Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Juli 2021, 1 (7), 867-874
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.xxx http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
Shalahuddin Al Syaifullah
1
, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa
2
, Mufidah Sofyan
3
Universitas Muhammadiyah Malang
1, 2, 3
shalahuddin220@gmail.com
1
, taqwaputri76@gmail.com
2
, Sh444728@gmail.com
3
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
26-06-2021
20-07-2021
27-07-2021
Latar Belakang: Seorang pemimpin harus memiliki jiwa
pemimpin yang sangat banyak sehingga dapat mempimpin suatu
lembaga atau organisasi dan menjadikan suatu tujuan yang
diinginkan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memahami cara berpikir
dan menemukan makna terkait dalam data yang disajikan, untuk
mengunkapkan dan menjelaskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
kepemimpinan pendidikan Islam .
Metode: Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan
artikel ini adalah penelitian dengan pendekatan kepustakaan
(Library Research) atau yang biasa disebut studi pustaka.
Hasil: Seorang pemimipin harus memahami tentang dasar-dasar
kepemimpinan agar menjadi seorang pemimipin yang bijaksana,
baik dalam lingkup yang kecil, seperti keluarga, pemimpin diskusi
dan lain-lain maupun pemimpin dalam lingkup yang besar seperti
pemimpin organisasi, pemimpin agama, maupun pemimpin negara.
Kesimpulan: Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang
memuat dua hal pokok yaitu pemimpin sebagai subjek dan yang
dipimpin sebagai objek.
Kata kunci: kepemimpinan; pendidikan; Islam.
Abstract
Background: A leader must have a lot of leadership spirit so that
he can lead an institution or organization and make a desired
goal.
Objective: This study aims to understand the way of thinking and
find related meanings in the data presented, to reveal and explain
the values and principles of Islamic education leadership.
Methods: The research method used in writing this article is a
research with a library approach (Library Research) or what is
commonly called a literature study.
Results: A leader must understand the basics of leadership in
order to become a wise leader, both in a small scope, such as
family, discussion leaders and others as well as leaders in a large
scope such as organizational leaders, religious leaders, and state
leaders.
Conslusion: Leadership comes from the word pimpin which
contains two main things, namely the leader as the subject and
the led as the object.
Keywords: leadership; education; Islam.
Shalahuddin Al Syaifullah, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa, Mufidah Sofyan /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(7), 867-874
Kepemimpinan Pendidikan Islam 868
Coresponden Author : Shalahuddin Al Syaifullah
Email : shalahuddin220@gmail.com
PENDAHULUAN
Pandangan yang mendasari setiap aktivitas seorang pemimpin dalam
kepemimpinanya baik dalam penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan yang sudah
dibuat oleh lembaga yang akan dipimpinnya (Muhaimin, 2015). Semua kendala yang
diterima oleh pemimpin semua akan diaturnya dalam sebuah lembaga atau apapun itu,
karena setiap pemimpin harus siap menerima apapun yang akan diterima olehnya. Karena
seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan sebagai motivator, pembimbing dan penggerak
suatu lembaga yang menyebabkan orang lain dalam bertindak sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai (Saleh, 2014).
Kepemimpinan (leadership) merupakan pembahasan yang menarik (Khamdani,
2014), karena dalam pembahasannya akan mengetahui suatu rencana itu menjadi sukses
atau malah menjadi berantakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dari itu
seorang pemimpin harus memiliki jiwa pemimpin yang sangat banyak sehingga dapat
mempimpin suatu lembaga atau organisasi dan menjadikan suatu tujuan yang diinginkan
(Ali et al., 2015).
Guru sebagai pemimpin dalam lingkup sekolah adalah guru yang bisa
mengajarkan ilmu terhadap muridnya dengan baik dan murid dapat memperhatikan guru
dalam menerangkan materi yang telah diajarkan (Abas, 2017). Guru juga
bertanggungjawab atas peserta didiknya dalam mensukseskan pembelajaran yang telah
diajarkan oleh guru terhadap peserta didik, menjadi seorang pemimpin bisa
mengembangkan perkembangan dalam jasmani dan rohaninya dan mampu berdiri sendiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah (Irwan, 2020).
