PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PEREKAM MEDIS
TERHADAP SISTEM PENYIMPANAN
REKAM MEDIS
DI RSUD BOVEN DIGOEL
Norberta Ohoiwutun1, Sali Setiatin2
Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan Politeknik Piksi Ganesha Bandung1, 2
[email protected]1,
[email protected]2
Coresponden Author : Norberta Ohoiwutun
Email : [email protected]
PENDAHULUAN
Berdasarkan
Undang-Undang No. 44 Tahun 2018, rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2018).
Salah satu
kegiatan yang dilaksanakan dalam rekam medis pengelolaan sistem penyimpanan
berkas. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain
identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 sedangkan menurut (Putri
& Farhansyah, 2020) Rekam Medis
adalah tempat penyimpanan data dan informasi mengenai pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien.Rekam medis mencatat siapa, apa, dimana dan bagaimana
perawatan yang telah dilakukan kepada pasien.
Pengelolaan
penyimpanan berkas rekam medis sangat penting untuk dilakukan dalam suatu
institusi pelayanan kesehatan karena dapat mempermudah dan mempercepat
ditemukan kembali berkas rekam medis yang disimpan dalam rak penyimpanan, mudah
dalam pengambilan dari tempat penyimpanan, mudah pengembaliannya, melindungi
berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi, dan
biologi. Rekam medis akan terlaksana dengan baik apabila bagian pengolahan data
dan pencatatan melakukan tugasnya dengan baik (Ritonga & Sari, 2019).
Salah
satunya pengolahan data dibagian Penyimpanan (filing). Filing
adalah unit kerja Rekam Medis yang diakreditasi oleh Departemen Kesehatan yang
berfungsi sebagai tempat pengaturan dan penyimpanan dokumen atas dasar sistem
penataan tertentu melalui prosedur yang sistematis sehingga sewaktu-waktu
dibutuhkan dapat menyajikan secara cepat dan tepat. Dokumen Rekam Medis adalah
catatan yang berisikan identitas pasien, diagnosis serta riwayat penyakit
pasien (Kemenkes, RI 2018).
Pelayanan rekam medis rumah sakit yang diatur
tentang pertanggungjawaban terhadap rekam medis dan aspek hukum rekam medis
yang bertujuan untuk terselenggaraannya pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
efektif dan efisien (Ritonga, 2018).
Penyimpanan berkas rekam medis yang baik merupakan salah satu kunci
keberhasilan atau kebaikan managemen rekam medis dari suatu pelayanan
kesehatan, tentunya jika didukung dengan sistem yang baik. Petugas penyimpanan
menjadi aspek utama dalam alur rekam medis sebuah rumah sakit. Petugas
penyimpanan mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar dalam menjaga rekam
medis. Petugas penyimpanan diharapkan benar-benar mengetahui prosedur dari
rekam medis secara luas dan mendalam
Sertifikasi dan Registrasi tenaga kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI) (Kemenkes RI, 2016 :
4), Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tenaga kesehatan
berdasarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional untuk dapat
menjalankan praktik dan atau pekerjaan keprofesian (Astri Utami, 2020).
Kompetensi perekam medis dan informasi
kesehatan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki
oleh seorang profesi perekam medis dan informasi kesehatan dalam melakukan
tanggungjawab di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Petugas perekam medis dan
informasi kesehatan harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang merupakan kompetensi dari profesinya (Rustianto, 2018).
