Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, Juni 2021, 1 (6), 707-723
p-ISSN: 2774-6291 e-ISSN: 2774-6534
Available online at http://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/index
10.36418/cerdika.v1i6.104 707
HUBUNGAN HIPERGLIKEMIA REAKTIF DENGAN KEMAMPUAN
KEGIATAN HIDUP SEHARI-HARI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK
AKUT
Nidia Zandra Zulkifli
1
, Imran
2
, Herlina Dimiati
3
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Indonesia
nidiazandra@gmail.com
Abstract
Received:
Revised :
Accepted:
24-05-2021
26-06-2021
26-06-2021
Hyperglycemia is a condition that frequently happened in
acute stroke, generally referred as reactive hyperglycemia.
An acute hyperglycemia among the patients may affect patient
with their functional status, hence the present study aimed to
determine the relationship between reactive hyperglycemia
and the ability of ADL in acute ischemic stroke patients. An
observational analytic method with cross sectional design
were used in the present study, whereby, a total sample of 50
acute ischemic stroke patients were obtained from the
consecutive sampling. The Blood sugar levels were obtained
through medical records and the patient's Activity Daily
Living was measured using the Barthel Index questionnaire.
The result of the present study showed that samples with
hyperglycemia conditions, found to have moderate/severe
dependence rates of 12 patients (63.2%), following 6 patients
(50.0%) had total dependency and 2 patients (10.5%) had
mild/independent dependency rates, while patients with
normoglycemic conditions have a mild/independent
dependency rate of 17 patients (56,7%), following 7 patients
(20,0%) had moderate/severe dependency and 6 patients
(50.0%) have a total dependency level. The bivariate test used
the chi-square test by assesing the relationship between
reactive hyperglycemia and the ability of ADL in acute
ischemic stroke patients, the p value obtained = 0.003 (CI =
95%). So it can be concluded that there is a significant
relationship between reactive hyperglycemia and Activity
Daily Living ability in acute ischemic stroke patients.
Keywords: Reactive hyperglycemia; Activity Daily Living;
Ischaemic Stroke Acute.
Abstrak
hiperglikemia merupakan kondisi yang sering terjadi pada
stroke akut, umumnya disebut dengan hiperglikemia reaktif.
Hiperglikemia yang terjadi secara akut dapat mempengaruhi
status fungsional pasien, sehingga penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan hiperglikemia reaktif dengan
kemampuan Activity Daily Living (ADL) pada pasien stroke
iskemik akut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
analitik observasional dengan desain cross sectional dan
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
708
teknik sampling yang digunakan yaitu consecutive sampling
dengan jumlah sampel 50 orang pasien stroke iskemik akut.
Data kadar gula darah diperoleh melalui rekam medis dan
ADL pasien diukur menggunakan kuisioner Barthel Index.
Hasil penelitian ini menunjukkan sampel dengan kondisi
hiperglikemia memiliki tingkat ketergantungan sedang/berat
sebanyak 12 orang (63,2%), 6 orang (50,0%) mengalami
ketergantungan total dan 2 orang (10,5%) memiliki tingkat
ketergantungan ringan/mandiri sedangkan pasien dengan
kondisi normoglikemi memiliki tingkat ketergantungan
ringan/mandiri sebanyak 17 orang (56,7%), 7 diantaranya
(23,3%) memiliki ketergantungan sedang/berat dan 6 orang
(20,0%) memiliki tingkat ketergantungan total. Uji bivariat
menggunakan uji chi-square dengan menilai hubungan
hiperglikemia reaktif dengan kemampuan ADL pasien
stroke iskemik akut didapatkan nilai p=0,003 (KI=95%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara hiperglikemia reaktif dengan kemampuan
ADL pada pasien stroke iskemik akut.
Kata kunci: hiperglikemia reaktif; Activity Daily Living;
strok iskemik akut.
Coresponden Author : Nidia Zandra Zulkifli
Email : nidiazandra@gmail.com
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (2018) angka kejadian stroke di seluruh
dunia mencapai 15 juta jiwa pertahun (World Health Organization, 2018). Stroke menjadi
penyebab utama kecacatan dunia dan penyebab kedua kematian dunia (Putri et al., 2017).
Peningkatan prevalensi stroke menyebabkan 5 juta diantaranya meninggal dunia dan 5
juta lainnya mengalami kecacatan secara permanen (World Health Organization, 2018).
Kecacatan yang ditimbulkan secara permanen atau parsial tersebut merupakan sifat
penyakit yang melumpuhkan dan menyebabkan ketergantungan pasien pada pengasuh.
