Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Juli 2021, 1 (7), 800-807
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
DOI : 10.36418/cerdika.v1i7.119 http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika
TINJAUAN SISTEM PENYIMPANAN DOKUMEN PASIEN TERHADAP
KINERJA UNIT REKAM MEDIS DI PUSKESMAS “X” BANDUNG
Dinda Nurul Lita Saptarini
1
, Sali Setiatin
2
Politeknik Piksi Ganesha
1, 2
Piksi.dindanurulls.18303196@gmail.com
1
, salisetiatin@gmail.com
2
Abstrak
Received:
Revised :
Accepted:
26-06-2021
13-07-2021
25-07-2021
Latar Belakang: Sistem penyimpanan dokumen pasien
sangat penting untuk dilakukan dalam insititusi pelayanan
kesehatan, karena sistem penyimpanan dapat mempermudah
petugas dalam menemukan kembali atau pengambilan
dokumen pasien. Petugas rekam medis yang profesional wajib
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
standar kompetensi dan kode etik profesi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem
penyimpanan dokumen pasien terhadap kinerja unit rekam
medis di Puskesmas “X” Bandung.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomologi, menggunakan
instrumen penelitian wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Subjek penelitian yang digunakan yaitu seluruh
petugas rekam medis yang berjumlah tiga orang. Objek
penelitian yang digunakan yaitu tempat penyimpanan rekam
medis.
Hasil: Hasil penelitian dilihat dari karakteristik informan,
sistem penyimpanan rekam medis, fasilitas penyimpanan
rekam medis dan Lima faktor mengukur kinerja unit rekam
medis di Puskesmas “X Bandung. Menunjukan bahwa
sistem penyimpanan rekam medis belum sepenuhnya stabil
karena masih ditemukan adanya misfile yang sering terjadi
dalam penomoran rekam medis, fasilitas yang kurang
memandai seperti ruangan sempit, tidak adanya tracer saat
pengambilan rekam medis pasien dan pencahyaan kurang
memenuhi standar.
Kesimpulan: Adanya kinerja unit rekam medis belum
mampu terselesaikan dengan alokasi waktu yang telah
ditetapkan dan kehadiran setiap petugas tidak selalu tepat
waktu.
Kata kunci: rekam medis; sistem penyimpanan; kinerja.
Abstract
Background: Patient document storage system is very
important to do in health care institutions, because the
storage system can make it easier for officers to find back or
retrieve patient documents. Professional medical record
officers are required to provide quality services in
Dinda Nurul Lita Saptarini, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 800-807
Tinjauan Sistem Penyimpanan Dokumen Pasien Tehadap Kinerja Unit Rekam Medis di
Puskesmas “X”Bandung 801
accordance with competency standards and professional
code of ethics.
Objective: This study aims to determine the patient's
document storage system on the performance of the medical
record unit at Puskesmas "X" Bandung.
Methods: This study uses a qualitative research method with
a phenomenological approach, using interview research
instruments, observation and documentation studies. The
research subjects used were all three medical record
officers. The object of research used is a place to store
medical records.
Results: The results of the study were seen from the
characteristics of the informants, medical record storage
systems, medical record storage facilities and five factors
measuring the performance of the medical record unit at
Puskesmas "X" Bandung. It shows that the medical record
storage system is not fully stable because there are still
misfiles that often occur in the numbering of medical
records, inadequate facilities such as narrow rooms, the
absence of a tracer when taking patient medical records and
lighting that does not meet the standards.
Conclusion: The performance of the medical record unit has
not been able to be resolved with a predetermined time
allocation and the presence of each officer is not always on
time.
Keywords: medical record; storage system; performance.
Coresponden Author : Dinda Nurul Lita Saptarini
Email : Piksi.dindanurulls.18303196@gmail.com
PENDAHULUAN
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya (Arif & Saputra, 2019).
