Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Agustus 2021, 1 (8), 1057-1067
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.xxx http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
STRATEGI COPING DAN IMPLIKASINYA PADA KONDISI KERJA
PEREKAM MEDIS DI RSIA LIMIJATI BANDUNG
Sabila Andira Putra
1
, Sali Setiatin
2
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Politeknik Piksi Ganesha Bandung
1, 2
piksi.sabila.18303303@gmail.com
1
, salisetiatin@gmail.com
2
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
12-07-2021
10-08-2021
24-08-2021
Latar Belakang: Studi sebelumnya menyatakan bahwa
perekam medis mengalami tingkat stres yang cukup tinggi.
Dominasi stres yang tinggi akan berdampak pada kondisi
kerja maupun individunya.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana upaya coping yang dilakukan oleh perekam medis
sehingga menghasilkan kondisi kerja yang lebih baik. Pada
dasarnya, coping merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
seseorang dalam mengatasi stres. Coping terdiri dari 2 bentuk,
yaitu Problem Focused Coping atau Emotion Focused
Coping.
Metode: Adapun penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Perekam Medis di RSIA
Limijati Bandung menjadi subjek penelitiannya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan observasi,
wawancara, kuesioner, dan studi pustaka.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja pada
perekam medis RSIA Limijati Bandung disebabkan oleh
banyak faktor, terutama di masa pandemi COVID-19.
Kelelahan kerja dapat menghambat dan menggangu stabilitas
dalam melakukan pekerjaan, dapat berupa kondisi stres.
Untuk mengatasi stres dilakukan strategi coping baik Problem
Focused Coping ataupun Emotion Focused Coping.
Kesimpulan: Kesimpulan penelitian yaitu dari strategi
coping yang digunakan perekam medis di RSIA Limijati
Bandung, mampu menghasilkan kondisi kerja yang lebih
baik
Kata kunci: strategi; coping; perekam medis.
Abstract
Background: Revious studies have suggested that medical
recorders experience high levels of stress. The dominance of
high stress will have an impact on working conditions and
individuals.
Objective: this study aims to describe how the coping efforts
made by medical recorders so as to produce better working
conditions. Basically, coping is a way that is done by
someone in dealing with stress. Coping consists of 2 forms,
namely and Problem Focused Coping or Emotion Focused
Coping.
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1058
Methods: This research uses descriptive qualitative
research methods. The medical recorder at the Limijati
Mother and Child Hospital in Bandung became the subject
of his research. Data collection techniques used are
observation, interviews, questionnaires and literature study.
Results: The results showed that work stress on medical
recorders at the Limijati Mother and Child Hospital in
Bandung was caused by many factors, especially during the
COVID-19 pandemic. Work fatigue can inhibit and disrupt
stability in doing work, it can be a stressful condition. To
overcome stress, coping strategies are carried out, either
Problem Focused Coping or Emotion Focused Coping.
Conslusion: The conclusion of the study is that the coping
strategies used by medical recorders at Limijati Mother and
Child Hospital at Bandung were able to produce better
working conditions.
Keywords: strategy; coping; medical recorder.
Coresponden Author : Sabila Andira Putra
Email : piksi.sabila.18303303@gmail.com
PENDAHULUAN
Bidang kesehatan merupakan profesi yang memiliki tingkat stres tinggi, beban
kerja tinggi, tak terkecuali bagi perekam medis. Di masa pandemi COVID-19, tenaga
kesehatan mengalami stres karena ketakutan dan kekhawatiran penularan virus COVID-
19 (Handayani et al., 2020). Studi sebelumnya menyebutkan perekam medis memiliki
tingkat stres yang cukup tinggi (PP et al., 2017). Pekerjaan di rumah sakit kerap
menimbulkan tekanan pikiran berlebih dibanding tempat kerja lain (Ardani, 2017).
Rumah Sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh
warga dalam upaya m derajat orang secara totalitas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
rumah sakit dituntut memberikan pelayanan yang memadai dan memuaskan. Oleh karena
itu, rumah sakit wajib meningkatkan mutu pelayanannya, termasuk kenaikan kualitas
pendokumentasian rekam medis.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti tugas profesi perekam medis di RSIA
Limijati Bandung, memiliki tugas diantaranya: registrasi vaksin COVID-19, assembling,
analisis kelengkapan rekam medis, koding, indeksing, klaim COVID-19, peminjaman,
filing, retensi. Bagian tersebut memiliki tanggung jawab masing-masing dan tingkat stres
yang berbeda. Kondisi ini diterima perekam medis karena RSIA Limijati Bandung
sebagai salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 sehingga perekam medis memiliki
tambahan pekerjaan, kemudian mempengaruhi kondisi mental juga, hal ini menyebabkan
resiko tertular.