Standar kompetensi PMIK terdiri atas
kompetensi petugas rekam
medis. Kompetensi dibangun dengan akar yang terdiri
atas professional yang luhur, kewaspadaan dalam bentuk mawas diri dan
pengembangan diri, serta komunikasi yang efektif, yang akan menunjang manajemen
data dan informasi kesehatan lainnya, ketrampilan klasifikasi klinis, kodifikasi
penyakit dan masalah kesehatan lainnya juga prosedur klinis, aplikasi statistik
kesehatan, epidemiologi dasar, biomedik serta manajemen pelayanan rekam medis
dan informasi kesehatan (Pratama, 2020)
Pendidikan Rekam Medis dapat mempengaruhi
oleh tingkat pengetahuan, dan pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan semakin
tingkat pendidikannya tinggi maka semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat,
sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan memengaruhi pendayagunaan dan
informasi dalam penyimpanan rekam medis, untuk pengembangan dan peningkatan
kinerja para petugas dibagian penyimpanan berkas rekam medis. Pendidikan
seorang Perekam Medis terhadap penyimpanan berkas rekam medis akan menjadi
baik, jika petugas mempunyai pendidikan tinggi dan mempunyai keahlian yang
tinggi pula dan kesediaan untuk bekerja dan mempunyai kemampuan dan
keterampilan itu merupakan salah satu yang dapat memengaruhi perilaku kerja dan
kinerja individu (Hatta, 2013).
Pentingnya penguasaan kompetensi Perekam
Medis terkait dengan Latar belakang pendidikan dan jenjang karirnya di unit
rekam medis, untuk menjalankan pekerjaan di unit rekam medis diperlukan sumber
daya manusia yang memenuhi kompetensi perekam medis (Hatta, 2016).
Pelayanan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
adalah kegiatan menjaga, memelihara dan melayani rekam medis baik secara manual
maupun elektronik sampai menyajikan informasi kesehatan di rumah sakit. Jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, masa penyimpanan ini termasuk singkat.
Di negara bagian California Amerika Serikat, penyimpanan rekam medis sejak
terakhir kali pasien berobat. Rekam medis dan informasi kesehatan menyangkut
kepentingan kerahasian pribadi pasien dan rahasia jabatan, maka perekam medis
perlu merumuskan pedoman sikap dan perilaku profesi dilihat dari Latar belakang
pendidikan untuk pengetahuan sistem penyimpanan rekam medis (Permenkes,
2015).
Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit
Umum Daerah Boven Digoel diketahui bahwa jumlah tenaga rekam medis di rumah
sakit tersebut ada 21 orang, dengan demikian tingkat pendidikan tenaga rekam
medis di rumah sakit tersebut berbeda-beda dan Pendidikan Rekam Medis bukan
dari lulusan perekam medis yang sesuai dengan latar belakang Pendidikan rekam
medis. Petugas yang bekerja di bagian unit rekam
medis ada 21 orang.
Tingkat pendidikan petugas di bagian unit
rekam medis merupakan lulusan dari SLTA, D-III, dan S1 non pendidikan rekam
medis. Petugas yang lulusan dari SLTA sebanyak 13 orang (62%), petugas yang
lulusan dari D-III non rekam medis sebanyak 2 0rang (9, 5%) dan petugas yang
lulusan dari S1 non rekam medis sebanyak 6 orang (28, 5%). Dengan masih kurangnya
petugas di unit rekam medis yang sesuai dengan lulusan perekam medis, akan
berpengaruh dalam Sistem Penyimpanan Rekam Medis tersebut. Hal ini bahwa
petugas yang ada di RSUD Boven Digoel tidak semua memiliki Pendidikan ahli di
bidangnya, dan tidak sesuai dengan standar�
profesi� perekam� medis�
yang sebenarnya, hal ini terkutif bahwa rekam medis perlu memiliki
aspek� penting, karena dapat mendukung
dan mendukung dalam memberikan memiliki informasi� Kesehatan yang optimal.
