�ANALISIS
KEBUTUHAN PROSES INSTRUKSIONAL
DI SEKOLAH DASAR NEGERI KAPUK 10
PETANG
Salma Ramadhanty1, Ina Magdalena2, Putri Salsabila3,� Siti Ajzahro4
Program Sttudi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Tangerang,
Indonesia
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
|
Abstract |
|
Received: 06 -01-2021 Revised� : 13-02-2021 Accepted: 23-02-2021 |
|
The purpose
of this study was to determine the needs in the process of learning
activities at SDN KAPUK 10 PETANG. This research uses a qualitative approach.
The results of the research we have done are stating that the things most
needed in the learning activity process are teaching materials, media, and
learning models. If one of these things does not meet the need, the learning
activity process will not run smoothly. Keywords: learning
needs; teaching materials; ������������������ Method; media |
|
Abstrak
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan dalam proses kegiatan
pembelajaran di SDN KAPUK 10 PETANG. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Hasil dari penelitian yang telah kami lakukan yaitu menyatakan
bahwa hal-hal yang paling dibutuhkan dalam proses kegiatan pembelajaran
adalah bahan ajar, media, dan model pembelajaran. Jika salah satu dari hal
tersebut tidak memenuhi kebutuhan maka proses kegiatan pembelajaran tidak
akan berjalan dengan lancar. Kata
kunci: kebutuhan
pembelajaran; bahan ajar; �������������������� metode; media |
|
|
|
|
CC BY
PENDAHULUAN
Pendidikan berasal dari kata dasar �didik� yang mempunyai arti memelihara dan memberi latihan. Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan tentang kecerdasan pikiran. Pengertian pendidikan adalah proses penguapan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan melihat definisi tersebut, sebagian orang mengartikan bahwa pendidikan adalah pengajaran karena pendidikan pada umumnya membutuhkan pengajaran dan setiap orang berkewajiban mendidik. Secara sempit mengajar adalah kegiatan secara formal menyampaikan materi pelajaran sehingga peserta didik menguasai materi ajar.
Menurut Daryanto (2014:171), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar dikelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran adalah modul.
Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien jika menggunakan bahan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, memiliki uraian yang sistematis, tes yang terstandar serta strategi pembelajaran yang cocok bagi peserta didik. �
Cara untuk mencapai proses pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik, maka peran pendidik (guru) dalam mengajar akan menjadikan suatu aspek utama keberhasilan tercapai atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran. guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Mujtahid: 2011). Seorang pendidik perlu melakukan pengenalan terlebih dahulu kepada masing-masing peserta didiknya, hal ini berguna untuk apa yang telah disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.
Proses pembelajaran terpadu secara keseluruhan dari awal sampai akhir kegiatan harus dapat membangkitkan aktivitas siswa sebagai objek dan subjek pembelajaran. Kegiatan pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen � komponen pembelajaran lainnya. Oleh sebab itu, kegiatan pendahuluan dalam kegiatan pembelajaran terpadu harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, fleksibel, efektif, dan efisien. Kegiatan pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan sebuah pembelajaran.
METODE
PENELITIAN
Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah menganalisis dengan menggunakan metode wawancara dan
pendekatan kualitatif. Menurut Steward & Cash mengidentifikasi wawancara
sebagai sebuah proses komunikasi dyad (interpersonal), dengan tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya, bersifat serius, yang dirancang agar tercipta
interaksi yang melibatkan aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan (Hakim :
2013). Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari orang-orang yang diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari wawancara ini
diketahui bahwa kebutuhan pembelajaran yang paling penting yaitu bahan ajar,
seperti buku guru dan buku siswa. Jika salah satu bahan ajar tidak mencukupi
maka kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan, karena buku merupakan referensi
utama dalam kegiatan pembelajaran. Selain buku yang paling penting digunakan
dalam proses kegiatan pembelajaran adalah media. Jika dalam proses kegiatan
pembelajaran tidak menggunakan media, itu akan menghambat proses pembelajaran.
Dan pada proses kegiatan pembelajaran model juga diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam menerapkan materi pembelajaran.
Berdasarkan hasil dari penelitian
ini yaitu di mana model adalah suatu yang paling dibutuhkan oleh guru sebagai
suatu kebutuhan dalam proses kegiatan pembelajaran. Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan
melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan
melalui pendekatan mata pelajaran. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3)
Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring labang-laba.
Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau terpadu beberapa
mata pelajaran.
Model yang digunakan oleh guru
kelas atas dalam pembelajaran adalah integrasi (integrated) atau terpadu
beberapa mata pelajaran. Model merupakan pada umum .pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan (Wijanarko : 2017). Model integrasi
merupakan pemanduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi
esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat
dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu pengetahuan Alam, dan
Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup
diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam (Hernawan, Resmini, & Andayani, 2016). Jika model tersebut tidak dapat diterapkan maka proses
pembelajaran akan terhambat, karena model tersebut penting dalam proses
kegiatan pembelajaran.