Waktu kerja tersedia perekam medis di RSIA Limijati Bandung dibagi kedalam
tiga shift yaitu shift pagi jam 07.00 s.d jam 14.00, shift sore jam 14.00 s.d jam 21.00, dan
shift malam jam 21.00 s.d jam 07.00.
Pengamatan awal penulis, selain jam kerja yang banyak tingkat stres pada
perekam medis diakibatkan oleh kesalahan pengelompokkan berkas rekam medis, berkas
rekam medis yang terlalu tebal, banyaknya pasien yang mendaftar. Berkas rekam medis
yang hilang atau tidak ada mengakibatkan perekam medis harus mencari berkas rekam
medis tersebut sehingga perekam medis harus berkoordinasi dengan dokter atau perawat.
Akibat stres pada perekam medis yaitu kerja menjadi tidak produktivitas, banyak terjadi
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1059
kesalahan dalam bekerja. Kesalahan mencari berkas rekam medis dan kesalahan ketika
melakukan assembling bisa menjadi dampak stres pada perekam medis. Stres ketika
bekerja bisa mengakibatkan kondisi kelelahan kerja. Karena kelelahan kerja, ada perekam
medis yang tertidur ketika bekerja.
Cornelli berpendapat bahwa yang diartikan dengan stres merupakan kendala pada
tubuh serta benak yang diakibatkan oleh perubahan serta tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan ataupun penampilan individu di dalam lingkungan
tersebut. Respon emosional yang dihasilkan dari kondisi stres yaitu kecemasan,
kemarahan dan agresif serta depresi (Rustiana & Cahyati, 2012).
Beehr dan Newman (Raudhatul, 2021) berpendapat mengenai stres kerja sebagai
kondisi yang muncul dari interaksi manusia dengan pekerjaannya serta dikarakteristikkan
oleh manusia sebagai perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari
fungsi normal mereka. Dominasi stres yang tinggi akan berdampak pada individu
sehingga timbulnya bagaimana cara mengatasi stres yang disebut dengan coping.
Coping merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengurangi atau
mengatasi stres yang bisa disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam seseorang, seperti rasa cemas, rasa takut, rasa khawatir yang
berlebihan. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar seseorang, seperti lingkungan
kerja, kondisi ruangan, konflik seseorang. Ada dua bentuk coping, yaitu Problem
Focused Coping merupakan coping yang fokus untuk mengatasi atau menyelesaikan
suatu masalah. Sedangkan Emotion Focused Coping merupakan coping yang fokus pada
masalah emosi, yang lebih melibatkan untuk mengatasi perasaan yang tertekan akibat
stres.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sartika, 2016) menunjukkan bahwa stres kerja
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu lingkungan kerja yang kurang nyaman, kelelahan
kerja, konsultasi yang tidak efektif. Penelitian lainnya melaporkan stres kerja terjadi pada
bagian distribusi karena beban kerja yang meningkat dan sering melakukan pekerjaan
dengan berjalan (Simanjuntak, 2020). Penelitian tersebut belum menuliskan coping stres
yang dilakukan oleh perekam medisnya baik secara Problem Focused Coping maupun
Emotion Focused Coping.
Penelitian mengenai strategi coping telah diteliti oleh (PP et al., 2017)
Penggunaan strategi coping yang berfokus pada masalah yaitu pada perekam medis
dengan tingkat stres yang sedang, sedangkan strategi coping yang fokus pada masalah
emosi yaitu pada perekam medis dengan tingkat stress yang tinggi. Hal tersebut menjadi
alasan pentingnya penelitian ini dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana upaya coping
yang dilakukan oleh perekam medis di RSIA Limijati Bandung sehingga menghasilkan
kondisi kerja yang lebih baik, sehingga penulis meneliti tentang bagaimana cara perekam
medis mengatasi stres.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian
deskriptif kualitatif adalah menggambarkan kondisi yang ada di lapangan. Subjek
penelitiannya adalah perekam medis di RSIA Limijati Bandung. Konsep penelitian adalah
coping dan kondisi kerja.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Dalam
penelitian ini, seluruh perekam medis di RSIA Limijati Bandung sebanyak 20 orang.
Sampel merupakan sebagian dari jumlah serta ciri yang dipunyai oleh populasi tersebut,
maupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil bagi prosedur tertentu sehingga
dapat mewakili populasinya (Siyoto & Sodik, 2015). Teknik pengambilan sampel yang
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1060
digunakan adalah Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan atau mewakilkan. Peneliti mengirimkan kuesioner terbuka kepada 6 orang
perekam medis dan wawancara kepada 7 orang perekam medis dari 20 orang perekam
medis di RSIA Limijati Bandung.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan data
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan pengamatan
menggunakan panca indera, terutama indera penglihatan dan indera pendengaran.
