Karakteristik Kejadian Perdarahan Post Partum di RSUD Chasan Boesorie

Tahun 2020-2023

 

 

M. Fahrandi A Albaar1*, Syamsul Bahri2, Mawardi Anwar3

Universitas Khairun, Indonesia123

Email: [email protected]*

 

 

 

Abstrak

 

Satu permasalahan vital dalam bidang obstetri ialah perdarahan, karena memiliki dampak yang sangat fatal bagi ibu, apabila tindakan yang diberikan kurang sesuai atau terjadi keterlambatan dalam tindakan, sehingga sarana dan ketepatan dalam menangani hal tersebut merupakan syarat mutlak untuk pemberian layanan obstetri dengan layak. Mengetahui karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Dr. H. Chasan Boesoerie Ternate Tahun 2020-2023. Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui terjadinya karakteristik kejadian perdarahan post partum yang bertempat di RSUD Dr. H Chasan Boesorie pada tahun 2020-2023. Pada 44 sampel, karakteristik pasien perdarahan post partum paling banyak pada usia 20-35 tahun (68,2%), pendidikan paling banyak adalah SMA (70,5%) jumlah paritas paling banyak adalah multipara (50.8%) dan jumlah kunjungan ANC paling banyak <4 kali (75,0). Karakteristik perdarahan post partum berdasarkan usia 20-35 tahun, pendidikan paling banyak SMA, paritas paling banyak multipara, dan jumlah kunjungan ANC paling banyak adalah <4 kali.

 

Kata kunci: Post Partum, Perdarahan Post Partum, RSUD Dr. H. Chasan Boesroie

 

 

 

Abstract

One of the most vital problems in obstetrics is hemorrhage, as it can have a devastating impact on the mother if the treatment is inadequate or delayed, so the means and accuracy in dealing with it is an absolute requirement for proper obstetric care. Knowing the characteristics of mothers with the incidence of postpartum hemorrhage at Dr. H. Chasan Boesoerie Ternate Hospital in 2020-2023. This study is a descriptive study with a retrospective approach to determine the characteristics of mothers who experience post-partum hemorrhage events located at Dr. H Chasan Boesorie Hospital in 2020-2023. In 44 samples, the characteristics of post-partum hemorrhage patients were mostly at the age of 20-35 years (68.2%), the most education was high school (70.5%) the greatest number of parities was multipara (50.8%) and the greatest number of ANC visits <4 times (75.0). The characteristics of post-partum hemorrhage based on age are 20- 35 years old, the most education is high school, the most parity is multipara, and the greatest number of ANC visits is <4 times.

 

Keywords: Post Partum, Post Partum Hemorrhage, RSUD Dr. H. Chasan Boesroie

 

 

PENDAHULUAN

Perdarahan tergolong dalam satu dari sekian permasalahan vital yang ada pada bidang obstetri dan ginekologi. Perdarahan selalu memberikan dampak berupa kefatalan terhadap ibu, utamanya pada saat dilaksanakannya tindakan yang tidak di tangani dan terlambat di lakukanya tindakan, sehingga sarana dan penanganan yang tepat pada perdarahan merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam memberikan kelayakan dalam pelayanan obstetri. Kejadian perdarahan obstetri dapat ditemukan setiap waktu, diantaranya ketika masa kehamilan, persalinan ataupun nifas. Kejadian perdarahan tersebut perlu digolongkan ke dalam keadaan akut serta serius, hal tersebut berdampak pada akibat buruk baik terhadap ibu maupun janin dalam kandungan. Wanita hamil atau melahirkan yang mengalami kejadian perdarahan harus secara cepat ditemukan penyebabnya dan harus segera diberikan pertolongan dengan baik dan tepat (Cunningham et al., 2022).

Perdarahan post partum ialah perdarahan/hilangnya darah dengan jumlah 500 ml setelah selesainya kala 3 persalinan pervagina. Pada tahun 2019 American College Of Obstetric And Gynecologist (ACOG) juga menyatakan bahwa pengertian dari perdarahan post partum (PPH) sebagai kehilangan darah kumulatif >1000 ml pada seksio sesarea yang di sertai tanda dan gejala hipovolemia (Cunningham et al., 2022).

