Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Juli 2021, 1 (7), 807-825
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v1i7.131 http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT KESEHATAN, DAN
PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI
PROVINSI BALI
Ni Luh Made Ariasih
1
,
Ni Nyoman Yuliarmi
2
Universitas Udayana, Bali
1, 2
ariasih08@gmail.com
1
2
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
29-06-2021
20-07-2021
25-07-2021
Latar Belakang: Tingkat kemiskinan yang ada di Provinsi
Bali terjadi dikarenakan adanya kesenjangan dan belum
meratanya proses pembangunan ekonomi.
Tujuan: Penelitian dilakukan untuk menganalisa secara
simultan dan parsial tingkat pendidikan, tingkat kesehatan,
serta tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat
kemiskinan. Serta untuk menganalisa variabel bebas yang
berpengaruh secara dominan terhadap tingkat kemiskinan
Metode: Riset ini memakai jenis riset kuantitatif dengan
pendekatan asosiatif.
Hasil: Hasil riset ini menyimpulkan bahwa secara simultan
dan parsial tingkat pendidikan, serta pengangguran terbuka
berpengaruh terhadap kemiskinan di Bali. Sementara itu,
variabel tingkat kesehatan secara parsial berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten/kota
Provinsi Bali.
Kesimpulan: Variabel yang berpengaruh secara dominan
terhadap tingkat kemiskinan, yaitu tingkat pendidikan.
Kata kunci: kemiskinan, bali; kesehatan; pengangguran
terbuka; tingkat pendidikan.
Abstract
Background: The level of poverty in Bali Province occurs
due to inequality and the uneven process of economic
development.
Objective: The research was conducted to analyze
simultaneously and partially the level of education, health
level, and open unemployment rate to the poverty level. As
well as to analyze the independent variables that have a
dominant influence on the poverty level.
Methods: This research uses quantitative research with an
associative approach.
Results: The results of this research conclude that
simultaneously and partially the level of education, as well
as open unemployment have an effect on poverty in Bali.
Meanwhile, the health level variable partially has a negative
and insignificant effect on poverty in the districts/cities of
Bali Province.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 808
Conslusion: The variable that has a dominant influence on
the level of poverty is the level of education.
Keywords: poverty, bali; health; unemployment
open; level of education.
Coresponden Author : Ni Luh Made Ariasih
Email : Ariasih08@gmail.com
PENDAHULUAN
Vicious circle of poverty atau teori dari lingkaran setan kemiskinan
mengungkapkan negara yang sedang berkembang itu mengalami kemiskinan,
dikarenakan adanya kegiatan produktivitas yang dinilai rendaah, sehingga menyebabkan
pendapatan masyarakatnya yang rendah, dan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
yang minimum sebagai akibatnya modal masyarakat akan berkurang karena masyarakat
yang tidak dapat menabung (Nurkse dalam (Kuncoro, 2004). Menurut (Manning &
Junankar, 1998) pada era pembangunan, warga miskin yang tidak bisa menyesuaikan
keadaan dikatakan mengakibatkan pengangguran. Kemiskinan merupakan konsekuensi
dari banyaknya jumlah penduduk dalam usia kerja yang menganggur, hal ini dapat terjadi
diakibatkan oleh rendahnya pendidikan (Seran, 2017).
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat (Dariwardani, 2014) bahwa
pendidikan tentunya berkaitan dengan fenomena kemiskinan, dimana secara general
semakin tinggi pendidikan masyarakat maka fenomena kemiskinan akan semakin rendah.
Namun lulusan pendidikan tinggi yang banyak menganggur menyebabkan masalah serius
bagi negara (Lim, 2011). Pengangguran yang disebabkan oleh lulusan pendidikan tinggi
berarti tidak memanfaatkan sumber daya manusianya dengan baik. Pemerintah
bertanggung jawab untuk mengatasi masalah tersebut (Meidani, 2011). Ini dikarenakan
system pendidikan diamati tidak sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang
diperlukan di lapangan pekerjaan (Mahmood & et al, 2014).
Pertumbuhan ekonomi dapat didorong oleh peningkatan produktivitas. Melalui
peningkatan kualitas pendidikan akan mendorong peningkatan produktivitas dalam
perekonomian secara menyeluruh yang mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.
Tingginya kualitas pendidikan masyarakat menimbulkan ide-ide kreatif baru yang
memunculkan pengusaha-pengusaha kreatif dilihat melalui penciptaan UMKM baru yang
senantiasa bermunculan. UMKM memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang
besar (Yuta, Ropika, & Suhartini, 2014). Meningkatnya UMKM maka akan terjadi
kenaikan penyerapan dan kesempatan kerja yang tinggi. Secara berangsur-angsur akan
memberikan dampak pada peningkatan pendapatan. Semakin lama sesorang mengenyam
pendidikan semakin tinggi pendapatannya (Tisnawati & Shabrina, 2014).
Fenomena ini akan mendorong proses kenaikan kesejahteraan masyarakat dan
turunnya angka kemiskinan. Maka dari itu peluang kesempatan kerja yang terbuka bagi
masyarakat miskin wajib diperhatikan dalam rangka mempertahankan daya beli sehingga
setiap terjadi peningkatan pendapatan akan lebih berarti untuk mencukupi kebutuhan
dasar atau dalam hal meningkatkan kualitas hidup (Sri Budhi, 2013). Oleh sebab itu
perhatian terhadap kualitas pendidikan esensial dalam usaha pengentasan
kemiskinan. Bali adalah salah satu provinsi yang mempunyai perekonomian dengan
perkembangan yang sangat cepat, akan tetapi pada kondisi tersebut jumlah penduduk
miskin nya masihlah sangat tinggi dan seringkali lebih banyak dijumpai pada daerah
pedesaan. Hal ini menunjuk provinsi Bali harus memberikan perhatian yang khusus
mengenai kemiskinan oleh pemerintah. Berikut merupakan tingkat kemiskinan pada
tahun 2010 2019 yang dijelaskan pada Tabel 1 seperti dibawah ini.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 809
Tabel 1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Tahun 2010-2019
Kabupaten/
Kota
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Rata-
rata
Jembrana
8.11
6.56
5.74
5.56
5.83
5.84
5.33
5.38
5.2
4.88
5.84
Tabanan
5.62
4.9
5.21
5.61
5.52
5
4.92
4.46
4.21
5.24
Badung
2.62
2.16
2.46
2.54
2.33
2.06
2.06
1.98
1.78
2.32
Gianyar
5.4
4.69
4.27
4.57
4.61
4.44
4.46
4.19
3.88
4.71
Klungkung
6.1
5.37
7.01
7.01
6.91
6.35
6.29
5.86
5.4
6.38
Bangli
5.16
4.52
5.45
5.86
5.73
5.22
5.23
4.89
4.44
5.29
Karangasem
6.43
5.63
6.88
7.3
7.44
6.61
6.55
6.28
6.25
6.73
Buleleng
5.93
5.19
6.31
6.79
6.74
5.79
5.74
5.36
5.19
6.03
Denpasar
1.79
1.52
2.07
2.21
2.39
2.15
2.27
2.24
2.1
2.09
Provinsi Bali
4.59
3.95
4.49
4.76
4.74
4.25
4.25
4.01
3.79
5.84
Source: (BPS, Provinsi Bali, 2020)
Pada Tabel 1 menurut informasi data yang diluncurkan oleh BPS Provinsi Bali,
penduduk yang miskin persentasenya tahun ke tahun cenderung tidak adanya perubahan
yang signifikan, standar hidup yang lebih baik pada kondisi masyarakat. Di samping itu,
data juga menunjukan bahwa di Provinsi Bali terdapat perbedaan yang mencolok
mengenai persentase penduduk miskin antar kabupaten/kota. Penyumbang kemiskinan
terbesar jatuh kepada sektor pertanian (Wardhana, Ihle, & Heijman, 2017). Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat ketimpangan kesenjangan ekonomi regional/antar
wilayah. Maka dari itu sangat diperlukan menaikan pertumbuhan ekonomi agar bisa
mengurangi kemiskinan (Dollar & Aart Kraay, 2002). Negara berkembang seperti
Indonesia paling umum mempunyai masalah pada kemiskinan (Vincent, 2009). Menurut
(Williamson, 2001) pemberantasan kemiskinan menjadi tujuan utama dari pembangunan
manusia.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Bali Berumur 15 Tahun ke atas yang termasuk
Pengangguran Menurut Kabupaten/Kota dan Pendidikan Tertinggi yang
ditamatkan
Kabupaten/
Kota
Tidak/Bel
um
Tamat
SD
SD
SM
P
SMA
SM
K
D.