Berdasarkan wawancara
dengan petugas dan observasi di lapangan, penulis menemukan permasalahan
terutama pada Sistem Penyimpanan Rekam Medis secara sentralisasi. Dimana
penyimpanan berkas rekam medis sering tidak menemukan berkas rekam medis pada
saat berkas itu dibutuhkan. Karena masalah tersebut maka pasien harus menunggu
lama untuk mendapatakan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan penunjuk
penyimpanannya yang belum terlaksana dengan benar seperti pemberian batas
penempatan berkas di rak penyimpanan serta pemberian nomor di setiap rak, ini
dapat menyebabkan petugas keliru dalam penyimpanan dan pengambilan kembali
rekam medis yang akan mengakibatkan efisiensi dalam bekerja tidak maksimal dan
dapat menurunkan mutu pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Petugas
perekam medis memiliki keluhan komplain pasien terhadap ketersediaan rekam
medis di rumah sakit. Pasien dan dokter sudah ada namun rekam medisnya belum
tersedia.�
Hal ini
mengakibatkan� hambatan dalam proses
pelayanan� kepada pasien dan bisa
menurunkan mutu� pelayanan.� Keterlambatan rekam medis sampai� ke�
rumah sakit� diakibatkan� adanya�
miss� file� atau�
salah� letak. Kesalahan dalam
pengembalian rekam medis ke tempat penyimpanan menyulitkan dalam pencarian� dan�
dapat� menghambat� pelayanan�
kepada� pasien.� Komplain�
tidak hanya� berasal� dari�
pasien,� namun� juga�
berasal� dari� dokter�
pemberi� pelayanan. Mereka
memerlukan rekam medis untuk melihat riwayat kesehatan pasien dan untuk merekam
pelayanan kesehatan yang sudah diberikan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka judul
penelitian ini yaitu Pengaruh Latar belakang Pendidikan Perekam Medis Terhadap
Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel.
METODE
PENELITIAN
Rancangan
metode penelitian ini berupa penelitian deskriptif kuantitatif dengan penyajian
fakta secara sistematis (Farida et al., 2016). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh Perekam Medis yang berjumlah 21 orang
dengan sampel penelitian menggunakan teknik sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan menjadi sampel
sehingga jumlah sampel penelitian sebanyaj 21 orang. Penelitian ini dilakukan
di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel.
Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Analisis data yaitu
univariat dan bivariat dengan uji chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut
hasil penlitian tentang Pengaruh Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem
Penyimpanan Rekam Medis yang dilakukan di RSUD Boven Digoel, dengan jumlah
sampel sebanyak 21 orang yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Latar Belakang Pendidikan
No |
Latar Belakang |
f |
% |
1 |
SMA |
13 |
�61, 9 |
2 |
D3
(Rekam Medis) |
2 |
�9, 5 |
3 |
S1
(Non Rekam
Medis) |
6 |
�28, 6 |
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa
responden Perekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Boven Digoel 13 (61, 9%) memiliki
Latar belakang pendidikan SMA
Tabel 2. Sistem Penyimpanan Rekam Medis
No |
Sistem Penyimpanan |
f |
% |
1 |
Baik |
7 |
�33, 3 |
2 |
Buruk |
14 |
�66, 7 |
� |
Total |
21 |
�100 |
���������������������������������
Berdasarkan
tabel 2 diatas menunjukkan bahwa 14 (66, 7%) responden Perekam Medis di Rumah
Sakit Umum Daerah Boven Digoel memiliki sistem penyimpanan buruk
Tabel 3. Pengaruh Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam
Medis RSUD Boven Digoel
Latar belakang Pendidikan |
Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis |
p-value |
|
||||||
Baik |
Buruk |
Total |
0, 000 |
||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
|
|
||
SMA |
1 |
14, 3 |
12 |
8, 7 |
3 |
61, 9 |
|
||
D3(Rekam Medis) |
0 |
0 |
2 |
14, 3 |
2 |
9, 5 |
|
||
S1 (Non Rekam Medis) |
6 |
85, 7 |
0 |
0 |
6 |
28, 6 |
|
||
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa
responden Perekam Medis rata-rata SMA dengan sistem penyimpanan rekam medis
buruk yaitu 12 (8, 7%), sebanyak 13 oramg.Hasil uji chi square diperoleh nilai p-value=0, 000 yang berarti terdapat
pengaruh antara Latar belakang dengan Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah
Sakit Umum Daerah Boven Digoel.
