PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PEREKAM MEDIS

TERHADAP SISTEM PENYIMPANAN REKAM MEDIS

DI RSUD BOVEN DIGOEL

 

 

Norberta Ohoiwutun1, Sali Setiatin2

Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan Politeknik Piksi Ganesha Bandung1, 2

[email protected]1, [email protected]2

 

 

 

Abstrak

Received:

Revised :

Accepted:

19-07-2021

16-08-2021

24-08-2021

Latar Belakang: Rekam medis akan terlaksana dengan baik jika petugas memiliki Latar belakang pendidikan dibidangnya yaitu dalam pengolahan berkas.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Latar belakang Pendidikan Perekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis. Perekam medis yang memiliki pendidikan SMA diharapkan melanjutkan pendidikan (kuliah) berjenjang tinggi, sehingga sistem penyimpanan dapat tertata rapi sesuai SOP di rumah sakit.

Metode: Metode penelitian menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Populasi berjumlah 21 orang dengan teknik sampel jenuh yaitu 21 orang. Analisis dengan uji chi square.

Hasil: menunjukkan bahwa petugas (61, 9%) memiliki latar belakang SMA, Sistem Penyimpanan Rekam Medis (66.7%) adalah tidak sesuai SOP dan terdapat pengaruh antara latar belakang dengan Sistem Penyimpanan Rekam Medis (p-value=0, 000). Permasalahan di RSUD Boven Digoel bahwa penyimpanannya belum terlaksana dengan baik seperti pemberian tracer dan pemberian nomor di setiap rak penyimpanan

Kesimpulan: Perekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel sebagian besar 13 (61, 9%) memiliki Latar belakang SMA. Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel diperoleh 14 atau 66.7% adalah tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Terdapat pengaruh antara Latar belakang dengan Sistem Penyimpanan Rekam Medis di RSUD Boven Digoel (p-value=0, 000).

Kata kunci: pendidikan; perekam medis; sistem penyimpanan�� rekam medis.

 

 

 

 

Abstract

 

Background: Medical records will be carried out well if the officers have an educational background in their field, namely in file processing.

Objective: This study aims to determine the effect of medical recorder education background on medical record storage system. Medical recorders who have a high school education are expected to continue their education (college) at a high level, so that the storage system can be neatly arranged according to the SOP in the hospital.

Methods: The research method uses a quantitative descriptive design. The population is 21 people with a saturated sample technique of 21 people. Analysis with chi square test.

Results: showed that the officers (61.9%) had a high school background, the Medical Record Storage System (66.7%) was not in accordance with the SOP and there was an influence between the background and the Medical Record Storage System (p-value=0, 000). The problem at Boven Digoel Hospital is that the storage has not been carried out properly, such as giving tracers and assigning numbers to each storage shelf

Conclusion: Most of the 13 (61, 9%) medical recorders at the Boven Digoel Regional General Hospital had a high school background. The Medical Record Storage System at the Boven Digoel Regional General Hospital obtained 14 or 66.7% is not in accordance with the applicable SOP. There is an influence between the background and the Medical Record Storage System at Boven Digoel Hospital (p-value = 0, 000).

Keywords: education; medical check up ; medical record storage system.

Coresponden Author : Norberta Ohoiwutun

Email : [email protected]

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png

 

PENDAHULUAN

 

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2018, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2018).

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rekam medis pengelolaan sistem penyimpanan berkas. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 sedangkan menurut (Putri & Farhansyah, 2020) Rekam Medis adalah tempat penyimpanan data dan informasi mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.Rekam medis mencatat siapa, apa, dimana dan bagaimana perawatan yang telah dilakukan kepada pasien.

Pengelolaan penyimpanan berkas rekam medis sangat penting untuk dilakukan dalam suatu institusi pelayanan kesehatan karena dapat mempermudah dan mempercepat ditemukan kembali berkas rekam medis yang disimpan dalam rak penyimpanan, mudah dalam pengambilan dari tempat penyimpanan, mudah pengembaliannya, melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi, dan biologi. Rekam medis akan terlaksana dengan baik apabila bagian pengolahan data dan pencatatan melakukan tugasnya dengan baik (Ritonga & Sari, 2019).