Hal ini menyebabkan mobilitas dan fungsional pasien terganggu, sehingga menyebabkan
penurunan produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Menon et al., 2017).
Prevalensi stroke di Indonesia mencapai 10,9% di tahun 2018 dengan usia
penderita lebih dari 15 tahun (Riset Kesehatan Dasar Aceh, 2019). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar, Aceh memiliki tingkat prevalensi 7,8% di tahun 2018 (Riset Kesehatan
Dasar Aceh, 2019). Persentase stroke iskemik lebih tinggi dibandingkan stroke
hemoragik (Aninditha & Wiratman, 2017). Menurut American Heart Association (AHA)
(2016), menyatakan bahwa mayoritas kejadian stroke adalah stroke iskemik dengan
prevalensi sebanyak 87% dan sisanya adalah perdarahan intraserebral dan subaraknoid
(Al-Senani et al., 2020). Hal ini sesuai dengan data Stroke Registry tahun 2012-2014
terhadap 5411 pasien stroke di indonesia mayoritasnya adalah stroke iskemik sebanyak
67% (Aninditha & Wiratman, 2017).
Stroke dapat terjadi secara akut, selama kondisi akut stroke iskemik merangsang
aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal dan sistem saraf simpatik untuk melepaskan hormon
stres, yang dapat meningkatkan kadar glukosa (Palermo et al., 2016). Peningkatan kadar
glukosa darah dalam kondisi akut pada pasien stroke disebut stres hiperglikemia (Badiger
et al., 2015). Pada tahun 2010 tingkat terjadinya stres hiperglikemi mencapai 60% pada
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
709
kasus stroke akut dan 12-53% kasus terdeteksi tanpa diagnosis diabetes sebelumnya
(Nugroho 2016).
Pasien dengan kondisi stroke umumnya mengalami gangguan fungsional tubuh,
seperti gangguan motorik, gangguan psikologi atau gangguan perilaku dengan adanya
hiperglikemia yang mampu meningkatkan kerusakan otak akan memperburuk
keseimbangan tubuh serta membawa pengaruh pada aktivitas keseharian seseorang
(Hasanah, 2018). Hal ini dibuktikan dalam suatu penelitian oleh (Derakhshanfar et al.,
2020) bahwa Lebih dari 80% penderita stroke menderita kerusakan motorik, terutama di
ekstremitas atas, dalam tiga bulan pertama.
Menurut (Garg et al., 2010) hiperglikemia dapat menambah kerusakan otak
akibat disfungsi endothelial nitric oxide sehingga menyebabkan penyumbatan
mikrovaskuler. Menurut penelitian Tziomalos dkk, melaporkan dalam suatu populasi
ditemukan 8,6% mengalami stres hiperglikemi dengan hasil yang lebih buruk pada pasien
stroke iskemik akut (Tziomalos et al., 2017). Menurut (Rehman et al., 2015) stres
hiperglikemia yang ditemukan pada pasien setelah stroke akut sebanyak 26% pasien.
Respon stres yang ditimbulkan dapat menyebabkan peningkatan prognosis yang
lebih buruk. Antara 23% dan 53% orang memiliki ketergantungan penuh atau sebagian
untuk kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) (Derakhshanfar et al., 2020). Untuk
mengukur outcome pada pasien stroke baik dari segi motorik maupun kualitas hidup baik
dari kegiatan seharihari yang dapat menggambarkan kemampuan pasien dalam merawat
dirinya sendiri yaitu dengan menggunakan Barthel Index (Mayoral et al., 2019). Aktifitas
keseharian digunakan sebagai indikator status fungsional seseorang. Menurut penelitian
(Whitiana et al., 2017) dari total 30 pasien, 18 pasien diantaranya 18 (58,1%)
diklasifikasikan sebagai independen dalam ADL. Ketidakmampuan untuk melakukan
ADL menghasilkan ketergantungan individu lain atau perangkat mekanis sehingga
ketidakmampuan untuk mencapai kegiatan penting dari kehidupan sehari-hari dapat
menyebabkan kondisi yang tidak aman dan menggambarkan kualitas hidup yang buruk
(Edemekong et al., 2020). Pentingnya penilaian ADL untuk menilai kemampuan fungsi
fisik yang dapat dilakukan atau memiliki hambatan dalam aktifitasnya (Mlinac & Feng,
2016).