Menurut data dari WHO, kejadian perdarahan post partum (PPP) setiap tahunnya terjadi pada 14 juta ibu yang ada di seluruh dunia. Persentase kejadian perdarahan pada negara berkembang yaitu sebesar 60%, dari angka mortalitas ibu sebanyak 100 ribu kasus pada tiap tahunnya. Di samping jumlah tersebut, Prevalensi angka kematian ibu (AKI) yang terjadi pada seluruh dunia diestimasi sekitar 287.000 kasus kematian ibu (WHO, 2020).

Menurut presentasi tersebut didapatkan penyebab terjadinya perdarahan dengan etiologinya diantaranya berupa: Atonia uteri dengan rentang perentase 50-60%, Sisa plasenta dengan rentang perentase 23-24%, Retensio plasenta dengan rentang perentase 16-17%, Laserasi jalan lahir dengan rentang perentase 4-5%, dan kelainan Pembekuan darah dengan rentang perentase sebesar (0,5- 0,8%) (Nugroho, 2010).

Kematian yang diakibatkan oleh perdarahan masih menjadi sebab utama dari tingginya angka mortalitas ibu, meskipun bidang medis telah mengalami kemajuan dan mampu menekan risiko dari melahirkan. Menurut laporan yang bersumber dari data statistik di Negara Amerika Serikat, di dapatkan persentase sebesar 8% untuk perdarahan post partum (PPP) yang menjadi penyebab dari kejadian kematian ibu, sedangkan pada negara yang mayoritas bergerak pada sektor industri, perdarahan post partum (PPP) umumnya menjadi salah satu dari tiga penyebab tertinggi dari kejadian kematian maternal. Penyebab lainnya ialah embolisme dan hipertensi (Nugroho, 2010).

Indonesia tergolong negara yang menunjukkan angka kematian ibu dalam jumlah yang tinggi. Kemenkes melaporkan pada tahun 2019, angka kematian ibu menunjukkan jumlah sebanyak 4.221 kasus, di antaranya di sebabkan oleh perdarahan dengan jumlah 1.220 kasus, hipertensi kehamilan dengan jumlah 1.066 kasus, dan infeksi dengan jumlah 207 kasus (Kemenkes, 2019).

Penyebab kematian ibu di Indonesia biasanya di sebabkan dengan adanya trias klasik, dengan jumlah kematian ibu akibat perdarahan dengan persentase sebesar 54,2%, infeksi dengan persentase sebesar 27,2%, dan gestosis dengan persentase sebesar 18,6%), sedangkan yang menjadi penyebab secara tidak langsung diantaranya merupakan ibu hamil yang menjadi penderita penyakit ataupun komplikasi yang telah dimilikinya sebelum masa kehamilan, contohnya meliputi hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan anemia (Manuaba, 2010).

Menurut data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara pada Tahun 2019, terdapat 6 kabupaten yang menunjukkan hasil berupa tingginya angka kematian ibu, yaitu Kabupaten Taliabu dengan prevalensi sebesar 725/100.000 kelahiran, Kabupaten Sula dengan prevalensi sebesar 443/100.000 kelahiran, Halmahera Timur dengan prevalensi sebesar 438/100.000 kelahiran, Pulau Morotai dengan prevalensi sebesar 386/100.000 kelahiran, Halmahera Barat dengan prevalensi sebesar 236/100.000 kelahiran, dan di Kota Ternate dengan prevalensi sebesar 68/100.000 kelahiran (Dinas Kesehatan, 2022).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk melaksanakan penelitian mengenai karakteristik kejadian perdarahan postpartum di RSUD Dr. H. Chasan Boesoerie Ternate Tahun 2020-2022.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Dr. H. Chasan Boesoerie Ternate Tahun 2020-2023. Secara khusus, penelitian ini akan mengkaji karakteristik pendidikan, kunjungan ANC, umur, dan paritas ibu yang mengalami perdarahan post partum. Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi peneliti sebagai bahan kajian dalam meningkatkan pengetahuan mengenai deteksi dini dan penanganan perdarahan post partum, bagi institusi pendidikan dalam meningkatkan kewaspadaan tenaga kesehatan dengan memantau karakteristik ibu berisiko, serta bagi masyarakat sebagai sarana edukasi mengenai risiko kejadian perdarahan post partum.

