam konteks ini, pendidik mengharapkan peserta didik dapat berkembang secara optimal, baik jasmani maupun rohani. Mua�lim: Kata Mua�lim sering digunakan dalam kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk menyampaikan atau menularkan ilmu dari yang mengetahui kepada yang lebih mengetahui makna ajaran. Muad'dib: Meskipun istilah "Mu'adib" tidak hanya berarti menyampaikan ilmu tetapi juga dapat merujuk pada komitmen untuk bertindak, namun istilah "Mu'd'dib" dianggap lebih terkait dengan konsep Islam.(Rozak, 2020)

Guru harus mampu mendidik dirinya sendiri kemudian mendidik orang lain.Karena tujuan pendidikan dan pendidikan adalah pengembangan pribadi seutuhnya, maka kedua tugas pokok ini harus selalu berkaitan. Oleh karena itu, guru tidak hanya perlu mengajar, tetapi juga perlu mengajar kapanpun dan dimanapun. Karena guru dalam filsafat jawa adalah orang yang dikagumi dan ditiru, atau yang tingkah lakunya patuh dan ditiru. (Ahmad, 2014)

Gontor juga memiliki nasehat-nasehat kyai yang berisikan pedoman dalam pendidikan digontor, dan terus disampaikan dan harus dilestarikan oleh guru-guru pondok modern darussalam gontor kepada santri-santrinya. adapun nasehat-nasehat yang terkenal ini dirangkum dalam 10 �wasiat.�(Kusumaningsih, 2022) Wasiat tersebut adalah:

a.      Berusahalah memahami dirimu sendiri

b.      Latihlah diri berfikir tertib dan terorganisir

c.      Hiduplah dengan optimis dan riang

d.      Bergaulah dengan orang-orang

e.      Jangan menjadi orang yang angkuh dan terlalu percaya diri

f.       Jangan putus asa terhadap sesuatu tetapi jadikanlah itu sebuah pelajaran

g.      Jadikan kehidupan di gontor sebagai pelajaran untuk menghadapi kehidupan sesungguhnya

h.      Saling memaafkan dan sdikit berbicara

i.       Janganlah mengharapkan imbalan atas pekerjaan yang kamu lakukan

j.       Harus bisa memahami bahwa setiap orang itu berbeda

Perbedaan Pendidik dan Pengajar

Perbedaan pendidik dan pengajar mungkin belum banyak diketahui masyarakat umum. Mengajar bukan sekadar profesi, tetapi juga merupakan tanda jati diri, dan prestasi luar biasa Anda akan tetap menyertai Anda selalu dan di mana pun. Guru juga bertanggung jawab atas pendidikan dan bimbingan siswa. Meskipun pendidikan dan pendidikan merupakan istilah yang mirip, namun hasil akhir dari kedua istilah ini sebenarnya berbeda. Pendidikan menitikberatkan pada kepribadian peserta didik, meliputi pembentukan nilai-nilai spiritual, sosial, dan agama.

Pengajar dan pendidik adalah istilah yang berkaitan dengan guru dan tidak dapat dipisahkan. Namun banyak orang yang tidak bisa membedakan antara guru dan pendidik. Hal ini disebabkan karena kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidik tidak mencakup segala macam kegiatan pendidikan dan pendidikan. Pada dasarnya kegiatan mengajar dan mengajar dilakukan oleh guru dalam waktu yang bersamaan, sehingga setiap kegiatan dalam penyediaan bahan ajar mencakup isi pembelajaran dan isi pengajaran. Terdapat beberapa perbedaan penting antara pendidik dan pengajar, antara lain:

Guru sebagai Pengajar

Pengertian guru adalah orang yang tugas utamanya menyampaikan informasi dan pembelajaran kepada siswa. Mereka fokus pada pengajaran pengetahuan dan keterampilan khusus kepada siswa. Seorang guru dikatakan sebagai guru, hal ini terlihat dari salah satu ciri yang melekat pada profesinya. Tugas guru sebagai pengajar adalah memberikan pemahaman ilmu kepada setiap siswa. Kegiatan ini disebut mengajar dan guru berperan dalam kegiatan ini. Guru memastikan setiap siswa memahami materi pembelajaran yang diberikan. Ukuran keberhasilan seorang guru sebagai pengajar muncul dari pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan seorang guru sebagai guru adalah hasil karya dan pengetahuan siswanya.( Pondok Modern Darussalam Gontor, n.d.)

Guru Sebagai Pendidik

Pentingnya pendidik mempunyai jangkauan yang luas dan tidak hanya berfokus pada penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral pada siswa. Seorang guru mempunyai peran tidak hanya sebagai guru tetapi juga sebagai pendidik. Pendidik adalah orang yang mampu menanamkan nilai-nilai karakter, antara lain etika, akhlak, dan akhlak kepada peserta didik. Nilai-nilai tersebut di Pondok Modern Darussalam Gontor dikenal sebagai Sibgah Gontor.(Siapkan Pemimpin Ber-Sibghah Gontori Dalam Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK) - Pondok Modern Darussalam Gontor, n.d.)