Salah satunya pengolahan data dibagian Penyimpanan (filing). Filing adalah unit kerja Rekam Medis yang diakreditasi oleh Departemen Kesehatan yang berfungsi sebagai tempat pengaturan dan penyimpanan dokumen atas dasar sistem penataan tertentu melalui prosedur yang sistematis sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan dapat menyajikan secara cepat dan tepat. Dokumen Rekam Medis adalah catatan yang berisikan identitas pasien, diagnosis serta riwayat penyakit pasien (Kemenkes, RI 2018).

Pelayanan rekam medis rumah sakit yang diatur tentang pertanggungjawaban terhadap rekam medis dan aspek hukum rekam medis yang bertujuan untuk terselenggaraannya pelayanan kesehatan di rumah sakit yang efektif dan efisien (Ritonga, 2018). Penyimpanan berkas rekam medis yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan atau kebaikan managemen rekam medis dari suatu pelayanan kesehatan, tentunya jika didukung dengan sistem yang baik. Petugas penyimpanan menjadi aspek utama dalam alur rekam medis sebuah rumah sakit. Petugas penyimpanan mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar dalam menjaga rekam medis. Petugas penyimpanan diharapkan benar-benar mengetahui prosedur dari rekam medis secara luas dan mendalam

Sertifikasi dan Registrasi tenaga kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) (Kemenkes RI, 2016 : 4), Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktik dan atau pekerjaan keprofesian (Astri Utami, 2020).

Kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang profesi perekam medis dan informasi kesehatan dalam melakukan tanggungjawab di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Petugas perekam medis dan informasi kesehatan harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang merupakan kompetensi dari profesinya (Rustianto, 2018).

Standar kompetensi PMIK terdiri atas kompetensi petugas rekam medis. Kompetensi dibangun dengan akar yang terdiri atas professional yang luhur, kewaspadaan dalam bentuk mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi yang efektif, yang akan menunjang manajemen data dan informasi kesehatan lainnya, ketrampilan klasifikasi klinis, kodifikasi penyakit dan masalah kesehatan lainnya juga prosedur klinis, aplikasi statistik kesehatan, epidemiologi dasar, biomedik serta manajemen pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan (Pratama, 2020)

Pendidikan Rekam Medis dapat mempengaruhi oleh tingkat pengetahuan, dan pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan semakin tingkat pendidikannya tinggi maka semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan memengaruhi pendayagunaan dan informasi dalam penyimpanan rekam medis, untuk pengembangan dan peningkatan kinerja para petugas dibagian penyimpanan berkas rekam medis. Pendidikan seorang Perekam Medis terhadap penyimpanan berkas rekam medis akan menjadi baik, jika petugas mempunyai pendidikan tinggi dan mempunyai keahlian yang tinggi pula dan kesediaan untuk bekerja dan mempunyai kemampuan dan keterampilan itu merupakan salah satu yang dapat memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu (Hatta, 2013).

Pentingnya penguasaan kompetensi Perekam Medis terkait dengan Latar belakang pendidikan dan jenjang karirnya di unit rekam medis, untuk menjalankan pekerjaan di unit rekam medis diperlukan sumber daya manusia yang memenuhi kompetensi perekam medis (Hatta, 2016).

Pelayanan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan adalah kegiatan menjaga, memelihara dan melayani rekam medis baik secara manual maupun elektronik sampai menyajikan informasi kesehatan di rumah sakit. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, masa penyimpanan ini termasuk singkat. Di negara bagian California Amerika Serikat, penyimpanan rekam medis sejak terakhir kali pasien berobat. Rekam medis dan informasi kesehatan menyangkut kepentingan kerahasian pribadi pasien dan rahasia jabatan, maka perekam medis perlu merumuskan pedoman sikap dan perilaku profesi dilihat dari Latar belakang pendidikan untuk pengetahuan sistem penyimpanan rekam medis (Permenkes, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel diketahui bahwa jumlah tenaga rekam medis di rumah sakit tersebut ada 21 orang, dengan demikian tingkat pendidikan tenaga rekam medis di rumah sakit tersebut berbeda-beda dan Pendidikan Rekam Medis bukan dari lulusan perekam medis yang sesuai dengan latar belakang Pendidikan rekam medis. Petugas yang bekerja di bagian unit rekam medis ada 21 orang.