I/II
D. III
D.
IV/S1
S2/S
3
Jumla
h
Jembrana
0
156
157
1231
143
177
0
177
0
2041
Tabanan
216
151
0
1117
1110
168
0
724
0
3486
Badung
0
0
0
438
239
196
565
0
0
1438
Gianyar
0
365
153
1067
1861
175
252
440
0
4313
Klungkung
171
324
125
652
175
0
97
89
0
1633
Bangli
0
0
79
647
0
175
0
144
0
1045
Karangasem
0
0
284
665
423
0
154
0
0
1526
Buleleng
678
793
945
2994
3387
871
0
812
0
10480
Denpasar
0
287
1344
1990
2095
1639
420
3814
0
11589
Jumlah
1065
2076
3087
1080
1
9433
3401
1488
6200
0
37551
Source: BPS Provinsi Bali, 2020
Tabel 2 Jika dilihat dari sisi tingkat pendidikan pada Provinsi Bali, sebagian besar
masyarakat yang tidak bekerja berasal dari masyarakat yang pendidikan terakhirnya
SMA/SMK dan Sarjana/Diploma IV. Ini mencerminkan bahwa jenjang pendidikan yang
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 810
lebih tinggi, tidak menjamin bahwa semua penduduk memperoleh pekerjaan. Penduduk
dengan tingginya jenjang pendidikan yang tidak bekerja/menganggur, tidak dapat
menggambarkan kondisi kemiskinan yang sebenarnya. Karena pada dasarnya,
pengangguran terdidik memilih menganggur karena belum menemukan pekerjaan yang
sesuai dengan kompetisi yang didapatkan saat bersekolah atau sedang membantu usaha
keluarga, sehingga tercatat tidak bekerja. Dan keluarga masih bisa mendukung kebutuhan
hidup pengangguran terdidik. Sehingga, tingginya tingkat pendidikan tidak
mencerminkan kondisi kemiskinan di Provinsi Bali. Pendiidikan tinggi yang diharapkan
membrantas kemiskinan menjadi keliru, salah satu penyebab yang menjadikan
bertambahkan pengangguran terdidik (Ewubare, Ogbuagu, & Regina, 2017). Jika ditinjau
dari rata rata harapan hidup saat lahir di Provinsi Bali cukup tinggi. Meskipun rata rata
setiap tahun meningkat, namun tidak memperlihatkan pengaruh langsung terhadap
penurunan tiingkat kemiiskinan. Begitu juga dengan taraf pengangguran terbuka di
Provinsi Bali cenderung fluktuatif, yang rata rata mengarah pada penurunan, namun
tingkat kemiskinan cenderung konstan/tidak ada perubahan baik penurunan ataupun
peningkatan yang terlalu signifikan. Hal ini dapat terjadi karena antar kabupaten/kota rata
rata persentase penduduk miskin yang bervariasi.
Riset ini bertujuan: 1) untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara
simultan dan parsial tingkat pendidikan (X
1
), tingkat kesehatan (X
2
), dan tingkat
pengangguran terbuka (X
3
) terhadap tingkat kemiskinan (Y) di Kabupaten/Kota Provinsi
Bali; 2) Untuk mengetahui dan menganalisis variabel yang berpengaruh dominan
terhadap tingkat kemiskinan (Y) di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.
Tingkat Pendidikan memiliki hubungan yang negatif dan signifikan. Riset dari
Purnami dan Saskara (2016), menyimpulkan variabel pendidikan mempunyai hubungan
yang negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Provinsi
Bali. Hasil riset ini didukung dari studi empiris peneliti seperti (Wahyu & et, 2018)
menerangkan hasil yang sama namun berlokasi di kab/kota Prov Jawa Timur. Teori
Human Capital yaitu modal manusia yang ditemukan oleh (Becker, 1993), teori ini
mengajarkan bahwa pendidikan bisa meningkatkan keahlian atau skill yang bisa
meningkatkan produktivitas. Teori ini juga meyatakan apabila karyawan/pekerja
mempunyai produktivitas yang baik, maka tingkat pendapatan yang diberikan dari
perusahaan juga akan meningkat.
Terdapat teori lingkaran setan yang bisa mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Apabila tingkat pendidikan yang ditempuh rendah, bisa mempengaruhi produktivitas
SDM yang rendah, dan mengakibatkan mendapatkan upah yang rendah pula, sehingga
bisa menyebabkan meningkatnya tingkat kemiskinan. Maka dari itu, sangat penting
pemerintah untuk mewajibkan biaya pendidikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), guna memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, agar
kedepannya bisa memutus tali lingkaran setan.
Tingkat kesehatan memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan. Kesehatan ialah sebuah aspek penting dalam mendukung kesuksesan pada
pembangunan khususnya untuk menaikkan kesejahteraan sosial. Hal tersebut ditandai
dengan angka harapan hidup atau AHH yaitu rerata hidup seseorang dalam setahun,
sampai dengan tahun tertentu atau x, dalam kondisi mortalitas yang ada di disekitarnya.
(BPS 2020) Semakin tinggi AHH, maka semakin menampakan derajat kesehatan,
peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.
Riset yang dilaksanakan Faisal (Faisal, 2013), menyimpulkan bahwa tingkat
kesehatan berpengaruh terhadap kemiskinan dan tingkat produktivitas di Provinsi
Kalimantan Barat. Namun riset yang dilakukakan oleh Wongdesmiwati, yang
menyimpulkan bahwa variabel angka harapan hidup tidak signifikan berpengaruh
terhadap warga miskin (Wongdesmiwati, 2009). Studi empiris lain (Fitri & Kaluge, 2017)
bahwa variabel biaya pemerintahan di sektor tingkat kesehatan berdampak positif dan
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 811
tidak signifikan. Karena tidak sejalannya penambahan kesehatan warga dengan kuantitas
kesempatan kerja baru.