Keaktifan guru sebagai pendidik terlihat dari guru yang selalu berusaha membantu siswanya berperilaku positif. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, dalam mendidik siswa tidak cukup hanya dengan menerapkan teori dan pemahaman melalui contoh nyata saja merupakan unsur terpenting dalam penanaman nilai. Anda dapat mengetahui keberhasilan seorang guru dalam mendidik siswanya dengan melihat perilakunya yang semakin baik. Bagaimana mereka dapat menerapkan sifat-sifat tersebut pada siswanya? Guru yang tidak mampu mengubah perilaku siswanya menjadi lebih baik tidak dapat dianggap sebagai pendidik.

Selain itu, ada perbedaan penting antara guru dan pendidik. Itu adalah:

1.      Pendekatan kepada siswa Guru fokus pada materi pelajaran, namun pendidik lebih memperhatikan perkembangan siswa secara keseluruhan.

2.      Tujuan: Sementara guru memastikan bahwa siswa memahami konten, pendidik membentuk karakter siswa dan mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat.

3.      Berinteraksi dengan Siswa Meskipun guru lebih sering berinteraksi dengan siswa ketika membuat bahan ajar, pendidik berinteraksi dengan siswa dalam konteks yang lebih luas yang mencakup aspek sosial dan emosional.

Peran Pendidik dan Pengajar dalam Pendidikan di Gontor

Guru Gontor diharapkan menjadi garda terdepan dalam dunia pendidikan. Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pertama, ia harus menguasai pelajaran yang diajarkan kepadanya. Kedua, tidak cukup hanya belajar saja, Anda juga perlu memahami metode pengajaran yang benar. Ketiga, guru harus mempunyai kemampuan mengajar yang baik. Namun ketiganya belum cukup bagi Gontor. Ada unsur keempat yang mendasari segalanya. Itu adalah jiwa dari guru. Ada pepatah yang mengatakan bahwa metode lebih penting dari pengajaran, dan guru lebih penting dari metode, namun di balik itu ada semangat guru yang lebih penting dari guru itu sendiri.(Sista et al., 2022)

Pekerjaan seorang guru tidak berhenti pada mengajar. Ada juga guru di asrama yang tugasnya bertindak sebagai direktur asrama. Guru menduduki jabatan tertinggi di berbagai organisasi, lembaga, dan klub dengan jumlah pengawas sebanyak 4.444 orang. Itu tidak cukup. Guru perlu mendoakan siswanya, kata KH. Abdullah Syukri Zarkasy pernah berkata: Guru adalah pejabat terpilih dan agen perubahan. (Rochman, 2022) Selain kegiatan gontor, guru juga berperan penting dalam pembentukan karakter peserta didik atau santrinya. Sebagai tugas utama seorang pendidik yaitu membangun kepribadian anak agar mempunyai karakter yang kuat, akhlak yang mulia , sikap yang tanggap dan pola fikir yang benar. Keberhasilan hidup seseorang lebih ditentukan oleh karakter kepribadian dan mentalitasnya dari pada kecakapan, kemampuan, katinggian gelar akademis dan keluasan wawasannya. Oleh karena itu pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai luhur menjadi ciri khas dan identitas pendidikan Gontor, sebagai realisasi kejayaan umat dan bangsa.( gontor.ac.id)

Karakter yang menjadi ciri khas di gontor biasa disebut dengan sibghoh gontoriyyah yang mencangkup identitas dan kepribadian gontor- kekuatan dan kebersihan aqidah, kekhuyu�an dan kenikmatan ibadah, keluhuran budi pekerti, kedisiplinan tinggi, kecintaan pada ilmu, keberanian, pengabdian, pengorbanan, kesederhanaan, kerendahan hati, perjuangan, kejujuran, ketulusan, kemandirian, kebersamaan, produktivitas, kerjakeras dan prestasi.

Penyelenggaraan pendidikan karakter dan intelektual tidak cukup hanya mengandalkan kata-kata (bahasa dan arahan), tetapi juga berdasarkan contoh nyata, sehingga peserta didik dapat memahami segala sesuatu yang dilihatnya dalam bentuk gerak dan tindakan lingkungan pendidikan yang kondusif. Karena semua yang di dengar, dilihat dan dirasakan oleh anak didik merupakan Pendidikan.

