Aprilia Dwi Purwanti /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 622-632
Hambatan Dalam Implementasi Program Gerakan 1000
Hari Pertama Kehidupan: A Review
629
Pada intervensi sensitif yaitu;
a. Rendahnya Kelompok Bina Keluarga Remaja
Bina Kelurga Remaja merupakan salah satu kegiatan pembinaan ketahanan
keluarga dengan sasaran dan memiliki anggota yaitu orang mempunyai anak
berusia remaja. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan ketrampilan para orang tua dalam mendidik/membimbing/mempersiapkan
putera-puterinya sehingga remaja tersebut memiliki kesiapan secara
mental/spiritual dalam menyikapi segala permasalahan (Kampung, 2016).
Menurut peneliti berdasarkan penelitian (Saragih, 2018) rendahnya Kelompok
Bina Keluarga Remaja diakibatkan masih kurangnya kesadaran pasangan usia
untuk ikut berpartisipasi dan juga kurangnya sarana dan prasarana dalam
menunang kegiatan Kelompok Bina Keluarga Remaja.
b. Rendahnya Kelompok Bina Keluarga Lansia.
Bina Keluarga Lansia merupakan salah satu kegiatan pembinaan ketahanan
keluarga dengan sasaran dan memiliki anggota yaitu keluarga yang mempunyai
lansia. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan para kelurga dalam menghadapi lansia, sehingga lansia merasa
dihargai dan disayangi dan masih produktif (Kampung, 2016). Menurut peneliti
berdasarkan penelitian Kamila 2018, rendahnya Kelompok Bina Keluarga Lansia
diakibatkan masih kurnangnya pemahaman kelompok mengenai fungsi dari
adanya kelompok BKL dan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai
pentingnya kesehatan lansia.
Hambatan dari ketidaktercapaian implementasi program Gerakan 1000 Hari
Pertama Kehidupan yaitu;
1. Masih belum adanya keterlibatan pemangku kepentingan
Pemangku Kepentingan dalam program gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan yaitu
pemerintah, mitra pembangunan, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan mitra
pembangunan/organisasi PBB. Pemerintah memiliki peran sebagai inisiator,
fasilitator, dan motivator gerakan 1000 HPK. Mitra Pembangunan memiliki tugas
untuk memperkuat kepemilikan nasional dam kepemimpinan. Organisasi
Kemasyarakatan memiliki tugas untuk memperkuat mobilisasi, advokasi,
komunikasi, riset dan analisasi kebijakan dan pelaksanaannya dalam menangani
kekurangan gizi. Dunia Usaha memiliki tugas untuk pengembangan produk, control
kualitas, distribusi, riset, pengembangan teknologi informasi, komunikasi, promosi
perubahan perilaku untuk hidup sehat. Mitra Pembangunan/ Organisasi PBB
memiliki tugas untuk memperluas dan mengembangkan kegiatan gizi sensitif dan
spesifik melalui harmonisasi keahlian dan bantuan teknis antar mitra pembangunan
seperti UNICEF, WHO, FAO dan IFAD, SCN (Standing Committee on Nutrition)
(Kementerian Sosial, 2018). Pemangku kepentingan merupakan aktor dalam sebuah
kebijakan yang merupakan individu atau kelompok yang berkaitan langsung dengan
sebuah kebijakan yang dapat mempengaruhi kebijakan tersebut (Muthia et al., 2020).
2. Masih terbatasnya kecukupan dukungan sarana, prasarana, dan tenaga
Untuk melaksanakan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan sukses
dibutuhkan kecukupan dukungan dalam hal sarana, prasarana, dan tenaga. Posyandu
sudah tersedia dalam setiap desa, bisa ditambahkan lagi jumlahnya dengan alasan
untuk menjangkau masyarakat hingga titik terjauh. Alat ukur tinggi badan dan
timbangan untuk memantau balita sering kali dalam kondisi yang kurang baik (Ulfah,
2019). Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung terkait dengan program
gerakan 1000 HPK, contohnya seperti sarana dan prasarana pemantauan pertumbuhan
balita di Puskesmas dan Posyandu (Muthia et al., 2020). Selain sarana dan prasarana,
tenaga kesehatan juga memiliki peran dalam kegiatan posyandu yaitu untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita.9 Edukasi tentang Stunting pada
kader posyandu juga dapat ikut membantu tenaga kesehatan dalam memantau