Menjadi pemimpin yang disegani banyak orang itu tidak mudah karena setiap
pemimpin juga harus memiliki akhlak yang bisa dijadikan contoh oleh masyarakatnya
(Nugroho, 2020). Peminpin sebagai motivator yang bisa menjadikan suatu hal menjadi
bermanfaat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Maka setelah melakukan penelitian ini
jauh lebih baik bagaimana kepemimpinan dalam manajemen pendidikan Islam terhadap
muridnya dibandingkan sebelumnya. Penelitian sendiri bertujuan bagaimana pemimpin
bisa bekerjasama dengan anggota untuk mencapai tujuan secara kondusif. Dengan
demikian penelitian ini memberikan banyak manfaat salah satunya yaitu memberikan
dorongan untuk menganalisis situasi dengan merumuskan harapan yang baik dan
memupuk memelihara kesediaan kerjasama di dalam kelompok demi tercapainya tujuan
bersama;
METODE PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah
penelitian dengan pendekatan kepustakaan (Library Research) atau yang biasa disebut
studi pustaka, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode Pengumpulan
data pustaka, dengan membaca dan mencatat, serta mengolah bahan penelitian. Seperti
pendapat yang dikemukakan oleh Mahmud dalam bukuya Metode Penelitian Pendidikan,
dijelaskan bahwa penelitian kepustakaan adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan
membaca buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya untuk mengumpulkan data
Shalahuddin Al Syaifullah, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa, Mufidah Sofyan /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(7), 867-874
Kepemimpinan Pendidikan Islam 869
dari berbagai literatur, baik perpustakaan maupun di tempat-tempat lain. Kajian yang
digunakan dalam penyusunan aspek kebahasaan buku ajar adalah dengan studi literatur.
Untuk literatur yang dijadikan acuan sebagai pedoman berupa buku, skripsi, dan jurnal
yang diakui oleh standar nasional, kemudian dikaji dan dijadikan sebagai pedoman untuk
mengkaji aspek analisis kebahasaan dalam kemampuan memotivasi terhadap siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai seorang pemimipin harus
memahami tentang dasar-dasar kepemimpinan agar menjadi seorang pemimipin yang
bijaksana, baik dalam lingkup yang kecil, seperti keluarga, pemimpin diskusi dan lain-
lain maupun pemimpin dalam lingkup yang besar seperti pemimpin organisasi, pemimpin
agama, maupun pemimpin negara.
Untuk meminpin suatu organisasi atau perkumpulan terdapat berbagai perinsip
Islam dalam memimpin seperti prinsip agama (tauhid), dan prinsip musyawarah (syuro).
Serta terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan, Tipe kepemimpinan merupakan cara
yang digunakan oleh pemimipin dalam mendoktrin anggotanya pada suatu organisasi
maupun lembaga,
Esensi kepemimpinan pendidikan, merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan dan kesuksesan sebuah lembaga atau organisasi pendidikan, hal
ini dikarenakan fungsi pemimpin adalah sebagai sentral utama yang menggerakkan
seluruh aktivitas organisasi. Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan tujuh
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, berkaitan dengan fungsi
dan perannya dalam menjalankan tugas kepemimpinan pendidikan, yaitu sebagai
pendidik (educator) sebagai manajer, sebagai administrator, sebagai supervisor
(penyelia), sebagai leader (pemimpin), sebagai inovator dan sebagai motivator.
B. Pembahasan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu:
pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mendoktrin. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
menjalankan kepemimpinan, kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang
pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin,
mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang
tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif
membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin
pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Menurut Griffin dan Ebbert kepemimpinan (leadership) adalah proses
memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Lindsay dan Patrick dalam membahas “Mutu total dan pembagunan
organisasi” megemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu upaya mewujudkan tujuan
perusahaan dengan memadukan kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang
dengan tujuan organisasi. Perlu diketahui setiap individu merupakan anggota dari
perusahaan (Lindsay & Petrick, 1997). Peterson at. all mengatakan bahwa kepemimpinan
Shalahuddin Al Syaifullah, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa, Mufidah Sofyan /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(7), 867-874
Kepemimpinan Pendidikan Islam 870
merupakan suatu kreasi yang berkaitan dengan pemahaman dan penyelesaian atas
permasalahan internal dan eksternal organisasi (Peterson, 1997).
Kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan usaha sadar
yang dilakukan seseorang (pemimpin) dalam proses memengaruhi, memotivasi dan
menyebabkan seseorang atau kelompok orang agar mengarah pada tujuan yang sudah
ditentukan dan menjadi tujuan yang sukses.
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang sengaja untuk mencapai suatu tujuan
harus mempunyai landasan. Begitu juga dengan kepemimpinan pendidikan Islam. Dasar-
dasar ini bisa dijadikan sebagai landasan awal untuk menjadi seorang pemimpin yang
efektif. Terdapat empat dasar, yang pertama, adalah penentuan tujuan, jadi seorang
pemimpin itu harus memastikan dari awal bahwa semua anggotanya paham dan tau
tujuan organisasi. Apa saja visi dan misi dari organisasi nya dan visi misi dari organisasi
harus sudah terinternalisasi di diri anggota masing-masing jadi dengan adanya visi dan
misi itu sebuah perkumpulan tidak akan kehilangan arah dan mendapatkan hasil yang
efektif. Yang kedua, adalah sebuah komunikasi, semua kebijakan, keputusan, dan
informasi apapun yang terkait dengan kebaikan sebuah perusahaan harus
dikomunikasikan dengan baik kepada semua anggota yang ada. Banyak media yang dapat
digunakan untuk berkomunikasi seperti email, memo, chat di grup atau internal
communication tools lainnya. Ketiga adalah kepercayaan, seperti komunikasi yang paling
efektif adalah dengan di dasari oleh sebuah kepercayaan antara seorang pemimpin dengan
anggotanya. Keempat, adalah akuntabilitas (pertanggungjawaban) dasar keempat ini
adalah sebuah pertanggungjawaban. Banyaknya seorang pemimpin yang gagal dalam
proyeknya karena tidak bertanggungjawab.
Esensi kepemimpinan pendidikan, merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan dan kesuksesan sebuah organisasi pendidikan, hal ini
dikarenakan fungsi pemimpin adalah sebagai sentral utama yang mengerakkan seluruh
aktivitas organisasi. Menurut Abdul Aziz Wahab, fungsi kepemimpinan pendidikan ialah
sebagai berikut: pertama, pemimpin itu membantu terciptanya suasana persaudaraan,
kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan. Kedua, pemimpin membantu kelompok untuk
mengorganisir diri, yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada
kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan. Ketiga, pemimpin membantu
kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam
menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan
efektif. Keempat, pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama
dengan kelompok. Kelima, pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan
mempertahankan eksistensi organisasi. Kelima fungsi kepemimpinan pendidikan tersebut
menunjukkan bahwa kepemimpinan pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat
signifikan pengaruhnya, dalam menunjang keberhasilan lembaga pendidikan (Wahab,
2008). Oleh karena itu pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah
menetapkan tujuh kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
berkaitan dengan fungsi dan perannya dalam menjalankan tugas kepemimpinan
pendidikan, yaitu sebagai berikut sebagai pendidik (educator) sebagai manajer, sebagai
administrator, sebagai supervisor (penyelia), sebagai leader (pemimpin), sebagai inovator
dan sebagai motivator.
Di dalam kepemimpinan Pendidikan Islam pasti ada yang namanya prinsip-
prinsip kepemimpinan, di bawah ini adalah beberapa prinsip-prinsip kepemimpinan
pendidikan islam:
1. Prinsip Tauhid
Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam.
Sebab perbedaan akidah yang fundamental dapat menjadi pemicu dan pemacu
kekacauan suatu umat. Oleh sebab itu, Islam mengajak kearah satu kesatuan akidah
diatas dasar yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu tauhid. Pada al-
Quran dapat ditemukan dalam surat an-Nisa' 48, Ali Imron 64 dan surat al-Ikhlas.