Adapun observasi itu dilakukan ketika penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan
pada bulan April-Juni 2021. Metode observasi yang dilakukan adalah observasi
partisipan karena peneliti berperan dan ikut merasakan bagaimana menjadi stres
bekerja di bagian rekam medis RSIA Limijati Bandung.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif yang dengan
menanyakan kepada informan secara mendalam. Peneliti mewawancarai 7 orang
perekam medis di RSIA Limijati Bandung atas dasar pertimbangan pengetahuan yang
dimiliki oleh perekam medis dan penugasan dari masing-masing perekam medis.
3. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan pada penelitian kualitatif adalah kuesioner
pertanyaan terbuka, dimana responden bebas mengungkapkan apa saja. Pengisian
kuesioner dilakukan oleh 6 perekam medis di RSIA Limijati Bandung.
4. Studi Pustaka
Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan buku referensi,
jurnal dan sumber-sumber yang diterbitkan. Instrumen penelitian berfungsi sebagai
alat-alat untuk pengumpulan data, berupa kuesioner/daftar pertanyaan bagi yang
mengisi kuesioner dan perekam suara bagi yang melakukan wawancara penelitian.
Data primer diperoleh data hasil wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder
diperoleh dari data nama-nama perekam medis RSIA Limijati Bandung yang ada di
ruang kerja. Pemeriksaan keabsahan pada penelitian ini dilakukan dengan triangulasi
yaitu pemeriksaan keabsahan data dengan cara melakukan pengambilan data dengan
memanfaatkan sumber di luar data yang telah dijadikan sebagai sumber pada
pengumpulan data sebelumnya (Moleong, 2007).
Setelah data dan informasi yang diperlukan terkumpul maka dilakukan analisis
data agar dapat diketahui maknanya dengan cara menyusun data, menghubungkan data,
mereduksi kata, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi selama dan sesudah
pengumpulan data sehingga data tersusun dengan baik dan teratur (Salim & Syahrum,
2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Pendidikan Terakhir Perekam Medis di RSIA Limijati Bandung
Pendidikan
Jumlah (orang)
D3 Rekam Medis
14
D4 Informatika Rekam Medis
3
SMA/SMK (Staf scanner)
3
Sumber : Data sekunder
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1061
Berdasarkan tabel 1, perekam medis yang bekerja di RSIA Limijati Bandung
menempati jenjang D3 Rekam Medis dan D4 Informatika Rekam Medis. Pada dasarnya
posisi ini memang diisi oleh jurusan yang terkait dengan kualifikasi, maupun kesesuaian
pemenuhan tugas-tugas yang dilakukan terkait pemberkasan, data, pengetahuan kesehatan
maupun praktik koding ataupun yang menunjang pekerjaan perekam medis. Sedangkan
staf scanner yang bertugas memindai berkas rekam medis yang telah kembali dari ruang
perawatan menempati jenjang pendidikan terakhir minimal SMA/SMK.
Tabel 2. Lama Bekerja Informan
No
Lama Bekerja
Jumlah (orang)
1
1-5 tahun
4
2
6-10 tahun
7
3
11-15 tahun
1
4
16 tahun
1
Sumber: Data primer
Pada penelitian ini menggunakan studi kasus yang dialami pada perekam medis
di RSIA Limijati Bandung. Stres kerja pada perekam medis disebabkan ketika banyak
komplain dari unit lain, komplain dari pasien yang ingin resume medisnya cepat selesai,
kendala sistem informasi di RSIA Limijati Bandung, tekanan dari atasan, mengerjakan
deadline laporan tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu, entry pasien rawat jalan
banyak, sistem pelaporan yang berubah, ketika pekerjaan menumpuk selain pelaporan
banyak pekerjaan komite dan tim, pembuatan Surat Keterangan Lahir yang banyak,
banyaknya pasien positif COVID-19, dikarenakan RSIA Limijati Bandung menjadi salah
satu RS rujukan COVID-19. Sistem baru menjadi sumber stres karena untuk
implementasinya kadang lama. Masalah diluar pekerjaan tetapi dibawa ke pekerjaan itu
menjadi penyebab stres, karena tempat kerja bukan tempat untuk membawa masalah
diluar pekerjaan.
Penulis melakukan temuan bahwa timbulnya kelelahan kerja pada perekam medis
RSIA Limijati Bandung yaitu tenaga perekam medis dengan job desk yang ada tidak
seimbang, banyaknya pasien rawat jalan, berkas rawat jalan dan rawat inap yang
menumpuk, beban kerja yang tinggi. Bagian peminjaman mengalami kelelahan kerja,
karena di hari-hari tertentu pasiennya banyak yang berkunjung. Kelelahan kerja juga
terjadi di bagian penyimpanan, disebabkan sehabis kunjungan pasien di hari sebelumnya
banyak sekali sehingga berkas rekam medis yang harus dikembalikan ke raknya juga
banyak, petugas penyimpanan itu hanya 1 orang.