Perilaku keteladanan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan dalam melaksanakan pendidikan. Keteladanan yang baik yang diberikan oleh seorang guru akan memberikan dampak positif bagi siswa, karena naluri siswa adalah meniru perilaku gurunya. Tindakan guru diamati dan ditiru oleh siswa, yang sering kali memodifikasi dan menerapkan apa yang mereka lihat ke dalam versi mereka sendiri. Jika seorang guru memberikan keteladanan yang baik dalam mengajar dan berperilaku sehari-hari, tentu akan berdampak positif bagi kehidupan siswanya di masa depan. (gontor.ac.id)

Guru Gontor diharapkan menjadi garda terdepan dalam dunia pendidikan. Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pertama dia harus menguasai pelajaran yang diajarkan. Kedua, tidak cukup hanya belajar saja, Anda juga perlu memahami metode pengajaran yang benar. Ketiga, guru harus mempunyai kemampuan mengajar yang baik. Namun tiga hal ini belum cukup bagi Gontor. Ada unsur keempat yang mendasari segalanya. Jiwa seorang guru.

Ada pepatah yang menerangkan bahwa metode lebih penting daripada pengajaran, dan guru lebih penting daripada metode, namun dibalik itu ada semangat guru yang lebih penting dari guru itu sendiri. Tugas seorang guru bukan sekedar mengajar. Ada juga guru di asrama yang tugasnya bertindak sebagai direktur asrama. Itu juga tidak cukup. Guru perlu mendoakan siswanya, ungkap salah satu pinmpinan pondok modern darussalam gontor KH. Abdullah Syukri Zarkasi.(Adawiyah et al., 2021)

Tujuan Pendidikan dan Pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor

Pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor bertujuan untuk mendidik manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia yang mampu mengabdi kepada masyarakat dengan berintegritas dan berperan aktif dalam memperkuat masyarakat yaitu dengan melatih. Adapun integritas disini diartikan dengan pendidikan yang bersistem pendidikan 24 jam yang dapat meningkatkan pembelajaran menjadi produktif, efisien, dan efektif agar pondok pesantren gontor dapat menjadi lembaga yang bermutu.(Rochman, 2022)

Pendidikan integral juga diartikan sebagai penghapusan dikotomi ilmu antara ilmu umum dan ilmu agama. Sistem ini bertujuan untuk mengasilkan ulama yang intelek seperti kata kyai pondok pesantren gontor �jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama.� Yang memiliki arti menyeru kepada peserta didiknya untuk menjadi orang yang memiliki keagamaan yang kuat dengan ilmu yang luas, bukan orang pintar yang hanya sekedar paham tentang agama. Maka pesantren gontor menjadikan model pendidikan islam dan pendidikan sekolah atau madrasah dalam satu bentuk model pendidikan, yaitu pendidikan pesantren.(Assiroji, 2018)

Menurut prespektif KH. Imam Zarkasy konsep pendidikan memiliki tujuan untuk mencetak peserta didik yang tidak hanya memahami pelajaran namun juga mengaplikasikan, mengamalkan, dan melaksanakan hasil yang dipelajari sehingga pelajaran tidak hanya sebagai literasi pengetahuan, selain mengamalkan juga mendakwahkan pelajaran dan nilai-nilai karakternya kepada masyarakat. Sehingga terjadi konsep tidak hanya mendidik diri sendiri tetapi juga mendidik orang lain.(Assiroji, 2018)

 

KESIMPULAN

Profil guru merupakan gambaran guru yang ideal yang memiliki 4 kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profisional, kompetensi sosial untuk menunjang suksesnya proses pendidikan ataupun pembelajaran bagi peserta didik dan guru mempunyai peran ganda sebagai pendidik dan pengajar dimana keduanya saling berkaitan. Demikian halnya Profil guru di Pondok Modern Darussalam Gontor adalah pendidik dan pengajar yang memiliki karakter dan akhlak yang mulia, selalu meningkatkan dan mengembangkan diri baik intelektual maupun spritual sebagai teladan bagi para santri dan memiliki mental yang tangguh,serta jiwa kepemimpinan yang akan selalu mengawal kegiatan dan penugasan terhadap santri baik dalam maupun diluar kelas sebagai bentuk proses pendidikan yang bersifat holistik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., Rahmawati, R. E., & Salik, M. (2021). Relevansi Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi Dalam Pembentukan Intrapersonal Intelegensi. Edugama: Jurnal Kependidikan Dan Sosial Keagamaan, 7(1), 18�44.

Afifah, I., & Sopiany, H. M. (2017). Profil Guru Dalam Pandangan K.H. Imam Zarkasy. In Universitas Muhamadiyah Surakarta (Vol. 87, Issue 1,2).

Ahmad, S. (2014). Tarbiyah Wa Ta�lim jilid 3. In Jilid 3. Ponorogo: Darussalam Press, 2014.