Shalahuddin Al Syaifullah, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa, Mufidah Sofyan /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(7), 867-874
Kepemimpinan Pendidikan Islam 871
2. Prinsip Musyawarah (Syuro)
Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau mengajukan
pendapat. Untuk menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan
berorganisasi dan bermasyarakat musyawarah dalam konteks membicarakan
persoalan-persoalan tertentu dengan anggota masyarakat, termasuk didalamnya dalam
hal berorganisasi. Hal ini sebagaimana terdapat pada terjemahan surat Aliimran ayat
158. "bermusyawarahlah kamu (Muhammad) dengan mereka dalam urusan tertentu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkalah kepada Allah Swt.
Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang- orang yang bertawakkal kepada-Nya".
Meskipun terdapat beberapa Alquran dan As-sunnah yang menerangkan tentang
musyawarah. Hal ini bukan berarti Alquran telah menggambarkan sistem pemerintahan
secara tegas dan rinci, nampaknya hal ini memang disengaja oleh Allah untuk
memberikan kebebasan sekaligus medan kreativitas berfikir hambanya untuk
berijtihad menemukan sistem pemerintahan yang sesuai dengan 26 kondisi sosial-
kultural. Sangat mungkin ini salah satu sikap demokratis Tuhan terhadap hamba-
hambanya.
Dalam mengatur pemerintahan, keadilan menjadi suatu keniscayaan, sebab
pemerintah dibentuk antara lain agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Jadi,
sistem pemerintahan Islam yang ideal adalah sistem yang mencerminkan keadilan
yang meliputi persamaan hak di depan umum, keseimbangan (keproposionalan) dalam
memanage kekayaan alam misalnya, distribusi pembangunan, adanya balancingpower
antara pihak pemerintah dengan rakyatnya.
Kebebasan dalam pandangan al-Quran sangat dijunjung tinggi termasuk dalam
menentukan pilihan agama sekaligus. Namun demikian, kebebasan yang dituntut oleh
Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan disini juga kebebasan
yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Seperti konteks kehidupan politik, setiap
individu dan bangsa mempunyai hak yang tidak terpisahkan dari kebebasan dalam
segala bentuk fisik, budaya, ekonomi dan politik serta berjuang dengan segala cara
asal konstitusional untuk melawan atas semua bentuk pelanggaran.
Pemimpin berperan besar dalam pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana
yang ada pada teori manajemen. Berhasil atau tidaknya organisasi bergantung pada
kepemimpinan pada lembaga terkait. Tipe kepimpinan seseorang akan berhubungan
dengan gaya kepemimpinan seseorang dalam melakukan tugas kepemimpinannya,
berbagai macam tipe kepemimpinan dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau
madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh
pemerintah maupun yayasan itu sendiri, atau melalui pemilihan (Sutikno, 2009).
Adapun tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya dalam manajemen
pendidikan, diantaranya:
a) Kepemimpinan otokratik
Pemimpin yang tergolong dalam tipe otokratik, cenderung dikenal
memiliki karakter yang negatif. Karena pemimpin yang otokratik merupakan
seorang yang egois, dengan keegoisannya pemimpin otokratik memandang
perannya sebagai pusat dari segala sesuatu pada kehidupan berorganisasi.
Seorang pemimpin yang otokratik memiliki sikap dalam berorganisasi
seperti berikut:
1) Menganggap organisasi sebagai milik individu
2) Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
4) Tidak mau menerima kritik, saran maupun pendapat
5) Dalam bertindak pengerakannya sering mempergunakan approach yang
mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum (Fattah, 2019).
Shalahuddin Al Syaifullah, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa, Mufidah Sofyan /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(7), 867-874
Kepemimpinan Pendidikan Islam 872
Pemimpin otokratik dikenal diktator, karena pemimpin adalah penggerak
utama dan penguasa dalam suatu kelompok. Kewajiban anggota atau bawahan
hanyalah mengikuti serta menjalankan, tidak boleh membantah ataupun mengajukan
saran (Burhanuddin, 2005).