Tabel 3. Cara Mengatasi Kelelahan Kerja Perekam Medis RSIA Limijati Bandung
No
Kegiatan
Jumlah (orang)
1
Liburan/Cuti
3
2
Bercanda/Mengobrol
3
3
Istirahat/Minum
3
4
Mendengarkan musik
2
5
Menikmati Pekerjaan
2
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel diatas, cara mengatasi kelelahan kerja pada perekam medis
RSIA Limijati Bandung adalah dengan mengambil cuti yang dihabiskan waktu untuk
liburan, bercanda, istirahat, mendengarkan musik agar tidak terlalu lelah dalam bekerja,
dan menikmati pekerjaan. Luangkan waktu dengan bercanda dengan rekan kerja untuk
mengurangi lelahnya dalam bekerja (Fathimahhayati et al., 2019). Untuk mengatasi
kelelahan kerja, perekam medis perlu istirahat sejenak kemudian dapat melanjutkan
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1062
pekerjaan kembali (Sartika, 2016). Mendengarkan musik bisa menurunkan kelelahan
kerja (Astuti, 2014).
Berdasarkan hasil observasi coping stress yang dilakukan oleh perekam medis
adalah memelihara ikan hias di akuarium kecil yang disimpan di meja kerja kepala rekam
medis pada posisi yang aman agar tidak tumpah, motivasi, menonton video YouTube
sambil bekerja dan membuka media sosial yang positif di waktu senggang. Memelihara
ikan ialah hiburan yang dapat mengalihkan stres ke objek yang dipelihara (Sukadiyanto,
2010). Media sosial menjadi sarana untuk menghilangkan stres (Wang et al., 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, coping stress yang dilakukan
perekam medis yaitu dengan melakukan liburan bersama keluarga di hari libur kerja,
berbelanja, komunikasi yang baik, melakukan kegiatan positif seperti berolahraga atau
kuliner, bekerja sambil mendengarkan musik, melupakan yang sudah dikerjakan, bermain
game. Mengerjakan pekerjaan yang dianggap ringan bisa mengurangi stres.
Stres dan tekanan merupakan istilah yang berbeda. Stres merupakan reaksi fisik
atau mental seseorang ketika dihadapi permasalahan yang dialaminya. Sedangkan
tekanan bisa menjadi penyebab seseorang terkena stres. Berdasarkan penelitian, cara
untuk mengatasi tekanan yaitu dengan mengambil cuti, merilekskan diri seperti
mendengarkan musik atau menenangkan diri, komunikasi yang baik masalahnya untuk
mencari jalan keluar, bercanda untuk menyegarkan pikiran, makan di waktu senggang
atau di waktu jam istirahat. Bekerja dengan sebaik baiknya; berusaha untuk
menyelesaikan dengan cepat, benar, dan tepat waktu; dibawa enjoy dijalani pekerjaannya
agar terlepas dari tekanan tersebut.
B. Pembahasan
Menurut (Asih et al., 2018) bahwa stres kerja merupakan suatu keadaan
ketegangan yang menciptakan ketidakseimbangan fisik serta psikis, yang berpengaruh
terhadap emosi, dan kondisi kerja. Stres kerja muncul karena timbulnya sumber-sumber
stres. Menurut Cooper sumber stres kerja diantaranya kondisi pekerjaan, stres peran,
faktor interpersonal, perkembangan karir, tampilan organisasi, dan rumah pekerjaan.
Masalah pekerjaan menjadi sumber stres misalnya pekerjaan yang terlalu banyak,
pekerjaan tambahan yang mendadak. Sumber stres pada pekerjaan bisa beraneka macam
semacam beban tugas yang sangat berat, pekerjaan yang belum dikerjakan harus sesuai
dengan target, ketidakmampuan seseorang untuk mempercepat pekerjaan,
ketidakseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidakjelasan terhadap apa
yang harus dikerjakan menimbulkan keraguan untuk melakukan pekerjaan.