Tingkat pendidikan petugas di bagian unit rekam medis merupakan lulusan dari SLTA, D-III, dan S1 non pendidikan rekam medis. Petugas yang lulusan dari SLTA sebanyak 13 orang (62%), petugas yang lulusan dari D-III non rekam medis sebanyak 2 0rang (9, 5%) dan petugas yang lulusan dari S1 non rekam medis sebanyak 6 orang (28, 5%). Dengan masih kurangnya petugas di unit rekam medis yang sesuai dengan lulusan perekam medis, akan berpengaruh dalam Sistem Penyimpanan Rekam Medis tersebut. Hal ini bahwa petugas yang ada di RSUD Boven Digoel tidak semua memiliki Pendidikan ahli di bidangnya, dan tidak sesuai dengan standarprofesiperekammedisyang sebenarnya, hal ini terkutif bahwa rekam medis perlu memiliki aspekpenting, karena dapat mendukung dan mendukung dalam memberikan memiliki informasiKesehatan yang optimal.

Berdasarkan wawancara dengan petugas dan observasi di lapangan, penulis menemukan permasalahan terutama pada Sistem Penyimpanan Rekam Medis secara sentralisasi. Dimana penyimpanan berkas rekam medis sering tidak menemukan berkas rekam medis pada saat berkas itu dibutuhkan. Karena masalah tersebut maka pasien harus menunggu lama untuk mendapatakan pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan penunjuk penyimpanannya yang belum terlaksana dengan benar seperti pemberian batas penempatan berkas di rak penyimpanan serta pemberian nomor di setiap rak, ini dapat menyebabkan petugas keliru dalam penyimpanan dan pengambilan kembali rekam medis yang akan mengakibatkan efisiensi dalam bekerja tidak maksimal dan dapat menurunkan mutu pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Petugas perekam medis memiliki keluhan komplain pasien terhadap ketersediaan rekam medis di rumah sakit. Pasien dan dokter sudah ada namun rekam medisnya belum tersedia.

Hal ini mengakibatkanhambatan dalam proses pelayanankepada pasien dan bisa menurunkan mutupelayanan.Keterlambatan rekam medis sampaikerumah sakitdiakibatkanadanyamissfileatausalahletak. Kesalahan dalam pengembalian rekam medis ke tempat penyimpanan menyulitkan dalam pencariandandapatmenghambatpelayanankepadapasien.Komplaintidak hanyaberasaldaripasien,namunjugaberasaldaridokterpemberipelayanan. Mereka memerlukan rekam medis untuk melihat riwayat kesehatan pasien dan untuk merekam pelayanan kesehatan yang sudah diberikan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka judul penelitian ini yaitu Pengaruh Latar belakang Pendidikan Perekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel.

 

 

METODE PENELITIAN

 

Rancangan metode penelitian ini berupa penelitian deskriptif kuantitatif dengan penyajian fakta secara sistematis (Farida et al., 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perekam Medis yang berjumlah 21 orang dengan sampel penelitian menggunakan teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan menjadi sampel sehingga jumlah sampel penelitian sebanyaj 21 orang. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel. Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Analisis data yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi square.

 

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A. Hasil Penelitian

 

Berikut hasil penlitian tentang Pengaruh Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis yang dilakukan di RSUD Boven Digoel, dengan jumlah sampel sebanyak 21 orang yaitu sebagai berikut :

 

Tabel 1. Latar Belakang Pendidikan

No

Latar Belakang

f

%

1

SMA

13

61, 9

2

D3 (Rekam Medis)

2

9, 5

3

S1 (Non

Rekam Medis)

6

28, 6

 

Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa responden Perekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel 13 (61, 9%) memiliki Latar belakang pendidikan SMA

 