Tingkat pengangguran terbuka memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan, yang didukung oleh beberapa riset sebelumnya. Studi empiris
dilakukan oleh (Adi & Arka, 2018), (Malat & Jeffrey , 2013), (Aristina, Kembar , &
Darsana, 2017), (Hu & Giuliano, 2017), (Wirawan & Arka, 2015), (Williams, 2008),
(Yanthi & Marheni, 2015), menyimpulkan bahwa pengangguran terbuka mempunyai
hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu mempengaruhi tingkat kemiskinan. Semakin
bertambahnya pengangguran maka akan mengakibatkan adanya pertambahan penduduk
yang tidak produktif, sehingga hal tersebut tidak dapat mencukupi keperluan
kehidupannya, ketika keperluannya tidak tercukupi dapat mengakibatkan tergoncangnya
stabilitas dalam politik negara, selain itu juga dapat mengakibatkan bertambahnya angka
kejahatan (Azeng & Thierry, 1991-2009). Hubungan antar variable pada riset ini
ditunjukkan pada gambar kerangka konsep tersaji pada Gambar 1.
Berdasarkan kerangka konsep diatas, hipotesis penelitiannya dapat dijabarkan
sebagai berikut: 1) Tingkat pendidikan (X
1
), tingkat kesehatan (X
2
), dan tingkat
pengangguran terbuka (X
3
) secara simultan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan (Y);
2) Tingkat pendidikan (X
1
) secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan (Y); 3) Tingkat kesehatan (X
2
) secara parsial berpengaruh negatif terhadap
tingkat kemiskinan (Y); dan 4) Tingkat pengangguran terbuka (X
3
) secara parsial
berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan (Y). Sudah banyak penelitian yang
mengkaji mengenai tingkat kemiskinan, terutama di Provinsi Bali. Penelitian yang
dilakukan oleh Ariasih et.al yang berjudul Pengaruh tingkat pendidikan, tingkat
kesehatan, dan pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali.
Temuan dari penelitian ini yakni perlunya pemerintah daerah Provinsi Bali untuk
mengalokasikan dana anggaran pendidikan minimum 20 persen dari total APBD dan
APBN, terbukti dari persentase biaya pendidikan pada 2015 hingga 2019 rata rata berada
dibawah 20 persen dari APBD Provinsi Bali. Rata rata hasil dari persentase biaya
pendidikan dari tahun 2015-2019 di Kabupaten/Kota Provinsi Bali, terbilang belum
sesuai dengan UUD 1945, Pasal 31 bag 4 mengenai biaya pendidikan minimum 20 persen
dari total APBD dan APBN. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi sumber daya manusia
(SDM), dan mengakibatkan produktivitas SDM menjadi turun kualitasnya. Akibat dari
penurunan kualitas SDM bisa mengakibatkan meningkatnya pengangguran akibat dari
rendahnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa memicu meningkatnya tingkat kemiskinan di
Provinsi Bali.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 812
METODE PENELITIAN
Riset ini memakai jenis riset kuantitatif dengan pendekatan asosiatif. Riset
kuantitatif merupakan teknik riset yang didasari dengan falsafah posiitivisme guna untuk
mengamati pada populasi/sampel yang telah ditetapkan, riset kuantitatif ini memiliki
sasaran untuk melakukan pengujian hipotesa yang telah ditentukan (Sugiyono, 2013).
Riset asosiatif mempunyai tujuan untuk mencari tahu pengaruh di antara variabel. Dalam
riset ini pengertian operasional dari setiap variabel akan dijelaskan seperti dibawah ini: 1)
Tingkat kemiskinan (Y), diperoleh dengan kriteria tertentu dari Badan Pusat Statistik
Prov. Bali, tingkat kemiskinan dapat diukur melalui persentase penduduk miskin menurut
kabupaten atau kota, berlaku pada 2010-2019 dengan satuan persentase; 2) Tingkat
Pendidikan (X
1
adalah rerata lamanya sekolah di lokasi yang diteliti, tahun 2010-2019
dengan pengukuran skala rasio, dalam satuan tahun; 3) Tingkat kesehatan (X
2
), diukur
dengan menggunakan angka harapan hidup. AHH di Prov Bali, kurun waktu 2010-2019
diukur menggunakan satuan tahun, 4) Tingkat Pengangguran Terbuka (X
3
) ialah jumlah
persentase pengangguran dengan kondisi seseorang termasuk pada angkatan kerja namun
belum medapatkan suatu pekerjaan. Indikatornya yaitu Persentase Tingkatt Pengangguran
Terbuka tahun 2010-2019 di kabupaten/kota Provinsi Bali, dengan pengukuran dalam
satuan persen.
Riset ini memakai metode analisa dengan persamaan regresi linear berganda,
guna mengetahui pengaruh variabel pendiidikan, kesehatan, serta pengangguran terbuka
terhadap tingkat kemiskiinan. Menurut (Wirawan N. , 2017), persamaan regresi liner
berganda bentuk umumnya seperti dibawah ini.
Y= α + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ u.....................
Ket: Y = Kemiskinan, X
1
= Tingkat Pendidikan, X
2
= Tingkat Kesehatan, X
3
=
Pengangguran terbuka, α = Intersept, β = Koefisien regresi., u = Variabel
pengganggu.
Menurut Widarjono (2009), data panel merupakan data yang di teliti selama kurun waktu
yang ditentukan (time series) yang merupakan data individual (cross section). Time series
gunanya melihat perubahan pada waktu yang ditentukan, sedangkan cross section untuk
mencari tahu apakah adanya perbedaan diantara antar kabupaten atau kota. Estimasi dari
regresi data panel mempunyai tiga pendekatan, bentuk yang sering dipakai pada regresi
data panel yakni, bentuk random effect, bentuk fixed effect, serta bentuk common effect.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Persentase Biaya Pendidikan berdasarkan dibKabupaten/kota Provinsi Bali
di Luar Transfer Daerah Tahun 2015-2019
Biaya pendidikan Ialah suatu susunan yang direncanakan secara sistematis
pada bentuk angka dan diinterpretasikan pada unit moneter dengan lokasi fungsi
pendidikan yang disalurkan dengan lembaga atau kementerian negara
mengalokasikan biaya pendidikan dengan dikirim ke wilayah dan pengeluaran
pembiayaan. Lebih jelasnya berikut ini merupakan Gambar 2:
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 813
Sumber: Kemendikbud.go.id, Neraca Pendidikan Daerah 2019
Gambar 2 Persentase Anggaran Pendidikan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali
di Luar Transfer Daerah Tahun 2015-2019
Gambar 2 dapat diamati bahwa persentase biaya pendidikan pada 2015
hingga 2019 rata rata berada dibawah 20 persen dari APBD Provinsi Bali. Biaya
pendidikan mengalami fluktuasi, Rata rata hasil dari persentase biaya pendidikan
dari tahun 2015-2019 di Kabupaten/Kota Provinsi Bali, terbilang belum sesuai
dengan UUD 1945, Pasal 31 bag 4 mengenai biaya pendidikan minimum 20 persen
dari total APBD dan APBN. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi sumber daya
manusia (SDM), dan mengakibatkan produktivitas SDM menjadi turun
kualitasnya. Sesuai dengan teori lingkaran setan apabila tingkat pendidikannya
rendah, mempengaruhi produktivitas SDM rendah, dan mengakibatkan
mendapatkan upah yang minim, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya
tingkat kemiskinan. Menurut (Shah, Shanzadi, & Jean, 2012) apabila pendidikan
meningkat, maka bisa meningkatkan pendapatan dan produktivitas. Maka dari itu,
sangat penting pemerintah untuk mewajibkan biaya pendidikan minimal 20% dari
APBD, guna memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, agar kedepannya bisa
memutus tali lingkaran setan.