 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode pendekatan retrospektif yang mengumpulkan data sekunder berupa rekam medis ibu yang mengalami perdarahan post partum di RSUD Dr. H. Chasan Boesorie Ternate periode 2020-2023. Penelitian dilaksanakan pada 1 Oktober 2023 hingga 1 November 2023 di RSUD Dr. H. Chasan Boesorie Ternate. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mengalami risiko perdarahan post partum, dan sampel diambil dengan metode total sampling, dengan 50 pasien sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel yang diteliti meliputi usia, paritas, pendidikan, dan kunjungan ANC. Instrumen penelitian adalah rekam medis pasien, dan data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, dan cleaning data. Etika penelitian menjamin kerahasiaan (confidentiality) dan anonimitas (anonymity) subjek penelitian.

 

HASIL PENELITIAN

A.    Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengambilan sampel pada bulan Desember 2023 pada pasien ibu yang mengalami kejadian perdarahan post partum pada tahun 2022- 2023 di RSUD Dr. H. Chasan Boesorie Kota Ternate didapatkan kasus perdarahan post partum sebanyak 44 sampel lengkap yang berisi nama, usia, pendidikan, paritas, dan kunjungan ANC.

B.     Gambaran Variabel Penelitian

Data-data yang telah dikumpulkan terbagi atas beberapa variabel yang kemudian di susun disajikan dalam tabel di bawah ini. Variabel penelitian meliputi variabel distribusi karakteristik pasien penderita perdarahan post partum berdasarkan usia, pendidikan, paritas, dan kunjungan ANC.

1.   Distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan usia

 

Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Usia

 

Usia

Perdarahan Post Partum

Frekuensi (n)

Persentase (%)

<20 - >35

14

31,8

20-35

30

68,2

Total

44

100

 

Berdasarkan Tabel 1, distribusi karakteristik penderita perdarahan post partum berdasarkan usia didapatkan kasus terbanyak pada rentang usia 20-35 tahun sebanyak 30 pasien dengan presentasi (68,2%). Dan yang paling sedikit di ikuti pada rentang usia <20�35> Tahun sebanyak 14 pasien dengan presentasi (31,8%).

2.   Distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan pendidikan

 

Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Pendidikan

Perdarahan Post Partum

Pendidikan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

SD

5

11.4

SMP

4

9.1

SMA

31

70,5

Perguruan

Tinggi

4

9.1

Total

44

100

 

Berdasarkan Tabel 2, distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan pendidikan didapatkan kasus terbanyak pada rentang pendidikan SMA sebanyak 31 pasien (70,5%), di ikuti pada jenjang pendidikan SD sebanyak 5 pasien (11,4%), Dan terakhir pada jenjang pendidikan SMP dan Perguruan tinggi didapatkan dengan frekuensi dan presentasi yang sama sebanyak 4 pasien dengan presentasi (9,1%).

3.   Distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan paritas

 

Tabel 3. Distribusi Berdasarkan Paritas

Paritas

������������������ Perdarahan Post Partum����������������������

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Primipara

14

31.8

Multipara

22

50.8

Grandemultipara

8

18.2

Total

44

100

 

Berdasarkan Tabel 3, distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan paritas didapatkan kasus terbanyak pada rentang paritas Multipara sebanyak 22 pasien (50,8%), di ikuti pada paritas Primipara sebanyak 14 pasien (31,8%), Dan terakhir yang paling sedikit didapatkan pada paritas Grandemultipara sebanyak 8 pasien (18,2%).

4.   Distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan kunjungan ANC

 

Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Kunjungan ANC

ANC

���������������������������� Perdarahan Post Partum��������������������������������

Frekuensi (n)

Persentase (%)

<4 kali

33

75.0

4 kali

11

25.0

Total

44

100

 

Berdasarkan Tabel 4, distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan kunjungan ANC didapatkan kasus terbanyak pada rentang kunjungan ANC <4 kali sebanyak 33 pasien (75.0%), Dan terakhir yang paling sedikit didapatkan pada rentang kunjungan ANC 4 kali sebanyak 8 pasien dengan presentasi (25.0%).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Karakteristik Pasien Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum

1.   Usia

Penelitian yang telah yang dilakukan di RSUD Dr H. Chasan Boesorie Ternate pada bulan Desember 2023, peneliti mendapatkan distribusi data pasien perdarahan post partum berdasarkan usia didapatkan kasus terbanyak pada rentang usia 20-35 tahun sebanyak 30 pasien dengan presentasi (68,2%). Dan yang paling sedikit di ikuti pada usia <20 tahun dan >35 Tahun sebanyak 14 pasien dengan presentasi (31,8%).