Tabel 2. Sistem Penyimpanan Rekam Medis

No

Sistem Penyimpanan

f

%

1

Baik

7

33, 3

2

Buruk

14

66, 7

Total

21

100

���������������������������������

 

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa 14 (66, 7%) responden Perekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel memiliki sistem penyimpanan buruk

 

Tabel 3. Pengaruh Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis RSUD Boven Digoel

Latar belakang Pendidikan

Sistem Penyimpanan

Berkas Rekam Medis

p-value

 

Baik

Buruk

Total

0, 000

f

%

f

%

f

%

 

 

SMA

1

14, 3

12

8, 7

3

61, 9

 

D3(Rekam Medis)

0

0

2

14, 3

2

9, 5

 

S1 (Non Rekam Medis)

6

85, 7

0

0

6

28, 6

 


Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa responden Perekam Medis rata-rata SMA dengan sistem penyimpanan rekam medis buruk yaitu 12 (8, 7%), sebanyak 13 oramg.Hasil uji chi square diperoleh nilai p-value=0, 000 yang berarti terdapat pengaruh antara Latar belakang dengan Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel.

 

B. Pembahasan

 

Berikut pembahasan penlitian tentang Pengaruh Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis yang dilakukan di RSUD Boven Digoel, dengan jumlah sampel sebanyak 21 orang yaitu sebagai berikut :

Latar belakang Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 (61, 9%) responden Perekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel memiliki Latar belakang SMA. Pada penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar Perekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel dengan pendidikan SMA, namun ada juga yang berpendidikan tinggi S1 non rekam medis. Hal ini artinya jenjang pendidikan seseorang tidak menutupi kemungkinan mengalami masalah sistem penyimpanan rekam medis tidak sesuai dengan SOP yang diakibatkan kurangnya pengetahuan ataupun informasi yang didapatkan. Tingginya tingkat pendidikan responden yang hanya sampai sekolah SMA menyebabkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya sistem penyimpanan rekam medis di rumah sakit menjadi buruk.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2016). Menurut asumsi peneliti, rendahnya Pendidikan Rekam Medis akan berdampak pada tingkat pengetahuan kurang baik terutama pada Sistem Penyimpanan Rekam Medis di rumah sakit akan buruk pula.

 

Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 atau 66.7% Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel adalah tidak sesuai dengan SOP. Pada dasarnya sistem rekam medis rumah sakit yang diatur tentang pertanggungjawaban terhadap rekam medis oleh seorang ahli di bidangnya. Penyimpanan rekam medis yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan atau kebaikan managemen rekam medis dari suatu pelayanan kesehatan, tentunya jika didukung dengan sistem yang baik.

Petugas penyimpanan menjadi aspek utama dalam alur rekam medis sebuah rumah sakit. Petugas penyimpanan mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar dalam menjaga berkas rekam medis. Petugas penyimpanan diharapkan benar-benar mengetahui prosedur dari rekam medis secara luas dan mendalam (Sugiarto, 2017).

Menurut penelitian, kegiatan menyimpan rekam medis merupakan usaha melindungi rekam medis dari kerusakan fisik dan isi dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis harus di simpan dan di rawat dengan baik karena rekam medis merupakan harta benda rumah sakit yang sangat berharga (Sandika, 2019).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 269/ MENKES / PER / III / 2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Indonesia, 2008). Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi dan tim kesehatan lainnya mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data medis pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medis di rumah sakit dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/ peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya (Dirjen Yanmed, 2006).

 

Pengaruh Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji chi square diperoleh nilai p-value=0, 000 yang berarti terdapat pengaruh antara Latar belakang dengan Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel. Pada penelitian ini membuktikan bahwa Latar belakang SMA memiliki pengaruh yang signifikan. Artinya sistem penyimpanan rekam medis di rumah sakit sangat penting dan ditentukan oleh Latar belakang oleh perekam medis.