Stres kerja pada studi kasus ini, objek penelitiannya adalah perekam medis di
tengah situasi pandemi COVID-19. Adapun menjadi stres kerja karena pekerjaan rekam
medis menjadi bertambah selain dari kecemasan dengan kondisi penularan, dalam hal
beban kerja tugas-tugas perekam medis menjadi lebih banyak seperti halnya mengurus
pemberkasan, perihal rujukan, pengklaiman. Perekam medis RSIA Limijati Bandung
pada masa pandemi COVID-19 memiliki tugas tambahan yaitu registrasi vaksin COVID-
19, entry data pasien COVID-19 untuk data di Dinas Kesehatan, laporan klaim atau
pengklaiman COVID-19, laporan harian COVID-19. Pada penelitian yang dilakukan di
RSIA Limijat Bandung menurut pengamatan penulis stres dirasakan antara lain dari
pekerjaan yang dilakukan rutin ditambah kondisi pasien yang cukup banyak, serta
keadaan pandemi yang membuat beban kerja perekam medis bertambah sehingga
menimbulkan stres. Perekam medis harus bekerja secara intensif, dituntut bekerja dengan
cepat (Sartika, 2016).
Faktor penyebab stres pada tenaga kesehatan disebabkan oleh beban kerja yang
tinggi, rasa takut terinfeksi COVID-19, ciri negatif pembawa virus (Handayani et al.,
2020). Beban kerja, tuntutan tugas yang banyak, pekerjaan yang harus dilakukan dengan
cepat merupakan faktor yang menyebabkan stres kerja (Rosita & Cahyani, 2019). Beban
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1063
kerja yang banyak dapat menimbulkan stres karena bisa disebabkan oleh kecepatan kerja
yang terlalu tinggi (Utomo, 2019)
Dari temuan data bahwa pada bagian peminjaman rentan mengalami stres karena
ada bagian lain yang meminjam berkas rekam medis, tetapi tidak ditulis di buku
peminjaman sehingga perekam medis bingung berkas rekam medis tersebut ada dimana.
Kesalahan menyimpan berkas rekam medis di ruang filing mengakibatkan stres pada
perekam medis sehingga berkas rekam medis tersebut tidak ditemukan, bagian
peminjaman harus mencari lagi berkas rekam medis tersebut yang membutuhkan waktu
lagi akibatnya terjadi keterlambatan dalam penurunan status rekam medis. Pengembalian
rekam medis suka ada keterlambatan yang disebabkan berkas rekam medisnya belum
kembali dari ruang perawatan atau ada bagian lain yang meminjam terlalu lama sehingga
butuh waktu untuk mencari berkas rekam medis tersebut, belum lagi ada tekanan dari
atasan ketika berkas rekam medis tersebut tercecer atau belum ketemu. Keterlambatan
pengembalian rekam medis akan menghambat kegiatan selanjutnya, yaitu koding,
indeksing dan mungkin menimbulkan hilang atau rusaknya berkas rekam medis
(Hasibuan, 2020).
Stres mengakibatkan sulitnya konsentrasi, mengantuk, nyeri pada otot sehingga
kurang efektif dalam melakukan pekerjaan. Stres menyebabkan gangguan terhadap emosi
dapat berupa kelelahan mental, kecemasan, keadaan cepat merasa lelah. Stres timbul
akibat adanya kondisi yang tidak seimbang antara fisik dengan psikis. Pandemi COVID-
19 ini membuat stres dan tekanan pada perekam medis. Beban kerja berlebih akan
berpengaruh pada kondisi kerja dan berkaitan dengan tingkat stres seseorang (Asriati,
2021).
Kelelahan kerja adalah perasaan nyeri pada otot dan berkurangnya keinginan atau
semangat dalam bekerja. Kelelahan kerja disebabkan oleh lamanya kerja fisik dan mental,
keadaan lingkungan, kesehatan dan gizi seseorang. Menurut (Tarwaka & Sudiajeng,
2004), salah satu penyebab kelelahan kerja adalah aktivitas kerja. Adanya aktivitas kerja
mengakibatkan beban kerja dari aktivitas yang dilakukan (Maharja, 2015). Ketika beban
kerja meningkat, petugas rekam medis mengalami ketegangan otot saat melakukan
pekerjaan (Simanjuntak, 2020). Kelelahan kerja dapat menghambat dan menggangu
stabilitas dalam melakukan pekerjaan. Salah satunya dapat berupa kondisi stres.
Mengatasi stres kerja sangatlah penting agar dampak negatif baik secara
fisiologis maupun psikologis tidak terus terjadi, antara lain dengan melakukan tindakan
untuk mengatasi stres yang dinamakan strategi coping. Tidak melakukan strategi coping
sangat berbahaya terutama bagi tenaga kesehatan, strategi coping penting dilakukan
(Suminanto et al, 2021). Strategi coping merupakan suatu cara mengalihkan,
memindahkan, ataupun mengurangi penyelesaian dari menghadapi stres. Pada dasarnya
coping menjadi dua bagian, yaitu problem focused coping merupakan mengatasi stres
dengan jalan mencari dan berupaya untuk memperbaiki atas penyebab stres, sedangkan
emotional focused coping berupa pengalihan stres dengan mengurangi intensitas maupun
mencari hal lain yang memiliki kecenderungan untuk mengurangi bahkan menghindari
pusat stres. Strategi coping bertujuan untuk mengatasi keadaan dan tuntutan yang
menekan, menantang, membebani dan melebihi sumber daya. Sumber daya coping yang
dimiliki seseorang akan mensugesti strategi coping yang akan dilakukan pada
menuntaskan berbagai permasalahan, strategi coping yang sangat efektif merupakan
strategi yang cocok dengan tipe stres serta suasana (Maryam, 2017).