Dalam menyelenggarakan fungsinya, puskesmas harus meyelenggarakan rekam medis
(Hasanah et al., 2021). Rekam medis adalah fakta yang berkaitan dengan keadaan pasien,
riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini tertulis oleh profesi kesehatan
yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut (Mathar, 2018).
Dokumen rekam medis menurut (Permenkes, 2008) adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Pada suatu fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu adanya
dukungan dari berbagai faktor yang terkait, salah satunya yaitu dalam sistem
penyimpanan rekam medis.
Sistem penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan
dokumen agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan dokumen
yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat bilamana dokumen tersebut sewaktu-
waktu dibutuhkan (Tania & Marubah, 2020). Sistem penyimpanan yang baik ternilai dari
hasil kinerja unit rekam medis di suatu fasilitas pelayanan kesehatan terutama di
puskesmas. Kinerja adalah hasil kerja yang di capai oleh seseorang atau sekelompok
Dinda Nurul Lita Saptarini, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 800-807
Tinjauan Sistem Penyimpanan Dokumen Pasien Tehadap Kinerja Unit Rekam Medis di
Puskesmas “X”Bandung 802
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-
masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Mangkunegara, 2000), sedangkan
unit rekam medis dan informasi kesehatan merupakan sebuah organisasi di fasilitas
pelayanan kesehatan. Indikator untuk mengukur kinerja karyawan yaitu: kualitas kerja,
kuantitas kerja, supervisor, kehadiran dan konservasi petugas.
Puskesmas “X” di Bandung adalah salah satu pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang telah terselengggaranya rekam medis serta memiliki fasilitas pelayanan
kesehatan rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat. Namun dalam pelaksanaan rekam
medis belum sepenuhnya baik terutama di bagian sistem peyimpanan rekam medis.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi tentang sistem
penyimpanan dokumen pasien terhadap kinerja unit rekam medis di Puskesmas “X”
Bandung, ditemukan adanya sistem penyimpanan rekam medis menggunakan sistem
penyimpanan desentralisasi, sistem penyimpanan desentralisasi yaitu sistem penyimpanan
yang dimana setiap dokumen rekam medis akan terpisah di berbagai tempat pelayanan.
Adanya kesalahan letak (misfile), kondisi ini disebabkan oleh ketidaktelitian petugas
dalam menyimpan status pasien dan pada saat pengambilan tidak menggunakan tracer,
sehingga pada saat akan menyimpan kembali status pasien petugas tidak memiliki
pedoman sebagai alat bantu penyimpanan status pasien tersebut. Masih terdapatnya
rekam medis yang belum tersusun sesuai urutan angka hanya di biarkan menumpuk di rak
penyimpanan. Dalam setiap kinerja unit rekam medis yang digambarkan dengan
pengukuran kinerja karyawan masih adanya tugas yang belum terselesaikan sesuai
alokasi waktu yang telah ditetapkan dan kehadiran setiap petugas tidak selalu tepat waktu.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem penyimpanan dokumen pasien terhadap
kinerja unit rekam medis di Puskesmas “XBandung. Manfaat penelitian ini untuk bahan
pertimbangan dan perencanaan di masa yang akan datang agar penyelenggaraan rekam
medis di Puskesmas “X” Bandung menjadi lebih baik dan terpadu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomologi. Pendekatan fenomologi merupakan suatu metode
penelitian yang kritis dan menggali fenomena yang ada secara sistematis (Wiguna, 2020).
Subjek penelitian yang digunakan yaitu seluruh petugas rekam medis yang berjumlah tiga
orang, terdiri dari kepala rekam medis dan dua staf rekam medis di Puskesmas “X”
Bandung. Objek penelitian yang digunakan yaitu tempat penyimpanan rekam medis yang
berada di Puskesmas “X” Bandung. Penelitian dilakukan pada tanggal 5 Mei 5 Juni
2021. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan studi
dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Karakteristik Informan
Teradapatnya tenaga kesehatan yang bertugas sebagai perekam medis
diantaranya: Informan triangulasi 1 tingkat pendidikan terakhir D-III Rekam Medis, lama
bekerja 4 bulan, Jabatan/unit tugas sebagai kepala Rekam Medis, Informan utama 1
tingkat pendidikan terakhir D-III Rekam Medis, lama bekerja 2 tahun, jabatan/ unit tugas
sebagai staf Rekam Medis, Informan utama 2 tingkat pendidikan terakhir D-III Akuntasi,
lama bekerja 1 tahun, jabatan/ unit tugas sebagai staf Rekam Medis.