Selain model, para guru dituntut agar guru mampu menggunakan alat � alat yang disediakan disekolah. Sekolah. Guru sekurang � kurangnya dapat menggunakan� alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran (Arsyad 2011:2).
Media
pembelajaran merupakan sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau bahan pembelajaran, untuk menarik minat siswa terhadap materi
pembelajaran serta meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang disajikan
tersebut (Nuroifah, 2015). Media pembelajaran juga merupakan setiap orang atau,
bahan alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
pembelajaran menerima pengetahuan dan sikap. Pembelajaran berbasis media
pembelajaran menempatkan peserta didik untuk berinteraksi langsung dengan
materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik. Sehingga
dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak yang dapat menimbulkan
motivasi dan hasil belajar yang lebih baik (Fadli 2017).
Media juga sangat penting dalam
proses kegiatan pembelajaran. kata �media� berasal dari bahasa latin, merupakan
bentuk jamak dari kata �medium�. Secara harfiah kata tersebut merupakan arti
perantara atau pengantar. Menurut Bringgs, media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, dan video
(Rahma : 2019).� Media yang digunakan
dalam pembelajaran seperti media elektronik yaitu infocus dan juga
gambar-gambar. Media di sekolah itu sendiri belum tepenuhi karena sekolah hanya
memfasilitasi media elektronik yaitu infocus. Untuk menjalankan media
elektronik, tidak semua guru bisa menjalankannya maka dari itu tidak semua kelas
menggunakan media tersebut.
Media pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi materi pelajaran dapat membantu menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dan menarik bagi peserta didik. Suyono dan Nurohman
(2014) tujuan media pembelajaran adalah untuk memfasilitasi terjadinya proses
komunikasi dan untuk meningkatan hasil pembelajaran.
Selain model dan media
pembelajaran, adapun kebutuhan lain yang paling penting yaitu bahan ajar,
seperti buku siswa dan buku guru. Bahan ajar merupakan salah satu faktor
penting dalam keefektifan sebuah pembelajaran terlebih di tingkat perguruan
tinggi. Kurangnya bahan ajar tentunya dapat memengaruhi kualitas pembelajaran
atau perkuliahan (Arsanti : 2018). Dalam mencapai tujuan pembelajaran diperlukan lingkungan pembelajaran
yang� kondusif. Lingkungan belajar diatur
oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran
dan penilaian pengajaran. Bahan ajar adalah seperangkat materi keilmuan yang
terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu pengetahuan yang
bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam
melakukan interaksinya dengan peserta didik agar bahan pengajaran sampai pada
peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tujuan pengajaran (Sudjana
& Rivai, 2010, p. 1). Jika salah satu bahan ajar tidak mencukupi maka kegiatan
pembelajaran tidak akan berjalan, karena buku merupakan referensi utama dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karna itu, buku merupakan sumber paling penting
dalam proses kegiatan pembelajaran.
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
pembelajaran itu tergantung dari anggaran yang diberikan oleh pemerintah. Jika
pemerintah tidak memberikan anggaran sesuai dengan kebutuhan maka proses
kegiatan pembelajaran akan terhambat atau tidak terlaksana dengan baik.
KESIMPULAN
Arsanti, M. (2018). Pengembangan
Bahan Ajar Mata Kuliah Penulisan Kreatif Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter Religius Bagi Mahasiswa Prodi PBSI,FKIP, unissula. Jurnal Kredo.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Daryanto, 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Yogyakarta: Gava Media.
Fadli,
Arizal. Deskripsi Analisis Kebutuhan
Media Pembelajaran Berbasis Role Play Game Education untuk Pembelajaran
Matematika. Seminar Pendidikan Nasional. Surakarta: Pascasarjana Teknologi
Pendidikan FKIP UNS, 2017. 52-57.
Hakim. L. N. (2013). ULASAN
METODOLOGI KUALITATIF : WAWANCARA TERHADAP ELIT, Jurnal Masalah-masalah Sosial.
Hernawan, A.H, Resmini, N.,
& Andayani. (2016). Pembelajaran Terpadu di SD. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Mujtahid, Pengembangan Profesi
Guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hal. 33.
Nuroifah, Nisfatun. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Aplikasi Android Materi Sistem Ekskresi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Dawarblandong Mojokerto. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 2015. 1(1):1-10.
Rahma,F.I .(2019). MEDIA
PEMBELAJARAN (kajian terhadap Langkah-Langkah Pemilihan Media dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Bagi Anak Sekolah Dasar), Jurnal Studi
Islam.
Sudjana, N., & Rivai, A. (2010). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Undang-Undang Pendidikan No. 20
Tahun 2003 Tentang Sintem Pendidikan Nasional.
Wijanarko, Y. (2017). Model
Pembelajaran Make A Match Untuk Pembelajaran Ipa Yang Menyenangkan, Jurnal
Taman Cendikia.