Strategi coping yang digunakan oleh setiap orang berbeda-beda, salah satunya
ditentukan oleh jenis kelamin (Salami et al., 2021). Berdasarkan hasil pengamatan bahwa
perekam medis di RSIA Limijati Bandung yang berjenis kelamin perempuan bisa
menghadapi stres karena di lingkungan bekerja banyak yang berjenis kelamin perempuan,
bisa jadi mereka saling bercerita apa masalahnya ketika istirahat atau sama-sama
merasakan posisi sebagai wanita. Sedangkan perekam medis di RSIA Limijati Bandung
yang berjenis kelamin laki-laki lebih tenang, logis, dan cuek dalam menghadapi stres,
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1064
misalnya dengan melakukan bercanda, menikmati pekerjaan tersebut tidak dibawa
tegang.
Manusia bergantung pada orang lain, saling berbagi dan berkolaborasi untuk
kelestarian hidup karena apabila hubungan ini buruk maka akan mengalami stres.
Motivasi merupakan upaya buat memunculkan rangsangan, dorongan, ataupun
pembangkit tengah pada seorang ataupun sekelompok warga sehingga ingin berbuat serta
bekerja sama secara maksimal melaksanakan suatu yang sudah direncakanan untuk
menggapai tujuan (Tristanti & Risnawati, 2017). Motivasi diharapkan mampu mendorong
untuk menghasilkan kondisi kerja yang baik (Lestari et al, 2021). Motivasi baik dorongan
dari diri sendiri ataupun dukungan dan arahan dari orang lain merupakan strategi coping
berfokus pada masalah yang disebut problem focused coping. Problem focused coping
ialah dengan mengalami serta menuntaskan masalahnya dengan mengingat motivasi saat
bekerja. Dari temuan wawancara, perekam medis melakukan komunikasi yang baik jika
ada masalah. Komunikasi yang baik dapat menghubungkan serta membangkitkan kinerja
antar bagian dalam organisasi sehingga menciptakan sinergi (Ariati, 2017). Komunikasi
yang baik termasuk problem focused coping karena membahas jalan keluarnya masalah.
Komunikasi berperan dalam mengurangi stres, komunikasi yang efektif akan berdampak
terhadap stres pada setiap orang (Mayasari & Susilawati, 2019).
Pada temuan penulis melalui penelusuran wawancara dan kuesioner pada
perekam medis di RSIA Limijati Bandung bahwa strategi coping yang dilakukan perekam
medis masuk pada emotional focused coping seperti: melakukan liburan, berbelanja,
melupakan yang sudah dikerjakan, berolahraga dan kuliner, mendengarkan musik sambil
bekerja baik menggunakan speaker dengan suara cukup tidak terlalu keras sehingga tidak
mengganggu orang lain yang sedang bekerja maupun menggunakan headset dengar
volume suara yang tidak terlalu kencang agar jika ada orang yang bertanya bisa
terdengar, bermain game di waktu senggang. Kegiatan tersebut mengalihkan dari pusat
sumber stres yang tergolong pada emotional focused coping. Pengalihan ini hanya
bersifat sementara.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen yang dilakukan ialah mengadakan
kegiatan yang berfokus pada pengalihan misalkan dengan melakukan camp bulanan,
outbound maupun kegiatan diluar tetapi tetap untuk dalam rangka mengembalikan
semangat kerja perekam medis RSIA Limijati Bandung. Berolahraga dapat membantu
mengurangi stres karena olahraga memproduksi hormon endorfin yang memberikan rasa
senang dan tenang (Andalasari & BL, 2018). Mendengarkan musik dipercaya dapat
menciptakan kondisi kerja dan peningkatan kemampuan untuk mengatasi stres (Akbar,
2018). Bermain game bermanfaat untuk mengurangi stres sehingga mereka memperoleh
rasa bahagia (Indahtiningrum, 2013). Keberhasilan atau kegagalan dari coping tersebut
akan menentukan apakah reaksi terhadap stres akan menurun dan terpenuhinya tuntutan
yang diharapkan Sarlito, 2014 dalam (Jasmine, 2019). Jenis strategi coping yang
digunakan seseorang, sangat bergantung pada jenis stres (Rustiana & Cahyati, 2012).