Dinda Nurul Lita Saptarini, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 800-807
Tinjauan Sistem Penyimpanan Dokumen Pasien Tehadap Kinerja Unit Rekam Medis di
Puskesmas “X”Bandung 803
Tabel 1. Karakteristik Informan Utama Dan Informan Triangulasi
Pendidikan
Lama Bekerja
Jabatan/Unit Tugas
D-III Rekam Medis
4 Bulan
Kepala Rekam Medis
D-III Rekam Medis
2 Tahun
Staf Rekam Medis
D-III Akuntasi
1 Tahun
Staf Rekam Medis
Sumber: data diolah, 2021
Sistem Penyimpanan Rekam Medis
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan rekam medis di Puskesmas
“X” dikelola menggunakan sistem penyimpanan desentralisasi. Menggunakan personal
folder dengan sistem penjajaran angka langsung atau Straight Numerical Filling System
(SNFS).
Tabel 2. Observasi Sistem Penyimpanan Rekam medis
Sistem Yang Dipakai
Keterangan
1. Sistem penyimpanan
desentralisasi
Sistem penyimpanan dilakukan secara
desentralisasi yaitu rekam medis rawat
jalan, rawat inap dan rawat darurat
terpisah di beberapa tempat pelayanan.
2. Penjajaran angka langsung atau
Straight Numerical Filling System
(SNFS)
Sistem ini merupakan sistem penomoran
yang dijajarkan secara urut menurut
number rekam medisnya.
Sumber: data diolah, 2021
Fasilitas Penyimpanan Rekam Medis
Berdasarkan hasil studi dokumentasi terdapat temuan yang didapat pada ruang
penyimpanan di Puskesmas “X” Bandung yaitu tidak ada tracer, ruangan sempit,
terdapatnya kipas angin, penggabungan ruangan antara pendaftaran dan penyimpanan
rekam medis, rak penyimpanan menggunakan dua unit lemari terbuka yang berbeda dan
pencahayaan ruangan hanya menggunakan satu lampu.
Lima Faktor Mengukur Kinerja Unit Rekam Medis
Berdasarkan hasil wawancara terhadap setiap informan yang menggambarkan Lima
faktor pengukuran kinerja unit rekam medis di Puskesmas “X” Bandung yaitu: kualitas
kerja, kuantitas kerja, supervisor, kehadiran dan konservasi petugas. Penjabaran lebih
lengkap mengenai hasil wawancara sebagai berikut.