2. Persentase Biaya Kesehatan terhadap APBD Provinsi Bali Tahun 2015-2019
Biaya kesehatan merupakan susunan perencanaan sistematis dengan bentuk
angka dalam unit moneter pada alokasi fungsi kesehatan. Asal biaya kesehatan
bersumber dari pemerintahan, pemerintah, masyarakat, dan lainnya. Pemerintah
wajib memenuhi hak hak kesehatan warga Negara, sesuai UU Kesehatan Nomor 36
Thn 2009 perihal kesehatan biaya kesehatan wilayah provinsi, kabupaten atau kota,
mempunyai pengalokasian minimum 10% dari APBD tidak termasuk dengan gaji
atau pembelanjaan karyawan. Berikut merupakan persentase biaya kesehatan
terhadap APBD Prov. Bali tahun 2015 sampai 2019.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 814
Source: Sunprog Diskes Prov. Bali, Bappeda Litbang Prov. Bali 2019
Gambar 3 Persentase Biaya Kesehatan Terhadap APBD Provinsi Bali
Tahun 2015-2019
Gambar 3 Tahun 2015, Provinsi Bali memperoleh nilai 11.36%, dan
meningkat di tahun 2016 menjadi 12.03 persen. Namun pada 2017 terus menurun
hingga tahun 2018 mendapat nilai 10.65%, tetapi masih diatas biaya minimal yang
ditetapkan oleh pemerintah. Pada tahun 2019 menunjukan peningkatan menjadi
11.70 persen. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa biaya kesehatan di
Provinsi Bali sudah tergolong bagus dan diatas rata rata alokasi minimal. Apabila
biaya kesehatan sudah tergolong baik, maka persentase masyarakatnya yang sehat
juga tergolong tinggi. Sehingga bisa meningkatkan produktivitas dalam bekerja.
Studi empiris yang dilakukan oleh Herry Faisal (2013), menyimpulkan bahwa
tingkat kesehatan berpengaruh terhadap produktivitas dan kemiskinan di Provinsi
Kalimantan Barat. Sedangkan, studi empiris yang dilakukan oleh Wongdesmiwati
(2009) menyatakan bahwa variabel angka harapan hidup tidak signifikan
berpengaruh terhadap penduduk miskin. Studi empiris lain dari Fithri dan Kaluge
(2017) bahwa variabel pengeluaran pemerintah di sektor tingkat kesehatan
memiliki dampak positif dan tidak signifikan.
3. Perkembangan Upah Minimal Kabupaten atau Kota (UMK) Provinsi Bali
Tahun 2015-2019
UMK atau Upah minimum kabupaten/kota ialah gaji minimal yang sudah
ditentukan oleh pemerintah provinsi. Penetapan upah ini didasari Perpres No 78
Tahun 2015. Pemerintah kota/kabupaten biasa menetapkan upah setiap setahun
sekali. Upah minimum setiap kabupaten/kota biasanya berbeda-beda nominalnya,
ini dikarenakan beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satu faktornya
yaitu Kebutuhan Layak Hidup yang melingkupi standar biaya hidup selama satu
tahun dengan layak.
Tabel 3. Persentase Upah Minimum Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun
2015-2019
Kabupaten/Kota
2015
2016
2017
2018
2019
Jembrana
1,662,500
-
2,006,617
2,181,393
2,356,559
Tabanan
1,706,700
1,902,970
2,059,965
2,239,500
2,419,332
Badung
1,905,000
2,124,075
2,299,311
2,499,581
2,700,297
Gianyar
1,707,750
1,904,141
2,061,233
2,240,766
2,421,000
Klungkung
1,650,000
1,839,750
1,991,529
2,164,992
2,338,840
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 815
Bangli
1,622,000
1,808,530
1,957,734
2,128,253
2,299,152
Karangasem
1,700,000
1,895,500
2,051,879
2,180,000
2,355,054
Buleleng
1,650,000
1,839,750
1,991,529
2,165,000
2,338,850
Denpasar
1,800,000
2,007,000
2,173,000
2,363,000
2,553,000
Provinsi Bali
1,621,172
1,807,600
1,956,727
2,127,157
2,297,969
Source: BPS Provinsi Bali, 2021
Tabel 3 persentase upah minimal kabupaten/kota Provinsi Bali 2015-2019
mengalami penurunan signifikan setiap tahunnya. Dari tahun 2015 hingga 2019
Kabupaten Badung menduduki peringkat pertama UMK tertinggi se-Provinsi Bali.
Hal ini berdasarkan pasal 10 ayat 3 Permenaker Upah Minimum menyebutkan
bahwa jumlah UMK harus lebih besar daripada UMP. Akibat dari diberlakukannya
ketetapan kebijakan upah minimum yang akan memberikan pengurangan pada
permintaan pegawai pada sektor formal. Sehingga menyebabkan lebihnya
penawaran pada kepegawaian pada sektor formal, kemudian kondisi ini akan
diserap oleh sektor informal yang mempunyai taraf yang tidak mengacu pada
kebijakan UMR. Kemudian kondisi ini juga menyebabkan kelebihan penawaran
pada sektor informal akan memberikan penurunan pada saraf upah yang diberikan.
Apabila hal ini terus terjadi maka akan berimbas pada distribusi penghasilan yang
akan menurun pada sektor informal (Borjas, 2008).
4. Perkembangan Investasi Total (Investasi Asing dan Investasi Dalam Negeri)
Kabupaten atau Kota (Juta Rupiah) Tahun 2014-2018
Investasi merupakan kegiatan dalam pengeluaran investasi dalam
pembelian benda atau peralatan agar dapat menambah pembuatan jasa atau barang,
dengan pengharapan mendapatkan keuntungan dari hasil dan nilai tambah dari
penanaman modal tersebut (Sukirno, 2010).
