Akhmad Kheru1, Fitriyani, Dharmawita, Putri Fadillah/Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6),
612-621
Gambaran Fungsi Kognitif Yang Di Ukur Dengan Mmse Pada Pasien Riwayat Stroke Di Poli
Saraf Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2021
618
Secara teoritis angka harapan hidup wanita lebih tinggi daripada laki-laki,
sehingga keberadaan perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian sebelumnya dari (Prasetyo, 2012), yang menemukan bahwa
terdapat hubungan jenis kelamin dengan gangguan kognitif. Pembagian dua jenis kelamin
yang ditentukan secara biologis dan anatomis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Perbedaan jenis kelamin juga menyebabkan proses stroke dan gangguan kognitif
yang terjadi menjadi berbeda antara pria dan wanita. Wanita lebih banyak menderita
stroke kardioemboli sedangkan pria lebih banyak menderita stroke lakunar, dimana hal
tersebut menjelaskan bahwa wanita memiliki resiko gangguan kognitif lebih besar dari
pria (Sun et al., 2014)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tumiwa, dkk di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta diperoleh hasil nilai p = 0,007 (p < 0,05) yang
menandakan bahwa terdapat hubungan usia dengan gangguan fungsi kognitif pada pasien
pasca stroke iskemik. Hal ini sama dengan hasil penelitian (Aiyagari & Gorelick, 2016).
bahwa terjadinya gangguan fungsi kognitif pasca stroke akan meningkat seiring dengan
tingginya usia. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa orang dengan usia lebih dari
50 tahun berisiko mengalami demensia vascular. Sesuai dengan pernyataan Potter dan
Perry (2010) pada usia 45-59 tahun atau dewasa pertengahan yang mengalami perubahan
kognitif dan fisiologis (mengalami perubahan pada pembuluh darah sehingga
terhambatnya pasokan oksigen dalam darah ke jaringan).
Usia dewasa menengah sudah mengalami perubahan struktur pada pembuluh
darah dan penurunan keelastisan pada pembuluh darahnya sehingga mengakibatkan aliran
darah ke organ lain mengalami keterhambatan. Apabila keterhambatan terjadi pada otak
dapat menyebabkan stroke. Perubahan struktur pembuluh darah responden ini yang
kemudian menjadi faktor penyebab banyaknya responden yang mengalami stroke pada
usia 51-61 tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gustami et al.,
n.d.) di empat Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mazandaran, Iran mendapatkan level
pendidikan subjek yang terbanyak adalah SD. Hasil ini menunjukkan bahwa usia dan
tingkat pendidikan berpengaruh pada nilai tes MMSE. Penelitian yang dilakukan oleh
Rasquin, dkk yang menyatakan tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu predictor
gangguan kognitif setelah mengalami stroke. Penelitian oleh Lindsay, dkk dikutip oleh
Agustina, menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif, dimana
faktor risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif bersamaan dengan serangan stroke pada
tingkat pendidikan < 6 tahun meningkat dibandingkan dengan tingkat pendidikan >10
tahun. Hal ini mungkin karena pengetahuan yang didapat cenderung kurang sehingga
sulit menangkap informasi serta kurangnya kesadaran untuk melakukan kontrol teratur.
Status kognitif yang buruk pasca stroke bergantung pada derajat stroke yang
diderita serta lokasi dan luasnya lesi. Hasil dari penelitian Duering et.al menyatakan
bahwa stroke iskemik sering mengenai daerah ganglia basalis dan lobus frontotemporal
hingga ke subkorteks. Infark lakunar di bagian talamus dan ganglia basal menyebabkan
penurunan fungsi kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan infark di area substansia
alba (Putri et al., 2017). Penelitian yang dilakukan oleh (Wende et al., 2020)
menunjukkan bahwa lesi pada hemisfer kiri memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan lesi dihemisfer kanan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sitaresmi di tahun 2014, Hal ini dikarenakan hemisfer kiri memiliki
dominasi pengaturan untuk fungsi proporsi verbal linguistic sedangkan hemisfer kanan
untuk fungsi non verbal-visuopasial dan emosional. Jika terdapat gangguan bahasa,
pemeriksaan kognitif seperti seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami
kesulitan. Sehingga pada gangguan berbahasa akan menurunkan skor fungsi kognitif
karena domain fungsi kognitif yang lain juga terganggu.