Hasil tersebut selaras dengan penelitian yang dilaksanakan oleh (Puteri, et al 2021) yang memberikan pernyataan bahwasanya kasus perdarahan post partum terbanyak penemuannya pada usia 20-35 Tahun sebanyak 54 Pasien (79.4%) dan yang paling sedikit didapatkan pada usia <20 tahun sebanyak 10 pasien (14,7%) dan >35 tahun 4 pasien (5,9%). Hasil tersebut juga selaras dengan penelitian yang dilaksanakan (P. Fegita et al, 2020). Penelitian tersebut bertempat di RSUD Dr. M. Djamil Padang yang mana di dapatkan jumlah kasus terbanyak terjadi pada wanita yang berusia 20-35 tahun dengan presentasi sebanyak 35 pasien (62,5%) dan yang paling sedikit di ikuti oleh usia <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 21 pasien (37,5%).

Sementara hasil yang di peroleh ini tidak memiliki keselarasan dengan teori, di mana teori tersebut memberikan pernyataan bahwa ibu yang berumur <20 tahun akan mengakibatkan komplikasi pada saat persalinan karena organ reproduksi wanita belum mengalami perkembangan secara sempurna, sehingga wanita tersebut digolongkan belum memiliki kesiapan untuk proses kehamilan serta kelahiran, sedangkan pada Wanita yang berumur >35 tahun, akan mengalami penurunan progresif dari endometrium yang memberikan pengaruh terhadap kekuatan kontraksi ketika melakukan ataupun setelah proses persalinan (Satriyandari and Hariyati, 2017). Tetapi pada penelitian yang dilakukan dan data lapangan yang didapatkan pada usia 20-35 tergolong usia yang mayoritas mengalami perdarahan post partum. Hal ini dikarenakan mayoritas ibu yang melakukan proses melahirkan pada periode 2020-2023 ialah ibu yang berada pada rentang usia tersebut (20-35 tahun).

2.   Pendidikan

Berdasarkan hasil yang didapatkan, jumlah distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan pendidikan didapatkan kasus terbanyak pada rentang pendidikan SMA sebanyak 31 pasien (70,5%), diikuti pada jenjang pendidikan SD sebanyak 5 pasien (11,4%), Dan yang paling sedikit pada jenjang pendidikan SMP dan Perguruan tinggi didapatkan dengan frekuensi dan presentasi yang sama sebanyak 4 pasien dengan presentasi (9,1%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Londok, et al 2013) dimana didapatkan perdarahan post partum lebih banyak pada pendidikan SMA dengan jumlah pasien sebanyak 23 orang (63,83%). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Daud et al, 2015) di dapatkan hasil penelitian yang paling sedikit adalah pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 7 pasien (8,0%).

Hal ini selaras dengan teori di mana pendidikan yang tergolong tinggi mampu menjadi penyebab kehamilan berjalan dengan lebih aman. Ibu yang telah mengenyam pendidikan dengan kategori tinggi, akan melakukan pernikahan pada usia lebih tua, melakukan penundaan kehamilan, dan memiliki motivasi untuk mengikuti kegiatan keluarga berencana (KB) serta menyiapkan diri dengan melakukan pencarian terhadap layanan antenatal dan persalinan. Disamping itu, ibu yang telah berpendidikan tinggi tidak menjadikan pengobatan tradisional sebagai pilihan ketika masa kehamilan maupun bersalin. Ibu yang memiliki pendidikan dengan kategori tinggi juga akan lebih memberikan perhatian terhadap makanan yang dikonsumsi dengan memilih makanan yang bergizi seimbang (Megasari, 2013).

3.   Paritas

Berdasarakan hasil yang didapatkan, jumlah distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan paritas, didapatkan kasus terbanyak pada rentang paritas Multipara sebanyak 22 pasien (50,8%), di ikuti pada paritas Primipara sebanyak 14 pasien (31,8%), Dan terakhir yang paling sedikit didapatkan pada paritas Grandemultipara sebanyak 8 pasien (18,2%).