1. Kualitas kerja petugas sudah sesuai dengan SOP
Berdasarkan hasil wawancara kepada setiap informan terkait kualitas petugas
sudah sesuai dengan SOP, ini pernyataannya:
Ya sudah, kami disini sudah sesuai SOP dari setiap pekerjaannya (Informan
Triangulasi 1)
Ya, meyelesaikan pekerjaan sudah sesuai SOP” (Informan utaman 1 dan 2 )
2. Kuantitas kerja setiap petugas mampu diselesaikan dengan alokasi waktu yang telah
ditetapkan
Berdasarkan hasil wawancara kepada setiap informan terkait kuantitas kerja
setiap petugas mampu diselesaikan dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan, ini
pernyataannya:
Belum sesuai soalnya liat kondisi juga ya, ada beberapa yang belum kita selesaikan
(Informan Triangulasi 1)
Belum soalnya kita disini pekerjaanya bukan hanya satu tapi ada tugas lainnya juga
(Informan utama 1 dan 2)
Dinda Nurul Lita Saptarini, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 800-807
Tinjauan Sistem Penyimpanan Dokumen Pasien Tehadap Kinerja Unit Rekam Medis di
Puskesmas “X”Bandung 804
3. Pimpinan melakukan pengawasan, memberikan arahan serta melakukan evaluasi dari
setiap pekerjaan
Berdasarkan hasil wawancara kepada setiap informan terkait pimpinan
melakukan pengawasan, memberikan arahan serta melakukan evaluasi dari setiap
pekerjaan, ini pernyataannya:
Selalu karena biar sesuai dan berjalan dengan semestinya, salah satunya seperti itu
(Informan Triangulasi 1)
Iya suka biasanya tiap sebulan sekali” (Informan utama 1 dan 2)
4. Kehadiran selalu tepat waktu
Berdasarkan hasil wawancara kepada setiap informan terkait kehadiran
petugas, ini pernyataannya:
belum ya, soalnya jarak yang ditempuh sangat jauh dan kami juga sering mengalami
kemacetan” (Informan Triangulasi 1)
kadang-kadang sering terlambat ya, karena jarak rumah sama tempat kerja sangat
jauh” (Informan utama 1 dan 2)
5. Mahir dalam melakukan setiap pekerjaan
Berdasarkan hasil wawancara kepada setiap informan terkait mahir dalam
melakukan setiap pekerjaan, ini pernyataannya:
Iya, sebisa mungkin harus ya” (Informan Triangulasi 1)
Iya karena itu sudah kewajiban bagi pegawai” (Informan utama 1 dan 2)
B. Pembahasan
Sistem Penyimpanan Rekam Medis
Dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa pengolahan rekam medis di
Puskesmas “X Bandung menggunakan sistem penyimpanan yaitu desentralisasi. Sistem
penyimpanan desentralisasi yaitu sistem dimana rekam medis rawat jalan, rawat inap dan
rawat darurat terpisah di beberapa tempat pelayanan. Untuk setiap rekam medis rawat
jalan di Puskemas “X” Bandung tersimpan di ruang penyimpanan, sedangkan untuk rawat
inap dan rawat darurat tersimpan di ruang keperawatan. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Rafitrin et al., 2019) bahwa sistem dan metode
penyimpanan di Puskesmas Tugu Trenggalek menggunakan sistem desentralisasi yaitu
sistem penyimpanan berkas yang dibuat terpisah antara data yang satu dengan yang lain
dimana rekam medis rawat jalan dan rawat inap disimpan dan dibuatkan berkas masing-
masing pada tempat penyimpanan berada. Di puskesmas “X” Bandung folder yang
digunakan yaitu personal folder sesuai dengan namanya maka setiap pasien akan
memiliki berkas pribadi.
Sistem penjajaran untuk setiap personal folder menggunakan angka langsung
atau Straight Numerical Filling System (SNFS) di Puskesmas “X” Bandung belum
sepenuhnya stabil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fattimah, 2017)
di Puskesmas Ngaglik 1 sleman yang dimana masih menerapkan sistem penyimpanan
SNFS dan belum siap untuk melakukan perubahan sistem penyimpanan dari SNFS ke
TDFS. Masih adanya misfile yang sering terjadi dalam penomoran rekam medis, sehingga
petugas sering kali kesulitan saat pencarian kembali. Selain itu, menggunakan sistem ini
juga mudah dikenali oleh orang awam maka orang yang tidak berhak masuk ke ruang
penyimpanan dan tidak berhak untuk mengambil dapat menemukan rekam medis
tersebut. Jadi, aspek kerahasian rekam medis menjadi kurang terjaga.