Alamin, N. S., Gontor, U. D., Nurhasanah, M., Tinggi, S., Tarbiyah, I., Tampurejo, M., Syarifah, S., Gontor, U. D., Maheswari, N. C., & Gontor, U. D. (2023). the role of the homeroom teacher in the formation of morals student of class 3 KMI (kulliyatul Mu�allimat alislamiyah) at Modern Islamic Boardingschool Darussalam Gontor for Girls 2 Mantingan Ngawi Academic Year 2020-2021. 7(2).

Alislamiyah, K. M. (2023). Buku Diktat: Penataran Pembantu Pimpinan Pondok dan Tata Cara Berjuang di Gontor. Pondok Modern Darussalam Gontor.

Assiroji, D. B. (2018). Konsep Pendidikan Islam Menurut Kh. Imam Zarkasyi. Jurnal Bina Ummat: Membina Dan Membentengi Ummat, 1(01), 33�46.

Cahyono, B. D., & Muswarianto, N. (2022a). Manajemen Peningkatan Kompetensi Pendidik di Pondok Modern Gontor. TANJAK : Journal of Education and Teaching, 3(2 SE-Articles), 76�88.

Cahyono, B. D., & Muswarianto, N. (2022b). Manajemen Peningkatan Kompetensi Pendidik di Pondok Modern Gontor. TANJAK : Journal of Education and Teaching, 3(2), 76�88.

Dacholfany, M. I. (2015). Pendidikan Karakter, Belajar ala Pesantren Gontor. Wafi Media Tama, 54.

Dahlan, J. (2012). Puisi Syauqi dalam patriotisme Mesir dan kerukunan umat beragama. In Fakultas Adab IAIN Surabaya.

Dita Anggraini, Akhmad Shunhaji, & Tanrere, S. B. (2023). Optimalisasi Peran Guru Pengabdian Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory: Sebuah Tinjauan Efektivitas. Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 4(2), 201�216.

Dra.Asnah, M. . (2019). PROFIL GURU DALAM KONTEKS PROFESIONAL. Jurnal Darul Ilmi, 07, 1�15.

Hardoyo, H. (2008). Kurikulum Tersembunyi Pondok Modern Darussalam Gontor. At-Ta�dib, 4(2), 191�208.

Idhar. (2020). Afnibar, Memahami Profesi dan Kinerja Guru (Jakarta: The Minangkabau Foundation, Cet. 1, 2005), 80 140. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 4(2), 140�159.

Irawan, S. B., Salimi, M., Suherneti, N., & Resmiati, T. F. (2020). Profil Guru Sekolah Dasar. In Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ismail, M. (2011). Sistem Pendidikan Pesantren Modern Studi Kasus Pendidikan Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo. At-Ta�dib, 6(1).

Kusumaningsih, H. (2022). 25 Tahun Manifestasi Perjuangan Mendidik Santriwati: K.H. Ahmad Hidayatullah Zarkasy. Penerbit Akses, PT. Akses Prima Cendikia.

Kuswahyudi, K. (2017). Profil Kebugaran Jasmani Anggota Klub Petanque FIO UNJ. Prosiding Seminar Dan Lokakarya Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta, 10, 21�24.

Mardayani, P., Zulkarnain, R., & Jasma, S. (2020). Profil Fijai Warga Belajar Program Kesetaraan Paket a Sanggar Kegiatan Belajar (Skb). Journal Of Lifelong Learning, 2(2), 111�115. https://doi.org/10.33369/joll.2.2.111-115

Rochman, A. (2022). Peran Pemimpin KMI dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Dirosah Islamiyah di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2 Poorogo. El-Hayah: Jurnal Studi Islam, XII(1), 53�54.

Rozak, A. (2020). Profesionalisme Guru Prespektif Islam. Fikrah: Journal of Islamic Education, 4(1).

Sari, M., & Asmendri, A. (2020). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian Pendidikan IPA. Natural Science, 6(1), 41�53.

Siapkan Pemimpin Ber-sibghah Gontori dalam Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK) - Pondok Modern Darussalam Gontor. (n.d.). Retrieved June 21, 2024, from https://gontor.ac.id/siapkan-pemimpin-ber-sibghah-gontori-dalam-latihan-pengembangan-kepemimpinan-lpk/

Sista, T. R., MUTTAQIN, M. R., & WIJAKSONO, A. (2022). Implementation of Human Resource Management in Undergraduate Teacher Development at Pondok Modern Darussalam Gontor Campus 2. At-Ta�dib, 17(1), 113.

Syarifah. (2016). Manajemen Kurikulum Kulliyatul Mu�allimin Al-Islamiyyah di Pondok Modern Darussalam Gontor. At Ta�Dib, 11(1). https://doi.org/10.21111/at-tadib.v11i1.624

Usuluddin, W. (2002). Sintesis pendidikan Islam Asia - Afrika (pp. 1�222).

Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

 

� 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).