Hasil tersebut selaras dengan penelitian yang dilaksanakan oleh (Daud et al, 2015) di mana didapatkan 88 pasien dengan paritas multipara 47 pasien (53,4%), di ikuti oleh ibu dengan paritas primipara sebanyak 28 pasien (31,8%) dan ibu dengan paritas grandemultipara sebanyak 13 pasien (14,8%). Hasil tersebut juga memiliki keselarasan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh (Satriyandari et al, 2017) yang memperoleh data sebanyak 40 pasien, dimana jumlah paritas yang paling banyak yaitu Multipara 31 pasien (63,3%), primipara sebanyak 8 pasien (26,7%) dan diurutan terakhir di ikuti oleh Grandemultipara 1 pasien (100%). Sejalan juga dengan penelitian yang dilaksanakan oleh (Susiyanti et al, 2019) di mana didapatkan jumlah paritas Multipara sebanyak 58 pasien (64,4%) di ikuti oleh paritas Primipara sebanyak 26 pasien (28,9%) dan paling sedikit oleh paritas Grandemultipara sebanyak 6 pasien (6,7%). Hasil tersebut memiliki keselarasan terhadap teori yang memberikan penjelasan pada multiparitas beresiko terjadinya perdarahan post partum yang diakibatkan dari semakin seringnya otot rahim dalam kondisi melakukan regangan sehingga dinding otot semakin tipis dan melemahnya kontraksi. Oleh karena itu sehingga pada saat persalinan kontraksi yang tidak baik menyebabkan terjadinya perdarahan pada saat kelahiran (Dwi Ristanti et al., 2017).

4.   Kunjungan ANC

Berdasarkan hasil yang didapatkan, distribusi karakteristik pasien perdarahan post partum berdasarkan kunjungan ANC didapatkan kasus terbanyak pada rentang kunjungan ANC <4 kali sebanyak 33 pasien (75.0%), Dan terakhir yang paling sedikit didapatkan pada rentang kunjungan ANC 4 kali sebanyak 8 pasien dengan presentasi (25.0%). Hasil tersebut memiliki keselarasan terhadap penelitian yang dilaksanakan oleh (Puspitasari et al, 2017) di mana didapatkan perolehan data sebanyak 40 pasien, kunjungan antenatal care yang <4 kali didapatkan sebanyak 29 pasien (72,5%) di ikuti oleh kunjungan antenatal care 4 kali sebanyak 11 pasien (27,5%).

Hasil tersebut juga memiliki keselarasan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh (Nurdin et al, 2020) di mana didapatkan jumlah pasien kunjungan ANC sebanyak 82 pasien diantaranya kunjungan ANC <4 kali sebanyak 64 pasien (78,5%), dan yang terakhir kunjungan ANC 4 kali sebanyak 18 pasien (21,95%) (Nurdin, Ihsanul M and Andi Palancoi, 2020).

Ibu yang mengikuti kegiatan ANC dengan jumlah <4 kali memiliki risiko untuk mengalami kematian 4.57 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki keteraturan dalam melakukan pemeriksaan ANC. Ibu yang mengikuti pemeriksaan ANC 4 kali akan memiliki lebih banyak informasi mengenai kehamilan, persalinan dan nifas, serta akan lebih meningkatkan perhatiannya terhadap kesehatan misalnya ialah memberikan kemudahan dalam mendiagnosa secara dini dan dapat ditangani secara berkelanjutan guna persiapan langkah-langkah sesudahnya (Puspitasari, Hastuti and Murti, 2017.

 

KESIMPULAN

Karakteristik kejadian perdarahan post partum paling tinggi terjadi pada usia 20-35 tahun dengan 30 pasien (68,2%), diikuti oleh pendidikan SMA dengan 31 pasien (70,5%). Berdasarkan paritas, kejadian paling tinggi terjadi pada multipara dengan 22 pasien (50,8%), sedangkan dari segi kunjungan antenatal care, ANC <4 kali mendominasi dengan 33 pasien (75,0%). Saran yang diberikan adalah agar dilakukan perbaikan dalam melengkapi data pasien untuk memudahkan penelitian selanjutnya, serta penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai perdarahan post partum sehingga mereka dapat mengenali risiko lebih awal dan berkonsultasi dengan dokter. Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel yang sama atau berbeda, ataupun membuat korelasi antara semua variabel yang ada.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Adil, A.U.T.G. (2020) �Pencegahan dan Tatalaksana Perdarahan Pasca Salin di Pelayanan Kesehatan Primer�, Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(2), pp. 34�41.