Tingkat pendidikan semua perekam medis dan distribusi adalah SMA, namun untuk kepala Rekam Medis memiliki Latar belakang S1Keperawatan. Menurut (Wahyu, 2013) semakin tinggi pendidikan seseorang maka keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat tantangan yang tinggi semakin kuat. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi tingkat pendidikan pada perekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel. Perekam medis dan distribusi hanya memiliki tingkat Pendidikan SMA. Tingkat pendidikan yang kurang dari standart determinan terhadap kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas terhadap keamanan dan kerahasiaan dokumen rekam medis. Kurangnya pengetahuan tentang definisi SOP dan isi SOP keamanan dan kerahasiaan, kurangnya keterampilan dalam melacak berkas rekam medis yang hilang. Standar prosedur operasional atau SOP memberikan langkah yang benar dan terbaik dalam rekam medis dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi (Waluyo, 2019).

Tingkat pendidikan yang tinggi dari seorang pegawai dapat mempengaruhi kemampuan dalam mencapai kinerja yang optimal, dimana diharapkan kemampuan sumber daya manusia yang tinggi untuk mencapai misi organisasi (Huffman, 2019). Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel belum pernah mengadakan pelatihan terkait bagian rekam medis. Peneliti berpendapat perlu diberikannya jenjang pendidikan lanjutan atau pelatihan kepada petugas agar tingkat pendidikan yang memadai dapat meningkatkan produktivitas kerja yang lebih baik.

Pendidikan merupakan faktor yang mencerminkan kemampuan sesorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan (Notoatmodjo, 2016). Tingkat pendidikan digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan agar karyawan lebih terampil dalam melaksanakan tugasnya (Endah, 2018).

 

 

KESIMPULAN

 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel dapat disimpulkan bahawa diantaranya perekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel sebagian besar 13 (61, 9%) memiliki Latar belakang SMA. Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel diperoleh 14 atau 66.7% adalah tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Terdapat pengaruh antara Latar belakang dengan Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel (p-value=0, 000).

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Astri Utami, I. (2020). Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Diii Keperawatan Dalam Menghadapi Ujikom Di Universitas Bhakti Kencana Bandung.

Endah. (2018). Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan.

Farida, H., Herawati, H., Hapsari, M. M., Notoatmodjo, H., & Hardian, H. (2016). Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari Pediatri, 10(1), 34�41.

Gemala R. (2016). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-Press.

Hatta, R. G. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia.

Huffman. (2019). Medical Record Management. Berwyn: Physicians Record Company.

Indonesia, R. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis. Jakarta.

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Notoatmodjo. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Permenkes, R. I. (2015). No 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perekam Medis [Internet]. Tersedia Dalam Www. Hukor. Depkes. Go. Id [Diakses 07 Mei 2015].

Pratama, R. F. (2020). Pengaruh Kompetensi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan Terhadap Pelayanan Pasien Rawat Jalan Di Klinik Pratama Mulya Sehat Antapani Bandung. Jurnal INFOKES (Informasi Kesehatan), 4(1), 72�78.

Putri, R. S. E., & Farhansyah, F. (2020). Pencatatan Identifikasi Dan Rekam Kesehatan Personal Siswa Di Madrasah Aliyah Nahdhatul Wathan Kelurahan Tanjung Riau. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 120�124. https://doi.org/10.31949/jb.v1i2.269

Ritonga, Z. A. (2018). Tingkat Pengetahuan Petugas Rekam Medis Tentang Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Sinar Husni Medan. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda, 1(2), 87�95.

Ritonga, Z. A., & Sari, F. M. (2019). Tinjauan Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 4(2), 637�647.

Rustianto. (2018). Etika Profesi: Perekam Medis Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Schein.

Sandika, T. W. (2019). Tinjauan Pelaksanaan Pemeliharaan Dokumen Rekam Medis Di Ruang Filing Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. muhammad Ildrem Medan Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 4(1), 560�566.

Sugiarto. (2017). Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta: Gava Media.

Wahyu. (2013). Pengaruh Perilaku, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan terhadap Berkas Penyimanan Rekam Medik. Terbitan: YUSTISIA.

Waluyo. (2019). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien pada Rumah Sakit di Indonesia. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. http://dx.doi.org/10.33560/jmiki.v7i2.225

Yamed. (2006). Buku Pedoman Penyelenggaraan & Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Kemenkes RI, Jakarta.

 

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png

� 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).