Tabel 4. Perkembangan Investasi Total (PMA dan PMDA) Kabupaten/Kota
di Provinsi Bali (Juta Rupiah) Tahun 2014-2018
Kabupaten/Kota
2014
2015
2016
2017
2018
Jembrana
223,570
191,799
7,065,808
276,070
4,409,436
Tabanan
744,363
445,410
5,298,554
189,994
141,794
Badung
2,618,137
6,329,401
624,889
5,910,933
603,994
Gianyar
542,270
1,217,136
810,558
186,985
398,945
Klungkung
71,603
147,976
559,972
2,980,985
65,959
Bangli
24,412
30,780
15,652
26,451
82,586
Karangasem
138,548
169,953
1,086,105
393,875
5,337,150
Buleleng
3,359,929
1,611,311
419,647
1,126,412
2,453,691
Denpasar
1,200,443
15,728,798
166,431
6,366,390
5,138,574
Source: BPS Prov. Bali, 2021
Tabel 4 merupakan perkembangan investasi total dari gabungan investasi
asing dan investasi dalam negeri dalam satuan juta rupiah kurun waktu tahun 2014-
2018. Tahun 2014-2017 perkembangan investasi terendah diperoleh dari
Kabupaten Bangli. Investasi tertinggi pada tahun 2014 diperoleh Kabupaten
Buleleng dengan nominal 3,359,929 juta rupiah. Berdasarkan Teori dari Harod
Domarr (Mulyadi, 2003) berpendapat yaitu, investasii bisa menambah jumlah
produksi. Ini artinya bahwa semakin meningkat kapasitas produksi suatu
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 816
perusahaan, maka semakin meningkat pula permintaan terhadap tenaga kerja,
dengan asumsi fullemployment (pengerjaan penuh). Selain itu, pertumbuhan
ekonomi yang meningkat terjadi juga merupakan campur tangan pemerintah yang
harus aktif di dalamya (Dalamagas, 2010).
5. Deskripsi Data Hasil Riset
a) Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan ialah sebuah permasalahan dalam kekurangan keuangan
dan barang yang sangat kompleks yang menyebabkan sulitnya memenuhi
keperluan hidup, seringkali ditemukan di berbagai negara atau wilayah.
Menurut (Dartanto & Nurkholis, 2013) jabatan dalam pekerjaan, adanya
perubahan di dalam bidang pekerjaan, dan tidak stabilnya kesehatan merupakan
salah satu ciri ciri dinamika dalam kemiskinan. Tingkat kemiskinan dapat
ditunjukan pada Tabel 5 mengenai presentasi warga miskin berdasarkan
wilayah kabupaten atau kota Provinsi Bali.
Tabel 5. Persentase Warga Miskin Berdasarkan Kabupaten atau
KotaTahun 2010-2019
Kabupaten/
Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Rata
-rata
Jembrana
8.11
6.56
5.74
5.56
5.83
5.84
5.33
5.38
5.2
4.88
5.84
Tabanan
6.96
5.62
4.9
5.21
5.61
5.52
5
4.92
4.46
4.21
5.24
Badung
3.23
2.62
2.16
2.46
2.54
2.33
2.06
2.06
1.98
1.78
2.32
Gianyar
6.68
5.4
4.69
4.27
4.57
4.61
4.44
4.46
4.19
3.88
4.71
Klungkung
7.58
6.1
5.37
7.01
7.01
6.91
6.35
6.29
5.86
5.4
6.38
Bangli
6.41
5.16
4.52
5.45
5.86
5.73
5.22
5.23
4.89
4.44
5.29
Karangasem
7.95
6.43
5.63
6.88
7.3
7.44
6.61
6.55
6.28
6.25
6.73
Buleleng
7.35
5.93
5.19
6.31
6.79
6.74
5.79
5.74
5.36
5.19
6.03
Denpasar
2.21
1.79
1.52
2.07
2.21
2.39
2.15
2.27
2.24
2.1
2.09
Provinsi Bali
5.67
4.59
3.95
4.49
4.76
4.74
4.25
4.25
4.01
3.79
5.84
Source: (BPS, Provinsi Bali, 2020)
Tabel 5 memperlihatkan Persentase warga miskin menurut Kabupaten
atau kota, dengan keadaan fluktuasi atau terjadinya kenaikan dan penurunan
setiap tahun. Adapun rata rata tertinggi persentase warga miskin terjadi pada
Kabupaten Karangasem dengan persentase 6,73 persen. Rata rata persentase
terendah dapat diperoleh dari Kota Denpasar dengan persentase 2,06 persen.
b) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan bisa dipakai menjadi sebuah tanda untuk mencari
tahu sejahteraan warga. Di mana jenjang pendidikan yang baik akan membuat
seseorang lebih baik. Salah satu indikator tingkat pendidikan ditunjukan pada
Tabel 6 mengenai rata-rata lama sekolah:
Tabel 6. Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2010-2019 pada Kabupaten/Kota
di Provinsi Bali (Tahun)
Kabupaten/
Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Rata-
rata
Jembrana
7.05
7.23
7.25
7.27
7.3
7.54
7.5
7.6
7.95
8.22
7.50
Tabanan
7.6
7.68
7.76
7.83
7.91
8.07
8.1
8.4
8.64
8.87
8.08
Badung
8.8
8.96
9.07
9.18
9.29
9.44
9.9
9.9
10.0
10.3
9.50
Gianyar
7.5
7.73
7.99
8.24
8.28
8.49
8.8
8.8
8.92
8.94
8.38
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 817
Klungkung
6.6
6.68
6.81
6.88
6.9
6.98
7.0
7.4
7.75
8.12
7.12
Bangli
5.93
5.97
6.01
6.35
6.38
6.41
6.4
6.8
7.13
7.16
6.45
Karangasem
4.55
4.6
5.22
5.34
5.39
5.42
5.4
5.5
5.97
6.31
5.38
Buleleng
6.23
6.39
6.51
6.63
6.66
6.77
6.8
7.0
7.04
7.08
6.71
Denpasar
10.4
10.59
10.8
10.9
10.96
11.0
11.
11.1
11.1
11.2
10.93
Provinsi Bali
7.74
7.77
8.05
8.1
8.11
8.26
8.3
8.5
8.65
8.84
8.243
Source: (BPS, Provinsi Bali, 2020)
Tabel 6 menunjukan kesenjangan dalam tingkat pendidikan di Bali. Rata-
rata lama sekolah dari tahun 2010-2019 di kabupaten atau kota Provinsi Bali
menghasilkan rata-rata pendidikan 8.243 tahun. Namun, masih terdapat
beberapa kabupaten yang mempunyai nilai tingkat pendidikan di bawah rata-
rata Provinsi Bali. Karangasem merupakan kabupaten dengan nilai rata-rata
terendah, yaitu 5.38 tahun.
c) Tingkat kesehatan
Kesehatan ialah sebuah aspek penting dalam mendukung kesuksesan
pada pembangunan khususnya untuk menaikkan kesejahteraan sosial. Hal
tersebut ditandai dengan angka harapan hidup atau AHH yaitu rerata hidup
seseorang dalam setahun, sampai dengan tahun tertentu atau x, dalam kondisi
mortalitas yang ada di disekitarnya. (BPS 2020) Semakin tinggi AHH, maka
semakin menampakan derajat kesehatan, peningkatan kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Berikut Tabel 5 mengenai angka
harapan hidup tahun 2010-2019.