Dalam cara kepemimpinan otokratik ini terlihat bahwa dalam melaksanakan
kepemimpiannya, pemimpin bertindak sebagai penguasa utama sehingga dalam
bertindak dan memutuskan pada suatu masalah berdasarkan kehendak dari pemimpin.
Bagi seorang pemimpin tipe otokratik, setiap bawahan harus taat dan patuh dengan
aturan dan kebijakan yang telah dibuat pemimpinnya.
b) Kepemimpinan yang Laissez Faire (Masa Bodoh)
Tipe Laissez faire(kendali bebas) adalah bentuk kebalikan dari tipe
kepemimpinan otokratik. Jika pemimpin otokratik yang selalu mendominasi atau
menjadi pusat segala sesuatu dalam berorganisasi, maka pada tipe laissez faire ini
memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada bawahan atau anggota organisasi.
Karena bawahan dapat mengembangkan saran dan idenya sendiri, serta dalam
memecahkan masalah dilakukan sendiri oleh bawahan tersebut adapun pengarahan
dari pemimpin hanya sedikit (Burhanuddin, 2005). Adapun dari sifat pemimpin
laissez faire yang tidak tampak, dikarenakan pemimpin organisasi yang
memberikan kuasa penuh kepada anggotanya dalam pelaksanaan tugas. Sebab
seorang pemimpin pada tipe ini berkeyakinan bahwa dengan memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan ataupun anggota maka proses usahanya
akan cepat berhasil (Sutikno, 2009).
Pada penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe kepemimpinan
jenis ini menggambarkan sikap pemimpin yang tidak mau bekerja keras dan
terkesan santai. Karena terlihat jelas bahwa pemimpin tipe ini memberikan kuasa
penuh kepada bawahannya dalam menghadapi setiap masalah yang ada di
organisasi, termasuk dalam organisasi pendidikan. Apabila hal tersebut dibiarkan
dalam proses pendidikan maka akan menimbulkan proses pembelajaran yang tidak
teratur karena setiap guru akan berbuat dan bertindak atas kehendak individu
masing-masing dalam proses pembelajaran, serta tipe kepemimpinan ini akan
menimbulkan rasa kurang memiliki terhadap organisasi atau lembaga tempat
mereka bekerja. Karena mereka bekerja sesuai keinginan masing-masing bukan
berpacu pada keputusan dari pemimpin.
c) Kepemimpinan Demokratis
Penggunaan kata “demokratis” dapat menggambarkan bahwa apa yang kita
putuskan dan laksanakan merupakan hasil keputusan yang disepakati dan
dilakukan bersama-sama. Tipe kepemimpinan demokratis ini berdasarkan pada
pemikiran bahwa aktivitas dalam organisasi atau lembaga dapat berjalan lancar dan
mencapai tujuan apabila berbagai masalah yang mucul diputuskan secara bersama-
sama antara pejabat yang memipin maupun para perjabat yang dipimpin. Karena
seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun
sebaik mungkin, sehingga menggambarkan secara jelas beragam tugas dan
kegiatan yang harus dilakukan supaya tercapai tujuan organisasi (Suryosubroto,
2010).
Pada tipe kepemimpinan demokratis ini memiliki perbedaan yang
menonjol dari kedua tipe kepemimpinan sebelumnya, karena tipe kepemimpinan
demokratis ini tidak bertindak secara otoriter dan tidak juga menyerahkan segala
sesuatu kepada bawahannya. Mulai dari atasan hingga bawahan bersama-sama
membangun perencanaan sampai pada evaluasi kegiatan yang telah dilakukan,
yang berarti bahwa setiap pemimpin akan mengambil keputusan serta kebijakannya
berdasarkan hasil diskusi dengan bawahannya.