Kondisi kerja perekam medis di RSIA Limijati Bandung mendukung strategi
coping yang dilakukan untuk menghasilkan kondisi kerja yang lebih baik, cara untuk
mengurangi stres di dalam lingkungan kerja sosial rekam medis yaitu dengan motivasi,
berkomunikasi yang baik, atau melakukan humor sesama rekam medis. Lingkungan kerja
sosial yang baik, hubungan kerja yang baik sesama rekan kerja rekam medis akan
meningkatkan produktivitas kerja yang optimal dan memicu semangat kerja yang lebih
baik.
Strategi coping yang paling efektif dalam lingkungan kerja perekam medis di
RSIA Limijati Bandung yaitu dengan motivasi dan komunikasi karena strategi coping
tersebut bisa mengurangi atau menuntaskan masalah yang dihadapi, sedangkan kegiatan
seperti liburan ataupun melakukan hobi hanya mengalihkan stres yang sifatnya hanya
sementara. Motivasi dari seseorang berupa dukungan atau arahan dari rekan kerja
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1065
membuat stres bisa teratasi, sedangkan komunikasi yang baik untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi sehingga strategi coping tersebut efektif untuk mengurangi
stres sehingga berimplikasi pada kondisi kerja yang lebih baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis berpendapat bahwa di masa
pandemi COVID-19, pekerjaan perekam medis di RSIA Limijati Bandung mengalami
stres kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti beban kerja yang tinggi dan risiko
tertular virus COVID-19. Timbulnya kelelahan kerja terjadi di bagian peminjaman dan
penyimpanan dapat menyebabkan stres kerja. Untuk mengatasi stres, perekam medis di
RSIA Limijati Bandung melakukan kegiatan yang dinamakan coping. Coping merupakan
respon dan pikiran seseorang dalam menghadapi stres. Strategi coping yang dilakukan
perekam medis di RSIA Limijati Bandung menggunakan problem focused coping yaitu
dengan motivasi dan komunikasi maupun emotional focused coping seperti berlibur
bersama keluarga pada hari libur kerja maupun melakukan suatu hobi, tetapi pengalihan
ini hanya bersifat sementara.
Coping stres yang dilakukan pada kondisi kerja perekam medis di RSIA Limijati
Bandung menghasilkan lingkunga kerja yang baik, hubungan kerja yang baik sesama
rekan kerja yang akan meningkatkan produktivitas kerja yang optimal dan memicu
semangat kerja. Penulis berpendapat bahwa strategi coping yang efektif untuk mengatasi
stres yaitu motivasi berupa arahan atau dorongan dari rekan kerja dan komunikasi yang
terjalin dengan baik yaitu komunikasi yang bersifat dua arah, saling memahami dan
memberi pengertian satu sama lain. Dari strategi coping yang dilakukan oleh perekam
medis di RSIA Limijati Bandung, mampu menghasilkan kondisi kerja yang lebih baik
BIBLIOGRAFI
Akbar, M. A. (2018). Pengaruh Musik Latar Terhadap Kenyamanan Kerja Karyawan
Bank BCA. PROMUSIKA: Jurnal Pengkajian, Penyajian, Dan Penciptaan Musik,
6(2), 6976. https://doi.org/10.24821/promusika.v6i2.3156
Andalasari, R., & BL, A. B. (2018). Kebiasaan Olah Raga Berpengaruh Terhadap Tingkat
Stress Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kesehatan, 5(2), 179191. https://doi.org/10.32668/jitek.v5i2.11
Ardani, J. (2017). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja Pada Staf Rekam Medis
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram. JMM UNRAM-Master Of
Management Journal, 6(1). https://doi.org/10.29303/jmm.v6i1.25
Ariati, J. (2017). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan organizational
citizenship behavior (OCB) pada karyawan CV. Aneka Ilmu Semarang. Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian.
Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi, R. (2018). Stres Kerja. Semarang: Semarang
University Press.
Asriati, Y. (2021). Beban Kerja Pelayanan Rekam Medis Di Masa Pademi Covid-19.
Jurnal Manajemen Informasi Dan Administrasi Kesehatan, 3(2).
https://doi.org/10.32585/jmiak.v3i2.1019
ASTUTI, R. D. (2014). Pengaruh Musik Kerja Terhadap Tingkat Kelelahan Dan
Produktivitas Kerja Karyawan Unit Filling Pt. Indo Acidatama Tbk, Kemiri,
Kebakramat, Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fathimahhayati, L. D., Amelia, T., & Syeha, A. N. (2019). Analisis Beban Kerja Fisiologi
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1066
pada Proses Pembuatan Tahu Berdasarkan Konsumsi Energi (Studi Kasus: UD.
Lancar Abadi Samarinda). Jurnal Intech Teknik Industri Universitas Serang Raya,
5(2), 100106.