Tabel 7. Angka Harapan Hidup Tahun 2010-2019 pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali (Tahun)
Kabupaten/Ko
ta
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Rata -
rata
Jembrana
70.75
70.92
71.09
71.26
71.39
71.43
71.57
71.7
71.91
72.21
71.42
Tabanan
72.02
72.18
72.35
72.52
72.64
72.74
72.89
73.03
73.23
73.53
72.71
Badung
73.77
73.91
74.05
74.19
74.3
74.31
74.42
74.53
74.71
74.99
74.31
Gianyar
72.31
72.43
72.57
72.71
72.78
72.84
72.95
73.06
73.26
73.56
72.84
Klungkung
69.26
69.45
69.66
69.84
69.91
70.11
70.28
70.45
70.7
71.06
70.07
Bangli
68.8
68.98
69.18
69.36
69.44
69.54
69.69
69.83
70.05
70.37
69.52
Karangasem
68.56
68.76
68.96
69.12
69.18
69.48
69.66
69.85
70.05
70.35
69.39
Buleleng
70.06
70.23
70.41
70.58
70.71
70.81
70.97
71.14
71.36
71.68
70.79
Denpasar
73.24
73.34
73.44
73.56
73.71
73.91
74.04
74.17
74.38
74.68
73.84
Provinsi Bali
70.61
70.78
70.94
71.11
71.2
71.35
71.41
71.46
71.68
71.99
71.25
Source: (BPS, Provinsi Bali, 2020)
Dapat dilihat pada Tabel 7, bahwa setiap tahun angka harapan hidup
pada kota yang diteliti mengalami fluktuasi. AHH rata rata tertinggi dari tahun
2010-2019 di dapatkan oleh Kabupaten Badung yaitu 74.31 tahun, angka
harapan hidup di Kabupaten Badung menunjukkan keberhasilan pembangunan
kesehatan tertinggi di kabupaten atau kota Provinsi Bali. Sedangkan, AHH
terendah dari tahun 2010-2019 didapatkan oleh Kabupaten Karangasem yaitu
69.39 tahun.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 818
d) Tingkat Pengangguran Terbuka
Penganggurann terbuka adalah Sebuah kondisi seseorang termasuk pada
angkatan kerja namun belum mendapatkan suatu pekerjaan (Sukirno, 1997).
Salah satu indikator untuk menghitung tingkat pengangguran terbuka digunakan
yaitu persentase tingkat pengangguran terbuka tahun 2010-2019 pada kabupaten
/kota Prov. Bali.
Tabel 8. Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2010-2019 pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Kabupaten/
Kota
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Jembrana
2.54
3.53
1.97
3.46
2.95
1.59
2.38
0.67
1.38
1.42
Tabanan
1.07
2.8
2.18
0.8
2.25
1.73
1.75
1.79
1.43
1.28
Badung
1.25
2.28
1.67
0.8
0.48
0.34
1.10
0.48
0.44
0.38
Gianyar
2.36
2.11
1.81
2.23
1.43
1.93
1.43
1.02
1.6
1.42
Klungkung
3.59
2.35
2.09
2.08
1.94
1.39
1.86
0.94
1.41
1.54
Bangli
0.65
0.81
0.9
0.77
0.67
1.72
1.02
0.48
0.8
0.72
Karangasem
2.82
2.7
1.31
1.39
2.06
2.15
1.77
0.72
0.99
0.60
Buleleng
3.26
3.28
3.13
2.15
2.74
2.04
2.42
2.41
1.84
3.02
Denpasar
6.57
4.56
2.57
2.72
2.32
3.54
2.63
2.63
1.82
2.22
Provinsi
Bali
3.06
2.95
2.1
1.83
1.9
1.99
1.89
1.48
1.37
1.52
Source: (BPS, Provinsi Bali, 2020)
Tabel 8 menunjukan persentase jenjang pengangguran terbuka tahun 2010-
2019 di Kab/Kota Prov. Bali. Rata rata persentase pengangguran di Bali
mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya. Persentase pengangguran
terendah dari tahun 2010-2019 dapat diperoleh Kabupaten Badung yaitu 0.34 pada
tahun 2015. Sedangkan persentase pengangguran tertinggi dari tahun 2010-2019
diperoleh Kabupaten Klungkung dengan persentase 3.59 pada tahun 2010.
B. Pembahasan
Uji Spesifikasi Model
1)
Uji Chow
Tabel 9. Uji Chow
Source: hasil olahan eviews 2021
Pada Tabel 9 Uji Chow, didapat F
hitung
= 12.973668, lalu untuk mendapat
angka nilai F
tabel
, nilai d.f = (8,78), taraf signifikasi alpa 5%. Kemudian didapat
angka F
tabel
nya yaitu 2.06. Hasil uji yang didapatkan memperoleh F
hitung
lebih besar
dari F
tabel
, jadi model yang terpilih yaitu FEM.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 819
2)
Uji Hausman
Tabel 10. Uji Chow
Source: hasil olahan eviews 2021
Menurut Tabel 10 Uji Hausman, maka diperoleh angka Prob. 0.2804.
Taraf signifikasi alpa 5% yaitu 0.05, jadi 0.2804 > 0.05. Maka yang terbaik
digunakan Bentuk Random.
Hasil Analisa Regresi Linear Berganda
Tabel 11. Hasi Uji Analisis Regresi Linear Berganda Bentuk Random Effect
Source: hasil olahan eviews 2021.
Menurut hasil analisa pada Tabel 11, mendapat persamaan model regresi
seperti dibawah ini:
Y = 16.346 -0.855X
1
-0.069 X
2
+ 0.154 X
3
Sebelum persamaan itu digunakan, maka dilaksanakan pengujian menggunakan
asumsi klasik.
Source: Hasil olah di Eviews 10, 2021
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 820
Gambar 4 Hasil Uji Normalitas
Dapat dilihat pada probability pada Gambar 4 menunjukan nilai 0.866 >
0.05, ini menandakan residual berdistribusi normal.
3)
Uji Multikolinieritas
Tabel 12 Hasil Uji Multikolinearitas
Source : Hasil olahan Eviews 10, 2021
Menurut Tabel 12 memperlihatkan bahwa setiap variabel bebas
mempunyai angka Centered VIF < 10, jadi bisa dikatakan tidak terdapat gejala
yang mengandung multikolinieritas.
4). Uji Heteroskedastisitas
Tabel 13 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic
0.743752
Prob. F(3,86)
0.5289
Obs*R-squared
2.275986
Prob. Chi-Square(3)
0.5171
Scaled explained SS
2.266111
Prob. Chi-Square(3)
0.5190
Source: Hasil dari olah data Eviews 10, 2021
Menurut Tabel 13 menjelaskan bahwa Prob. F (3,86) memperoleh nilai sig
0.5289 yang berarti nilai 0.5289 > 0.05 ini menandakan model tidak ada gejala
heteroskedastisitas.
5). Uji Koefisien Regresi secara Simultan
Merujuk Tabel 10, dengan tingkat nyata α = 0, 05 atau tingkat keyakinan
95% dengan derajat bebas df
1
= 8 dan df
2
= 78. Maka diperoleh nilai F
tabel
= 2.06.
Dan nilai F
hitung
= 12.973668 > F
tabel
= 2.06, jadi dapat disimpulkan H
0
ditolak, ini
Variance Inflation Factors
Date: 03/16/21 Time: 22:54
Sample: 1 90
Included observations: 90
Coefficien
t
Uncentere
d
Centered
Variabel
Variance
VIF
VIF
C
61.57368
8542.336
NA
X1
0.018263
160.5206
6.800195
X2
0.014976
10675.99
6.749800
X3
0.007345
4.443874
1.068329
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 821
berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
6). Uji Koefisien Regresi secara Parsial
Merujuk Tabel 11, diperoleh hasil bahwa nilai t
hitung
-6.311 - 1.663 t
tabel
sesuai kriteria pengujian, maka H
0
ditolak, nilai probnya 0.000 < 0.05, yang
mempunyai arti secara parsial pendidikan berpengaruh negatif dan sig terhadap
kemiskinan. Hasil koefisien variabel (X
1
) terhadap (Y) yaitu -0.855 menyimpulkan,
jika tingkat pendidikan bertambah sebesar 1 tahun menjadikan kemiskinan
mendapatkan penurunan senilai 0.855 persen. Asumsi jika variabel bebas (X
2
) dan
(X
3
) konstan.