Penyimpanan rekam medis di Puskesmas “X” Bandung tidak sesuai dengan
Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang ada yaitu mengurutkan rekam medis sesuai
dengan number urut, mengembalikan rekam medis dengan urutan number dan merapikan
susunan rekam medis. Tetapi dari hasil penelitian pada ruang penyimpanan untuk
pengurutan rekam medis bahwasannya rekam medis sudah tersusun sesuai dengan
number urut. Namun untuk setiap rekam medis yang sudah terambil dari rak, petugas
Dinda Nurul Lita Saptarini, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 800-807
Tinjauan Sistem Penyimpanan Dokumen Pasien Tehadap Kinerja Unit Rekam Medis di
Puskesmas “X”Bandung 805
sering tidak merapikan lagi ke dalam susunan rekam medis di rak penyimpanan sesuai
number urut, hanya dibiarkan menumpuk di rak penyimpanan, bahkan beberapa rekam
medis dibiarkan menumpuk di lantai. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Silalahi, 2016) yang diperoleh hasil penelitian pada ruang penyimpanan
status rekam medis penyusunannya berurutan, namun dikarenakan jumlah rak yang tidak
memadai status rekam medis ditumpukkan di atas status yang telah disusun, sehingga
status yang disimpan terlihat berantakan.
Fasilitas Penyimpanan Rekam Medis
Fasilitas penyimpanan rekam medis mencangkup semua perlengkapan yang
digunakan untuk menyimpan rekam medis pasien serta peralatan yang berhubungan
langsung terhadap rekam medis yang berada di ruang penyimpanan. Berdasarkan hasil
observasi yang peneliti temukan di Puskesmas “X” Bandung bahwa rak penyimpanan
menggunakan lemari terbuka yang berbeda namun saat ini cukup memadai, akan tetapi
harus mempunyai solusi kembali untuk perencanaan penambahan rak penyimpanan agar
rekam medis bisa terjaga dengan baik.
Untuk setiap pengambilan rekam medis yang keluar dari rak penyimpanan,
petugas tidak menggunakan tracer untuk menandakan bahwa rekam medis tersebut
sedang keluar. Petugas mengalami kesulitan karena rekam medis tidak juga di temukan,
sehingga petugas akan melakukan pembaruan dokumen pasien, hal ini yang akan
mengakibatkan terjadinya misfile. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Valentina, 2019) menjelaskan bahwa, hal yang terjadi apabila tidak
digunakan tracer pada sistem penyimpanan adalah misfile karena petugas filling tidak tau
berkas rekam medis itu berada di poli mana.
Ruang penyimpanan rekam medis sangat sempit, dalam satu ruangan terdapat
penggabungan antara pendaftaran dan penyimpanan rekam medis mengakibatkan ruangan
semakin pengap. Maka harus mempunyai solusi untuk pemisahan tempat antara ruang
pendafataran dan ruang penyimpanan. Terdapat kipas angin di dalam ruangan akan tetapi
hanya digunakan pada saat ruangan terasa panas. Pencahayaan didalam ruangan
penyimpanan dilihat dari cahaya lampu dan pentilasi masih belum memenuhi standar.
Lima Faktor Mengukur Kinerja Unit Rekam Medis
Hasil wawancara kepada setiap petugas mengenai kinerja unit rekam medis
berdasarkan lima faktor mengukur kinerja yaitu kualitas kerja, kuantitas kerja, supervisor,
kehadiran dan konservasi petugas rekam medis, berikut penjelasannya.
Berdasarkan faktor kualitas kerja diketahui kinerja petugas rekam medis baik, hal
tersebut ditunjukkan dari pernyataan bahwa setiap petugas sudah melakukan
pekerjaannya sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur (SOP).
Berdasarkan faktor kuantitas kerja diketahui kinerja petugas rekam medis belum
cukup baik, hal tersebut ditunjukkan dari pernyataan bahwa setiap petugas belum mampu
menyelesaikan tugasnya sesuai alokasi yang di tentukan, petugas juga melakukan rangkap
pekerjaan sehingga menyebabkan terhambatnya proses penyelesaian pekerjaan serta
terjadinya penumpukan pekerjaan.