Handayani, R. T., Kuntari, S., Darmayanti, A. T., Widiyanto, A., & Atmojo, J. T. (2020).
Faktor penyebab stres pada tenaga kesehatan dan masyarakat saat pandemi covid-
19. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), 353360.
Hasibuan, A. S. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan
Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Di UPT Rumah Sakit Khusus Paru
Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI),
5(1), 108113.
Indahtiningrum, F. (2013). Hubungan antara kecanduan video game dengan stres pada
mahasiswa Universitas Surabaya. Calyptra, 2(1), 117.
Jasmine, F. A. (2019). Pengetahuan Mahasiswa Kedokteran UNS Angkatan 2018 Terkait
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Stres Menuju Ujian Blok.
https://doi.org/10.31219/osf.io/b5xrk
Lestari, S., Pravitasari, A. P., & Sugiyanto, S. (2021). Analisis Faktor Intrinsik Dan
Ekstrinsik Motivasi Kerja Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan Di Rumah
Sakit. Jurnal Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, 4(1), 1823.
https://doi.org/10.31983/jrmik.v4i1.6780
Maharja, R. (2015). Analisis tingkat kelelahan kerja berdasarkan beban kerja fisik
perawat di instalasi rawat inap rsu haji surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 4(1), 93102.
http://dx.doi.org/10.20473/ijosh.v4i1.2015.93-102
Maryam, S. (2017). Strategi coping: Teori dan sumberdayanya. Jurnal Konseling Andi
Matappa, 1(2), 101107.
Mayasari, M. P., & Susilawati, L. (2019). Peran komunikasi interpersonal dan problem
focused coping terhadap stres mahasiswa Universitas Udayana yang sedang
menyusun skripsi. Jurnal Psikologi Udayana, 8898.
Moleong, L. J. (2007). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
PP, R. A., Wahyuni, I., & Ekawati, E. (2017). Analisis Tingkat Stres Kerja Serta Coping
Stres Pada Pegawai Rekam Medis Di Rsud Krmt Wongsonegoro Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(5), 327335.
Raudhatul, H. (2021). Gambaran Stres Kerja Pada Guru Sertifikasi Di Madrasah Aliyah
Negeri Y Kota Padang. Universitas Andalas.
Rosita, R., & Cahyani, N. W. (2019). Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kinerja
Petugas Rekam Medis. SMIKNAS, 133138.
Rustiana, E. R., & Cahyati, W. H. (2012). Stress kerja dengan pemilihan strategi coping.
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 149155.
https://doi.org/10.15294/kemas.v7i2.2811
Salami, S., Muvira, A. A., & Yualita, P. (2021). Studi Kualitatif Strategi Koping
Penderita HIV AIDS di Kota Bandung. Faletehan Health Journal, 8(01), 2230.
https://doi.org/10.33746/fhj.v8i01.243
Salim, S., & Syahrum, S. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Sartika, D. (2016). Gambaran Stres Kerja Pegawai Bagian Rekam Medis Rumah Sakit
Bhakti Wiratamtama Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Simanjuntak, E. (2020). Gambaran Stress Kerja Petugas Rekam Medis Bagian Distribusi
di Rsup H. Adam Malik Medan. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan
Imelda (JIPIKI), 5(1), 915. https://doi.org/10.2411/jipiki.v5i1.343
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Literasi Media
Publishing.
Sukadiyanto, S. (2010). Stress dan cara menguranginya. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
1(1).
Suminanto, S., Widiyanto, A., Handayani, R. T., Kuntari, S., Darmayanti, A. T., &
Sabila Andira Putra, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1057-1067
Strategi Coping dan Implikasinya pada Kondisi Kerja Perekam Medis di Rsia Limijati
Bandung 1067
Atmojo, J. T. (2021). Strategi Koping Tenaga Kesehatan selama Pandemi Covid-19.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 141148.
https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.856
Tarwaka, S., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan
produktivitas. Uniba, Surakarta, 3450.
Tristanti, I., & Risnawati, I. (2017). Motivasi Kader Dan Kelengkapan Pengisian Kartu
Menuju Sehat Balita Di Kabupaten Kudus. Indonesia Jurnal Kebidanan, 1(1), 111.
http://dx.doi.org/10.26751/ijb.v1i1.221
Utomo, S. (2019). Pengaruh beban kerja dan stres kerja terhadap kinerja karyawan pada
PT. Mega Auto Central Finance Cabang di Langsa. PARAMETER, 4(2).
Wang, W., Hernandez, I., Newman, D. A., He, J., & Bian, J. (2016). Twitter analysis:
Studying US weekly trends in work stress and emotion. Applied Psychology, 65(2),
355378. https://doi.org/10.1111/apps.12065
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication
under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution
(CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-
sa/4.0/).