Pengaruh tingkat kesehatan terhadap kemiskinan memperoleh nilai t
hitung
-
0.566 > - 1.663 t
tabel,
sesuai kriteria pengujian, maka H
0
diterima, serta berdasarkan
nilai probnya 0.572 > 0.05 yang berarti secara parsial tingkat kesehatan
berpengaruh negatif namun tidak sig. Ketika kesehatan dengan indikator angka
harapan hidup mengalami peningkatan, maka tingkat kemiskinan mengalami
penurunan namun tidak signifikan penurunannya, begitu juga sebaliknya.
Pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan memperoleh
nilai t
hitung
2.008 > 1.663 t
tabel
, maka H
0
ditolak yang berarti tingkat pengangguran
terbuka secara parsial berpengaruh positif dan sig. Hasil dari koefisien variabel
(X
3
) terhadap (Y) = 0.154, menyimpulkan, jika variable (X
3
) bertambah sebesar 1
persen menjadikan (Y) juga meningkat 0.154 persen dengan mengasumsikan
variabel tingkat pendidikan serta tingkat kesehatan konstan.
Pengaruh Variabel Dominan
Untuk mengetahui variabel mana yang dominan maka dipakai uji standardized
coefficient beta dengan mencari standardized coefficient beta (β) tertinggi setiap variabel
(Gujarati D. , 1997).
Tabel 12 Pengaruh variabel Dominan:
Source: Hasil olah data Eviews 10, 2021
Dengan melihat Tabel 12, nilai standardized coefficient dari tiap variabel
independen diatas, Sehingga didapat variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling
tinggai yakni vaiabel bebas tingkat pendidikan (X
1
), karena nilai β nya lebih tinggi
dibandingan variabel lain, yaitu 0.838. Hal ini terjadi karena semakin luas wawasan
didukung oleh tingginya pendidikan yang didapat. Sehingga mempermudah mempelajari
dan cepat menerima hal hal baru. Meningkatnya tingkat pendidikan akan meningkatkan
produktivitas juga.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 822
Pembahasan Riset
Menurut hasil yang diperoleh dari riset ini, kualitas pendidikan mempengaruhi
kemiskinan yang ada di Bali, intepretasinya yaitu jika kualitas pendidikan mengalami
kenaikan, maka yang terjadi yaitu kemiskinan akan mengalami penurunan. Studi empiris
yang mendukung dilihat dari peneliti seperti (Wahyu & et, 2018) menerangkan hasil yang
sama namun berlokasi di kabupaten atau kota Provinsi Jawa Timur. Teori Human Capital
yaitu modal manusia yang ditemukan oleh (Becker, 1993), teori ini mengajarkan bahwa
pendidikan bisa meningkatkan keahlian atau skill yang bisa meningkatkan produktivitas.
Teori ini juga meyatakan apabila karyawan/pekerja mempunyai produktivitas yang baik,
maka tingkat pendapatan yang diberikan dari perusahaan juga akan meningkat.
Terdapat teori lingkaran setan yang bisa mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Apabila tingkat pendidikan yang ditempuh rendah, bisa mempengaruhi produktivitas
SDM yang rendah, dan mengakibatkan mendapatkan upah yang rendah pula, sehingga
bisa menyebabkan meningkatnya tingkat kemiskinan. Maka dari itu, sangat penting
pemerintah untuk mewajibkan biaya pendidikan minimal 20% dari APBD, guna
memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, agar kedepannya bisa memutus tali
lingkaran setan.
Menurut hasil riset tingkat kesehatan tidak mempunyai pengaruh terhadap
kemiskinan di Bali. Didukung dari riset yang dilaksanakan Faisal (Faisal, 2013),
menyimpulkan bahwa tingkat kesehatan tidak mempunyai pengaruh terhadap kemiskinan
dan tingkat produktivitas di Provinsi Kalimantan Barat. Riset juga didukung oleh
Wongdesmiwati, yang menyimpulkan bahwa variabel angka harapan hidup tidak
signifikan berpengaruh terhadap warga miskin (Wongdesmiwati, 2009). Studi empiris
lain (Fitri & Kaluge, 2017) bahwa variabel biaya pemerintahan di sektor tingkat
kesehatan berdampak positif dan tidak signifikan. Karena tidak sejalannya penambahan
kesehatan warga dengan kuantitas kesempatan kerja baru.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS mengenai angka harapan hidup (AHH)
tahun 2010-2019, beberapa kabupaten atau kota memperoleh rata rata AHH diatas rata
rata Provinsi Bali. Hal ini mengindikasikan kualitas kesehatan masyarakat
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terbilang bagus atau sehat. Warga yang memiliki
kesehatan dapat juga tidak memiliki pekerjaan dan tidak mempunyai pengaruh dalam
pengurangan kemiskinan. Selain itu juga, data yang diperoleh dari BPS mengenai
persentase biaya kesehatan tahun 2015-2019 di Provinsi Bali juga menyatakan bahwa
biaya kesehatan sudah menyentuh alokasi biaya minimal bahkan diatas 10 persen dari
tahun 2015-2019, berdasarkan UU Kesehatan No 36 Tahun 2006.
Hasil riset juga menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka
mempengaruhi tingkat kemiskinan, yang didukung oleh beberapa riset sebelumnya. Studi
empiris dilakukan oleh (Adi & Arka, 2018), (Malat & Jeffrey , 2013), (Aristina,
Kembar , & Darsana, 2017), (Hu & Giuliano, 2017), (Wirawan & Arka, 2015),
(Williams, 2008), (Yanthi & Marheni, 2015), menyimpulkan bahwa pengangguran
terbuka mempunyai hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu mempengaruhi tingkat
kemiskinan. Semakin bertambahnya pengangguran maka akan mengakibatkan adanya
pertambahan penduduk yang tidak produktif, sehingga hal tersebut tidak dapat
mencukupi keperluan kehidupannya, ketika keperluannya tidak tercukupi dapat
mengakibatkan tergoncangnya stabilitas dalam politik negara, selain itu juga dapat
mengakibatkan bertambahnya angka kejahatan (Azeng & Thierry, 1991-2009).