Pemimpin akan selalu meminta pendapat dan saran dari bawahannya dalam
pengambilan berbagai keputusan pada suatu organisasi. Kepemimpinan dalam
Shalahuddin Al Syaifullah, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa, Mufidah Sofyan /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(7), 867-874
Kepemimpinan Pendidikan Islam 873
demokrasi selalu menyadari bahwa pemimpin selalu menjadi bagian dari
kelompoknya, berhasil atau tidaknya kinerja organisasi terletak pada kelompok dan
pimpinan.
d) Kepemimpinan Kharismatik
Pada dasarnya tipe kepemimpinan kharismatik ini adalah tipe
kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma seseorang. Bermodalkan kharisma
yang dimiliki seseorang, maka orang tersebut akan mampu mengarahkan serta
memimpin bawahannya. Pemimpin tipe kharismatik biasanya mamiliki karateristik
yang spesial yaitu daya tariknya memikat sehingga dengan daya tarik yang
dimilikinya dapat memperoleh pengikut dalam jumlah banyak.
e) Kepemimpinan Tipe Militeristik
Tipe kepemimpinan ini menggunakan cara yang lazim digunakan dalam
kemiliteran, pemimpin yang memiliki tipe militeristis biasanya memiliki sifat-sifat
seperti berikut :
1) Untuk menggerakkan bawahan lebih sering menggunakan cara perintah
2) Menggerakkan bawahan bergantung pada pangkat dan jabatan yang dimiliki
3) Cenderung kepada bentuk formalitas yang berlebih-lebihan
4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
5) Sulit menerima kritikan dari bawahan
6) Sangat menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan
Tipe kepemimpinan merupakan cara yang digunakan oleh pemimipin dalam
mendoktrin anggotanya pada suatu organisasi maupun lembaga, Thoha menjelaskan
bahwa tipe kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Pada
hal ini usaha menyesuaikan persepsi di antara orang yang akan mendoktrin perilaku
dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya (Ningrat, 1980:
21).
KESIMPULAN
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu
pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mendoktrin. Seorang pemimpin tentunya harus memahami serta mengerti akan
dasar-dasar kepemimpinan untuk dapat menjadi pemimpin, baik dalam lingkup yang
kecil, seperti keluarga, pemimpin diskusi dan lain-lain maupun pemimpin dalam lingkup
yang besar seperti pemimpin organisasi, pemimpin agama, pemimpin negara dan
sebagainya.
BIBLIOGRAFI
Abas, H. E. (2017). Magnet Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru
(Revisi) STO Mohon Banyak Disebar Di Lampung. Elex Media Komputindo.
Ali, S. N. M., Harun, C. Z., & Djailani, A. R. (2015). Gaya kepemimpinan kepala sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru pada SD Negeri Lambaro Angan. Jurnal
Administrasi Pendidikan: Program Pascasarjana Unsyiah, 3(2).
Burhanuddin, Y. (2005). Administrasi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Fattah, N. (2019). Landasan manajemen pendidikan.
Irwan, I. (2020). Pengembangan Pembelajaran Pai Yang Integratif: Antara Guru PAI,
Orang Tua dan Masyarakat. TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan
Shalahuddin Al Syaifullah, Putri Anggun Bhakti Insanitaqwa, Mufidah Sofyan /Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(7), 867-874
Kepemimpinan Pendidikan Islam 874
Kemanusiaan, 4(1), 5568.
Khamdani, P. (2014). Kepemimpinan dan Pendidikan Islam. Madaniyah, 4(2), 259276.
Lindsay, W. M., & Petrick, J. A. (1997). Total Quality and Organization Development.
Total Quality Series. ERIC.
Muhaimin, M. A. (2015). Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah). Prenada Media.
Nugroho, Y. A. (2020). KAJIAN TENTANG BELAJAR KEPEMIMPINAN DARI
PEMIMPIN TERBAIK. Eqien: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7(2), 135146.
Peterson, M. W. (1997). Planning and Management for a Changing Environment: A
Handbook on Redesigning Postsecondary Institutions. ERIC.
Saleh, K. (2014). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan. FENOMENA, 6(1).
Suryosubroto, B. (2010). Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta, 2002. Tim Dosen
Administrasi Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan.
Sutikno, S. (2009). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Wahab, A. A. (2008). Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan:(telaah
terhadap organisasi dan pengelolaan organisasi pendidikan). Alfabeta.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).