B. Pembahasan
Berikut pembahasan
penlitian tentang Pengaruh Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem
Penyimpanan Rekam Medis yang dilakukan di RSUD Boven Digoel, dengan jumlah
sampel sebanyak 21 orang yaitu sebagai berikut :
Latar
belakang Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven
Digoel
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 (61, 9%) responden Perekam Medis di Rumah
Sakit Umum Daerah Boven Digoel memiliki Latar belakang SMA. Pada penelitian ini
menggambarkan bahwa sebagian besar Perekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Boven Digoel dengan pendidikan SMA, namun ada juga yang berpendidikan tinggi S1
non rekam medis. Hal ini artinya jenjang pendidikan seseorang tidak menutupi
kemungkinan mengalami masalah sistem penyimpanan rekam medis tidak sesuai
dengan SOP yang diakibatkan kurangnya pengetahuan ataupun informasi yang
didapatkan. Tingginya tingkat pendidikan responden yang hanya sampai sekolah
SMA menyebabkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya sistem penyimpanan
rekam medis di rumah sakit menjadi buruk.
Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang karena dapat
membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide teknologi baru sesuai
dengan perkembangan zaman (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan pada umumnya semakin tinggi
pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2016). Menurut asumsi peneliti, rendahnya
Pendidikan Rekam Medis akan berdampak pada tingkat pengetahuan kurang baik
terutama pada Sistem Penyimpanan Rekam Medis di rumah sakit akan buruk pula.
Sistem
Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 atau 66.7% Sistem Penyimpanan Rekam Medis
Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel adalah tidak sesuai dengan SOP. Pada
dasarnya sistem rekam medis rumah sakit yang diatur tentang pertanggungjawaban
terhadap rekam medis oleh seorang ahli di bidangnya. Penyimpanan rekam medis
yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan atau kebaikan managemen rekam
medis dari suatu pelayanan kesehatan, tentunya jika didukung dengan sistem yang
baik.
Petugas
penyimpanan menjadi aspek utama dalam alur rekam medis sebuah rumah sakit.
Petugas penyimpanan mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar dalam menjaga
berkas rekam medis. Petugas penyimpanan diharapkan benar-benar mengetahui
prosedur dari rekam medis secara luas dan mendalam (Sugiarto, 2017).
Menurut
penelitian, kegiatan
menyimpan rekam medis merupakan usaha melindungi rekam medis dari kerusakan
fisik dan isi dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis harus di simpan dan di
rawat dengan baik karena rekam medis merupakan harta benda rumah sakit yang
sangat berharga (Sandika, 2019).
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 269/ MENKES / PER / III / 2008 yang dimaksud
rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas
pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Indonesia, 2008). Catatan merupakan tulisan-tulisan yang
dibuat oleh dokter atau dokter gigi dan tim kesehatan lainnya mengenai
tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan. Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai
pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan
data medis pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medis di rumah sakit
dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan
untuk melayani permintaan/ peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan
lainnya (Dirjen Yanmed, 2006).
Pengaruh
Latar belakang Rekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah
Sakit Umum Daerah Boven Digoel
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji chi square diperoleh nilai p-value=0, 000 yang berarti terdapat
pengaruh antara Latar belakang dengan Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah
Sakit Umum Daerah Boven Digoel. Pada penelitian ini membuktikan bahwa Latar
belakang SMA memiliki pengaruh yang signifikan. Artinya sistem penyimpanan
rekam medis
di rumah sakit sangat penting dan ditentukan oleh Latar belakang oleh perekam
medis.
Tingkat
pendidikan semua perekam medis dan distribusi adalah SMA, namun untuk kepala
Rekam Medis memiliki Latar belakang S1Keperawatan. Menurut (Wahyu, 2013) semakin tinggi pendidikan seseorang maka
keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat tantangan yang tinggi
semakin kuat. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi tingkat pendidikan pada perekam
medis di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel. Perekam medis dan distribusi
hanya memiliki tingkat Pendidikan SMA. Tingkat pendidikan yang kurang dari
standart determinan terhadap kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas
terhadap keamanan dan kerahasiaan dokumen rekam medis. Kurangnya pengetahuan
tentang definisi SOP dan isi SOP keamanan dan kerahasiaan, kurangnya
keterampilan dalam melacak berkas rekam medis yang hilang. Standar prosedur
operasional atau SOP memberikan langkah yang benar dan terbaik dalam rekam
medis dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat
oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi (Waluyo, 2019).