Alfisyar, F. (2020) �hubungan perdarahan post partum dengan anemia pada kehamilan di rsud kota mataram�, Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan, 6(2), pp. 254�259.

Anugrah Rosando Siwy, I.P.F.I.W. (2022) �Pendarahan Paskasalin Haemorrhagic Postpartum�, Jurnal Medical Profession (MedPro), Vol.4(No.1), p. 90.

Baiq, et al. (2023) �Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rest Placenta di RSUD Patuh Patut Patju Lombok Barat�, Jurnal Ilmu Farmasi dan Kesehatan, 1(3), pp. 29�42. Available at: https://doi.org/10.59841/an- najat.v1i3.143.

Cunningham et al. (2022) William Obstetric 26 th Edition, Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Daud, S. and Fitriani, N. (2015) �Karakteristik dan Penyebab Hemorrhagic Post Partum yang Dialami oleh Ibu di RSUD Palembang Bari Periode 2010-2012�, Syifa� MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 5(2), p. 73. Available at: https://doi.org/10.32502/sm.v5i2.1396.

Dinas Kesehatan (2022) �Profil Kesehatan Kota Ternate 2022. Ternate: Dinas Kesehatan Kota Ternate.�, Dinas Kesehatan, p. 177.

Dwi Ristanti, A. et al. (2017) �The Correlation Between Parity And Baby Weight To The Incidence Of Postpartum Hemorrhage�, 2nd International Conference on Applied Science and Health, pp. 115�120.

Fegita, P. Della (2022) �Risk Factors for Postpartum Hemorrhage At Dr. M. Djamil Padang in 2018-2020�, Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 5(1), p. 53. Available at: https://doi.org/10.30633/jsm.v5i1.1445.

Fegita, P. and Satria, P.H. (2018) �hemorrhagic post partum: syok hemorrhagic ec late hemorrhagic post partum�, Jurnal Kesehatan Andalas, 7(Supplement 4), p. 71. Available at: https://doi.org/10.25077/jka.v7i0.947.

Friyandini, F., Lestari, Y. and Lipoeto, B.I. (2015) �Hubungan Kejadian Perdarahan Postpartum dengan Faktor Risiko Karakteristik Ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Januari 2012 - April 2013�, Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), pp. 850�855. Available at: https://doi.org/10.25077/jka.v4i3.375.

Ganguly, J. et al. (2021) �Muscle tone physiology and abnormalities�, Toxins, 13(4). Available at: https://doi.org/10.3390/TOXINS13040282.

Hapsari Dewi, F., Uyun, Y. and Suryono, B. (2022) �Peran Rotational Tromboelastometry pada Perdarahan Postpartum�, Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia,���������� 5(1), pp. 51�59. Available at: https://doi.org/10.47507/obstetri.v5i1.77.

Hassan, L., Hospital, K.T. and Complex, H.M. (2010) �salman Journal manager JMS-13�, 18(1), pp. 49�53.

Julieta, N.P.N. and Widiastuti Giri, M.K. (2021) �Postpartum Hemorrhage: Kegawatdaruratan dalam Persalinan Ibu Hamil�, Ganesha Medicine, 1(1), p. 48. Available at: https://doi.org/10.23887/gm.v1i1.31709.

Kemenkes (2019) �Kementerian Kesehatan Republik Indonesia�, Kementerian Kesehatan RI, 1(1), p. 1. Available at: https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung- penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html.

Khan, R. U., & El-Refaey, H. (2006) �Pathophysiology of postpartum hemorrhage and third stage of labor�, Postpartum Hemorrhage, 93(3), pp. 243�253.

Kramer, M.S. et al. (2011) �Risk Factors for Postpartum Hemorrhage: Can We Explain the Recent Temporal Increase?�, Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada, 33(8), pp. 810�819. Available at: https://doi.org/10.1016/S1701-2163(16)34984-2.

Kumala Fajar Apsari, R. (2020) �Deteksi Pasien Obstetrik Kritis dengan Maternal Early Warning System�, Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia, 2(1), pp. 63�70. Available at: https://doi.org/10.47507/obstetri.v2i1.35.

Londok, T.H.M., Lengkong, R.A. and Suparman, E. (2013) �Karakteristik Perdarahan Antepartum Dan Perdarahan Postpartum�, Jurnal e-Biomedik, 1(1), pp. 614�620. Available at: https://doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.4608.