Berdasarkan faktor supervisor diketahui kinerja petugas rekam medis baik, hal
tersebut ditunjukkan dengan pernyataan bahwa pimpinan selalu melakukan pengawasan,
memberikan arahan serta melakukan evaluasi dari setiap pekerjaan agar pekerjaan sesuai
dan berjalan dengan baik biasanya dilakukan sebulan sekali.
Berdasarkan faktor kehadiran diketahui bahwa kinerja petugas rekam medis
belum cukup baik, hal tersebut ditunjukkan dengan pernyataan bahwa kehadiran petugas
rekam medis tidak selalu tepat waktu, faktor penyebab keterlambatan petugas karena
jarak tempuh rumah dan tempat kerja sangatlah jauh.
Dinda Nurul Lita Saptarini, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 800-807
Tinjauan Sistem Penyimpanan Dokumen Pasien Tehadap Kinerja Unit Rekam Medis di
Puskesmas “X”Bandung 806
Berdasarkan faktor konservasi diketahui bahwa kinerja petugas rekam medis
baik, diketahui dari hasil pernyataan bahwa setiap petugas mahir dalam melakukan setiap
pekerjaannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawati,
n.d.) yang hasil penelitiannya yaitu kinerja petugas rekam medis berdasarkan kualitas
kerja menggambarkan bahwa petugas rekam medis memiliki kinerja cukup baik,
berdasarkan kuantitas kerja menunjukkan bahwa petugas rekam medis memiliki kinerja
baik, berdasarkan supervisi petugas rekam medis menunjukkan bahwa petugas memiliki
kinerja baik, bedasarkan kehadiran petugas rekam medis menunjukkan bahwa kinerja
petugas rekam medis memiliki kinerja baik, dan berdasarkan konservasi petugas rekam
medis menunjukkan bahwa petugas rekam medis memiliki kinerja cukup baik.
Kondisi ini membuktikan bahwa kinerja organisasi (Puskesmas) dipastikan oleh
unsur pegawainya, yang dimana dalam mengukur kinerja suatu organisasi dilihat dari segi
penampilan kerja setiap pegawai. Kinerja unit rekam medis di landasi oleh uraian tugas
dan fungsi sebagai petugas rekam medis baik dari unsur pendaftaran, assembling,
pelaporan/analisis data, dan falling. Penerapan tugas dan fungsi dalam organisasi terkait
dari penjelasan tugas dan pengalamannya. Sejauh ini dari beberapa pertanyaan yang di
ajukan kepada petugas rekam medis terbilang bahwa kinerja petugas baik meski masih
ada bebarapa kinerja petugas yang belum cukup baik.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian berdasarkan jawaban dari tujuan, peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut: 1) Pengolahan penyimpanan dokumen pasien di Puskesmas
“X” Bandung di unit rekam medis belum sepenuhnya stabil. Ini dikarenakan rekam medis
yang sudah terambil dari rak, petugas sering tidak merapikan lagi ke dalam susunan
rekam medis di rak penyimpanan sesuai number urut, hanya dibiarkan menumpuk di rak
penyimpanan, bahkan beberapa rekam medis dibiarkan menumpuk di lantai. Hal ini
mengakibatkan berkas rekam medis mudah rusak. 2) Sistem penyimpanan dokumen
pasien di Puskesmas “X” Bandung masih menggunakan sistem penyimpanan
desentralisasi. Dan sistem penjajaran yang digunakan di Puskesmas “X” Bandung
menggunakan angka langsung atau Straight Numerical Filling System (SNFS).