Berdasarkan Teori dari Harod Domarr (Mulyadi, 2003) berpendapat yaitu, Investasii bisa
menambah kapasitas produksi. Ini artinya bahwa semakin meningkat kapasitas produksi
suatu perusahaan, maka semakin meningkat pula permintaan terhadap tenaga kerja,
dengan asumsi fullemployment (pengerjaan penuh). Ini terjadi karena penanaman modal
ialah aspek yang menentukan penambahan produksi, dan tenaga kerja merupakan salah
satu aspek tersebut.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 823
KESIMPULAN
Secara simultan tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, serta tingkat
pengangguran terbuka berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan kab/kota di Provinsi
Bali. Secara parsial tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Bali. Secara parsial tingkat kesehatan
berpengaruh negatif dan tidak signifkan terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di
Provinsi Bali. Secara parsial tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Bali. Variabel yang
memiliki pengaruh dominan terhadap tingkat kemiskinan, yaitu tingkat
pendidikan.Penutup merupakan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan
dan merupakan jawaban dari rumusan masalah. Simpulan diselaraskan dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Dalam hal simpulan lebih dari satu, maka dituliskan
menggunakan penomoran angka dan bukan menggunakan bullet. Dalam bagian penutup
ini juga dapat ditambahkan prospek pengembangan dari hasil penelitian dan aplikasi lebih
jauh yang menjadi prospek kajian berikutnya.
BIBLIOGRAFI
Adi, P., & Arka, S. (2018). Analisis tingkat pengangguran terbuka, kesempatan kerja, dan
tingkat pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota provinsi Bali.
E-Jurnal EP Unud, 416-444.
Aristina, I., Kembar , M., & Darsana, I. (2017). Pengaruh tingkat pendidikan,
pengangguranm dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Provinsi Bali.
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 677-704.
Azeng, T., & Thierry, U. (1991-2009). Youth Unemployment, Education and Political
Iinstability. Evidence from selected developing countries, 200.
Becker. (1993). Human Capital. A Theoretical and Empirical Analysis with Special
Reference to Education (3rd ed). London: The University of Chicago Press.
Borjas, G. (2008). Labor Economics. Newyork: McGraw-Hill.
BPS. (2020, September 4). Provinsi Bali. Retrieved from https://bali.bps.go.id:
https://bali.bps.go.id/dynamictable/2018/02/27/252/jumlah-pengangguran-di-
provinsi-bali-menurut-kabupaten-kota-2007-2015.html
BPS. (2020, September 4). Provinsi Bali. Retrieved from https://bali.bps.go.id:
https://bali.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-
ketimpangan.html#subjekViewTab3
BPS. (2020, September 4). Provinsi Bali. Retrieved from https://bali.bps.go.id:
https://bali.bps.go.id/dynamictable/2018/02/27/252/jumlah-pengangguran-di-
provinsi-bali-menurut-kabupaten-kota-2007-2015.html
BPS. (2020, September 4). Provinsi Bali. Retrieved from https://Bali.bps.go.id:
https://bali.bps.go.id/subject/30/kesehatan.html#subjctviewtab3
Dalamagas, B. (2010). Public Sector and economic growth: The greek experience.
Bulletin of Indonesian Economic Studies 2000, 277-288.
Dariwardani, N. (2014). Analisis Dinamika Kemiskinan (Poverty Dynamics) di Bali
Berdasarkan Data Susenas Panel 2008. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol.
7, no. 1.
Dartanto, T., & Nurkholis. (2013). The determinants of poverty dynamics in Indonesia:
Evidence from Panel Data. Bulletin of Indonesian economic studies vol.49 No.1,
61-84.
Dollar, D., & Aart Kraay. (2002). Growth is good for the poor. Journal Of Economic
Growth, 1-14.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 824
Ewubare, D., Ogbuagu, & Regina, A. (2017). Unemployment rate, gender inequality and
economic growt in Nigeria: "A short-run Impact Analysis". Global Journal of
Human Resouce Management, 12-43.
Faisal, H. (2013). Pengaruh tingkat pendidikan, kesehatan terhadap produktivitas dan
jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Barat. Program Magister Ilmu
Ekonomi Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Fitri, & Kaluge. (2017). Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan
kesehatan terhadap kemiskinan di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi, 130-136.
Gujarati, D. (1997). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hu, L., & Giuliano, G. (2017). Poverty concentration, job access, and employment
outcomes. Journal Bulletion of Indonesia Studies, 39(1) pp: 1-16.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan pembangunan daerah: reformasi, perencanaan,
strategi dan peluang. Jakarta: Erlangga.
Lim, H.-E. (2011). The determinants of individual unemployment duration: The case of
Malaysian Graduates. Journal of global management, pp.184203.
Mahmood, & et al. (2014). Determinants of unemployment in Pakistan: A Statistical
Study. International Journal Of Asian Social Science, 4(12) Pp 11631175.
Malat, J., & Jeffrey , T. M. (2013). Country level unemployment change and trends in
self-rated health. Journal Bulletin of Indonesian Economic Studies, 46(1) pp: 25-
46.
Manning, C., & Junankar. (1998). Choosy Youth Or Unwanted Youth? A survey of
unemployment. Bulletin of Indonesia Economic Studies, 34(1), PP: 55-95.
Meidani, A. (2011). The dynamic effect of unemployment rate on per capital real GDP in
Iran. International Journal Of Economics and Finance, 3 (05), pp 170-177.
Mulyadi, S. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam perspektif pembangunan.
Jakarta: Qudratullah.
Seran, S. (2017). Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Kemiskinan Penduduk. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol. 10, no. 1.
Shah, A., Shanzadi, U., & Jean, J. (2012). Demand for generic competences in the Labour
Market: Reliability of workers perception. International Journal of Economics
and Finance, pp: 227-240.
Sri Budhi, M. K. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pengentasan
Kemiskinan di Bali: Analisis FEM Data Panel. Jurnal Ekonomi Kuantitatif
Terapan, vol. 6, no. 1.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, S. (2010). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tisnawati, & Shabrina, R. (2014). Analisis Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga,
Umur, Pendidikan dan Status Pekerjaan terhadap Pendapatan Keluarga Wanita
Single Parent. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol. 7, no. 2.
Vincent, B. (2009). The concept "poverty" towards understanding in the context of
developing countries "poverty" qua povety. Journal of Sustainable Development,
2 (2).
Wahyu, E., & et. (2018). Pengaruh pendidikan, pendapatan perkapita dan jumlah
penduduk terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi.
Wardhana, D., Ihle, R., & Heijman, W. (2017). Agro cluster and rural poverty: A Spatial
erspective for West Java. Bulletin Of Indonesian Economic Studies, Vol 53, No 2.
Williams, D. (2008). Poverty and unemployment traps and trappings. Journal Bulletin Of
Indonesia Studies, 8 (2), pp: 96-107.
Williamson, D. (2001). The role of the health sector in addresinh povety. Canadian
Journal of Public Health, 92(3), pp 178-183.
Wirawan, N. (2017). Cara mudah memahami statistika. Denpasar: Keraras Emas.
Ni Luh Made Ariasih, Ni Nyoman Yuliarmi/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 807-825
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan, dan Pengangguran Terbuka Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali 825
Wirawan, T., & Arka, S. (2015). Analisa pengaruh pendidikan, Pdrb per Kapita dan
Tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali. Jurnal
Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol.4 no 5.
Wongdesmiwati. (2009). Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di
Indonesia Tahun 1990-2004: Analisis Ekonometrika. Jurnal Ekonomi
Pembangunan.
Yanthi, P., & Marheni. (2015). Pengaruh pendidikan, tingkat upah dan pengangguran
terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Jurnal
Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Yuta, Ropika, & Suhartini, A. M. (2014). Keterkaitan Lembaga Keuangan Mikro (LKM),
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Serta Kemiskinan di Indonesia Tahun 2012.
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol. 7, no. 2.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).