�Tingkat pendidikan yang tinggi dari seorang
pegawai dapat mempengaruhi kemampuan dalam mencapai kinerja yang optimal,
dimana diharapkan kemampuan sumber daya manusia yang tinggi untuk mencapai misi
organisasi (Huffman, 2019). Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel belum
pernah mengadakan pelatihan terkait bagian rekam medis. Peneliti berpendapat
perlu diberikannya jenjang pendidikan lanjutan atau pelatihan kepada petugas
agar tingkat pendidikan yang memadai dapat meningkatkan produktivitas kerja
yang lebih baik.
Pendidikan
merupakan faktor yang mencerminkan kemampuan sesorang untuk dapat menyelesaikan
suatu pekerjaan (Notoatmodjo, 2016). Tingkat pendidikan digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan agar
karyawan lebih terampil dalam melaksanakan tugasnya (Endah, 2018).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel dapat disimpulkan bahawa diantaranya
perekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel sebagian besar 13 (61, 9%)
memiliki Latar belakang SMA. Sistem Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum
Daerah Boven Digoel diperoleh 14 atau 66.7% adalah tidak sesuai dengan SOP yang
berlaku. Terdapat pengaruh antara Latar belakang dengan Sistem Penyimpanan
Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Boven Digoel (p-value=0, 000).
Astri Utami, I. (2020). Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Diii Keperawatan Dalam
Menghadapi Ujikom Di Universitas Bhakti Kencana Bandung.
Endah. (2018). Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan.
Farida, H., Herawati, H.,
Hapsari, M. M., Notoatmodjo, H., & Hardian, H. (2016). Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi
Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari Pediatri, 10(1), 34�41.
Gemala R. (2016). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press.
Hatta, R. G. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Universitas Indonesia.
Huffman. (2019). Medical
Record Management. Berwyn: Physicians Record Company.
Indonesia, R. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
Tentang Rekam Medis. Jakarta.
Kemenkes RI. (2018). Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Notoatmodjo. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Permenkes, R. I. (2015). No 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perekam Medis [Internet]. Tersedia Dalam Www. Hukor. Depkes. Go. Id
[Diakses 07 Mei 2015].
Pratama, R. F. (2020). Pengaruh Kompetensi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan
Terhadap Pelayanan Pasien Rawat Jalan Di Klinik Pratama Mulya Sehat Antapani
Bandung. Jurnal INFOKES (Informasi Kesehatan),
4(1), 72�78.
Putri, R. S. E., &
Farhansyah, F. (2020). Pencatatan Identifikasi Dan Rekam Kesehatan Personal
Siswa Di Madrasah Aliyah Nahdhatul Wathan Kelurahan Tanjung Riau. BERNAS:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 120�124. https://doi.org/10.31949/jb.v1i2.269
Ritonga, Z. A. (2018). Tingkat Pengetahuan Petugas Rekam Medis Tentang Sistem
Penyimpanan Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Sinar Husni Medan. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda,
1(2), 87�95.
Ritonga, Z. A., & Sari, F. M. (2019). Tinjauan Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis Di Rumah
Sakit Umum Pusat H Adam Malik Tahun 2019. Jurnal
Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 4(2),
637�647.
Rustianto. (2018). Etika Profesi: Perekam Medis Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Schein.
Sandika, T. W. (2019). Tinjauan Pelaksanaan Pemeliharaan Dokumen Rekam Medis Di
Ruang Filing Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. muhammad Ildrem Medan Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda
(JIPIKI), 4(1), 560�566.
Sugiarto. (2017). Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta: Gava
Media.
Wahyu. (2013). Pengaruh
Perilaku, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan terhadap Berkas Penyimanan Rekam
Medik. Terbitan: YUSTISIA.
Waluyo. (2019). Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien pada Rumah Sakit
di Indonesia. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. http://dx.doi.org/10.33560/jmiki.v7i2.225
Yamed. (2006). Buku
Pedoman Penyelenggaraan & Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia.
Kemenkes RI, Jakarta.
� 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). |