Menggunakan sistem ini sangat mudah di kenali oleh orang awam maka orang yang tidak
berhak masuk ke ruang penyimpanan dan tidak berhak untuk mengambil dapat
menemukan rekam medis tersebut. Jadi, aspek kerahasian rekam medis menjadi kurang
terjaga. 3) Fasilitas dan sarana yang terdapat di ruang penyimpanan di Puskesmas “X
Bandung belum cukup memenuhi standar, yaitu ruang penyimpanan sangat sempit, tidak
ada tracer dan pencahayaan sangat minim. Hal ini mengakibatkan petugas menggalami
masalah seperti petugas mengalami kesulitan karena rekam medis tidak juga di temukan,
petugas harus merasakan pangap dalam ruangan dan petugas juga sering mengeluh tidak
dapat melihat dengan jelas number rekam medis yang ada di rak penyimpanan karena
pencahayaan yang kurang. 4) Kinerja petugas di unit rekam medis berdasarkan kualitas
kerja diketahui bahwa petugas rekam medis memiliki kinerja baik, berdasarkan faktor
kuantitas kerja diketahui kinerja petugas rekam medis belum cukup baik, berdasarkan
faktor supervisor diketahui kinerja petugas rekam medis baik, berdasarkan faktor
kehadiran diketahui bahwa kinerja petugas rekam medis belum cukup baik, berdasarkan
faktor konservasi diketahui bahwa kinerja petugas rekam medis baik. Berdasarkan
penjababaran tersebut, secara keseluruhan mayoritas petugas unit rekam medis di
Puskesmas “X Bandung sudah memiliki kinerja yang baik. Hal ini menjadi
pertimbangan untuk puskesmas agar mempertahankan dan mempertimbangkan kinerja
petugas supaya semakin baik lagi untuk kedepannya.
Dinda Nurul Lita Saptarini, Sali Setiatin /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 800-807
Tinjauan Sistem Penyimpanan Dokumen Pasien Tehadap Kinerja Unit Rekam Medis di
Puskesmas “X”Bandung 807
BIBLIOGRAFI
Arif, y. W. T., & saputra, a. B. (2019). Desain antarmuka sistem informasi manajemen
puskesmas. Smiknas, 7883.
Fattimah, h. (2017). Tinjauan pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis
paska akreditasi di puskesmas ngaglik 1 kabupaten sleman tahun 2017.
Hasanah, l. N., widodo, a., & kep, a. (2021). Gambaran program kesehatan jiwa
masyarakat di kabupaten sukoharjo. Universitas muhammadiyah surakarta.
Kurniawati, f. (n.d.). Dkk. 2015. Gambaran kinerja petugas rekam medis rumah sakit pku
muhammadiyah di yogyakarta. Yogyakarta: universitas muhammadiyah yogyakarta
http://thesis. Umy. Ac. Id. Pdf (diakses pada 30 juli 2018).
Mangkunegara, a. P. (2000). Pendekatan perencanaan peningkatan kinerja (prestasi
kerja). Jakarta: gunung agung.
Mathar, i. (2018). Manajemen informasi kesehatan: pengelolaan dokumen rekam medis.
Deepublish.
Permenkes, r. I. (2008). No 269/menkes/per/iii/2008 tentang rekam medis. Jakarta:
menteri kesehatan reupublik indonesia.
Rafitrin, s. A., rosita, a., & nurjayanti, d. (2019). Sistem penyimpanan dokumen rekam
medis secara desentralisasi di puskesmas tugu, kabupaten trenggalek. 2-trik: tunas-
tunas riset kesehatan, 9(2), 138144.
Silalahi, p. (2016). Tinjauan prosedur penyimpanan berkas rekam medis di rumah sakit
jiwa provinsi sumatera utara medan tahun 2015. Jurnal ilmiah perekam dan
informasi kesehatan imelda (jipiki), 1(1), 711.
Tania, y., & marubah, a. (2020). Studi literatur sistem penyimpanan dokumen rekam
medis tahun 2020. Medrec journal, 1(1), 18.
Valentina, v. (2019). Tinjauan sistem penyimpanan rekam medis menurut standar
akreditasi puskesmas di puskesmas sukaramai tahun 2019. Jurnal ilmiah perekam
dan informasi kesehatan imelda, 4(1), 554559.
Wiguna, a. S. (2020). Tinjauan penyebab unclaimed berkas pasien bpjs rawat jalan di
rumah sakit umum imelda pekerja indonesia. Jurnal ilmiah perekam dan informasi
kesehatan imelda (jipiki), 5(1), 7279.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).