Manuaba, D. dr. I.B.G.F. (2010) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

Megasari, Mi. (2013) �Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Tahun 2009-2010�, Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(2), pp. 72�77. Available at: https://doi.org/10.25311/jkk.vol2.iss2.48.

Mochtar, R. (2011) Sinopsis Obstetri, Obstetri fisiologi dan patologi. Edisi 3.

Muhapidoh, E. and Uswatun, K. (2020) �Hubungan Ibu Bersalin Post Seksio Sesarea dengan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Indramayu Tahun 2020�, Jurnal Placenta, 8(1), pp. 42�48.

Nugroho, T. (2010) Buku Ajar Obstetri. Yogjakarta: Nuha Medika.

Nurdin, A., Ihsanul M, Y. and Andi Palancoi, N. (2020) �Hubungan Tingkat Kepatuhan ANC dengan Kejadian Anemia, Makrosomia, dan Gemelli pada Kasus Pendarahan Postpartum�, UMI Medical Journal, 5(2), pp. 56�62. Available at: https://doi.org/10.33096/umj.v5i2.113.

Oxorn, Harry, W. (2010) Oxorn, Harry, William. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.

Puspitasari, R., Hastuti, U.R.B. and Murti, B. (2017) �Faktor risiko perdarahan postpartum diKabupaten Bondowoso Jawa Timur�, Journal of Maternal and Child Health, 2, pp. 177�187.

Puteri, M.D. (2021) �Karakteristik Penyebab Perdarahan Post Partum Primer Pada Ibu Bersalin�, Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan dan Teknologi, 3(1), pp. 30�36. Available at: https://doi.org/10.52674/jkikt.v3i1.44.

Sanjaya, W. (2015) �Tanda Bahaya Serta Penatalaksanaan Perdarahan Post- Partum�, Intisari Sains Medis, 3(1), pp. 9�18. Available at: https://doi.org/10.15562/ism.v3i1.59.

Sarim, B.Y. (2020) �Manajemen Perioperatif pada Perdarahan akibat Atonia Uteri�, Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia, 3(1), pp. 47�58. Available at: https://www.jurnalanestesiobstetriindonesia.id/ojs/index.php/Obstetri/article/view/v3i1.42.

Sarwono Prawirohardjo, S.O. (2010) �Ilmu Kebidanan Sarworno Prawirohardjo�, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, pp. 460�474.

Satriyandari, Y. and Hariyati, N.R. (2017) �Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum�, JHeS (Journal of Health Studies), 1(1), pp. 49�64. Available at: https://doi.org/10.31101/jhes.185.

Siagian, R., Sari, R.D.P. and S, P.R.A. (2017) �Relationship between Parity Level and Anemia Rate with Postpartum Hemorrhage Occurrence in Maternity Women�, Jurnal Majority, 6(3), pp. 45�50. Available at: http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1107/954.

Simanjuntak, L. (2020) �Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin)�, Jurnal Visi Eksakta, 1(1), pp. 1�10. Available at: https://doi.org/10.51622/eksakta.v1i1.51.

Siswosudarmo, R. (2016) �Penanganan Perdarahan Pascasalin Terkini dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu�, FK UGM Yogyakarta, p. 20. Available at: obgin-ugm.com.

Solandt, D.Y. (2015) �Introduction to Human Physiology�, American Journal of Public Health and the Nations Health, 38(11), pp. 1590�1590. Available at: https://doi.org/10.2105/ajph.38.11.1590-b.

Susilaningrum, R., Nursalam and Utami, S. (2013) �Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan�.

Susiyanti, T., Suhita, B.M. and Nurdina, N. (2019) �Postpartum Haemorrhage Occurrence Seen from Influencing Factors�, Journal for Quality in Public Health, 3(1), pp. 130�138. Available at: https://doi.org/10.30994/jqph.v3i1.56. WHO (2020) �World Health Organization, Trend And Maternal Mortality�. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality.

Ximenes, J.B. et al. (2021) �Faktor Resiko Terjadinya Perdarahan Post Partum : Studi Literatur�, Jurnal Universitas Ngudi Waluyo, 1(2), pp. 43�58. Available at: https://jurnal.unw.ac.id/index.php/semnasbidan/issue/view/113.

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png

� 2024 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).