Merujuk pada jurnal penelitian terdahulu, Aceh termasuk provinsi dengan tingkat
prevalensi stroke yang tinggi dan kejadian stroke yang timbul secara mendadak
memungkinkan munculnya hiperglikemia reaktif. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwasanya hiperglikemi reaktif dapat menambah kerusakan jaringan dan memperburuk
prognosis penyakit. Oleh karena itu, adanya kemungkinan bahwa kondisi hiperglikemia
akan memperluas daerah infark dan mempengaruhi status fungsional pasien stroke
iskemik dan fungsional secara fisik dapat dinilai dengan kemampuan pasien melakukan
aktifitas sehari-hari, sehingga menjadi suatu hal yang menarik bagi peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan hiperglikemia reaktif dengan kemampuan
Activity Daily Living pada pasien stroke iskemik akut di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh yang merupakan Rumah Sakit Rujukan terbesar di Aceh.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan
rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke
iskemik akut yang berada di ruang rawat inap. Sampel penelitian adalah seluruh pasien
stroke iskemik akut yang sesuai dengan kriteria eksklusi dan inklusi. Pengambilan
sampel dilakukan dengam teknik non-probability sampling, yaitu jenis consecutive
sampling dengan jumlah sampel 50 pasien stroke iskemik akut. Penelitian ini
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
710
Agustus s.d Desember 2020 dengan waktu pengambilan data pada tanggal 15
September - 2020 s.d 30 Oktober - 2020 Juli 2020. Penelitian ini sudah memperoleh
izin persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala dan RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh dengan nomor izin: 168/EA/FK-
RSUDZA/2020. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hiperglikemia
reaktif sebagai variabel independen dan kemampuan activity daily living sebagai variabel
dependen. Uji data yang digunakan adalah uji Chi Square untuk mencari hubungan dan
korelasi masing-masing variabel independen dan dependen dengan = 0,05 dan 95%
Confidence Interval (CI).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Umum Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Subjek Penelitian
Frekuensi
(n=50)
Persentase
(100%)
1
8
11
17
13
2,0
16,0
22,0
34,0
26,0
33
17
66,0
34,0
30
20
60,0
40,0
12
19
19
24,0
38,0
38,0
47
12
94,0
24,0
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
711
2. Gambaran hiperglikemia reaktif berdasarkan karakteristik sampel
Tabel 1. Distribusi usia dan onset berdasarkan rata-rata dan standar deviasi kadar
gula darah.
Karakteristik
responden
Kadar Gula Darah
Normal
(N=30)
Hiperglikemia
(N=20)
Mean
Std. Deviasi
Mean
Std. Deviasi
Usia
54,4
11,5
62,5
11,2
Onset
27,6
25,9
23,7
32,3
Tabel 2. Distribusi jenis kelamin berdasarkan rata-rata kadar gula darah.
Karakteristik
responden
Kadar Gula Darah
Normal
Hiperglikemia
N
Mean
N
Mean
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
23
7
100,73 mg/dL
100,57 mg/dL
10
10
214,1 mg/dL
203,7 mg/dL
3. Nilai rata-rata kadar gula darah berdasarkan skor barthel index
Grafik 1. Kadar Gula Darah berdasarkan Skor Barthel Index
4. Nilai rata-rata barthel index berdasarkan skor kadar gula darah
5. Gambar 2. Grafik Barthel Index Berdasarkan Skor Kadar Gula Darah
6. Hubungan hiperglikemia reaktif dengan Activity Daily Living (ADL) pasien
stroke iskemik akut
10,9
6,9
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Tidak Hiperglikemia
Skor Barthel Index
Tidak
Hiperglikemia
Normoglikemi
Hiperglikemia
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
712
Gambar 2. Grafik Barthel Index Berdasarkan Skor Kadar Gula Darah
5. Hubungan hiperglikemia reaktif dengan Activity Daily Living (ADL) pasien
stroke iskemik akut
Tabel 3. Tabel Hubungan Hiperglikemia Reaktif dengan Kemampuan ADL Pada
Pasien Stroke Iskemik Akut
Activity Daily Living
Hiperglikemia raktif
p
Tidak
Ya
n (%)
n (%)
Ketergantungan total
6 (20,0)
6 (30,0)
0,003
Ketergantungan sedang/berat
7 (23,3)
12 (60,0)
Ketergantungan ringan/mandiri
17 (56,7)
2 (10,0)
B. Pembahasan
1. Karakteristik Umum Responden
Karakteristik umum hasil penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia, jenis
kelamin, kadar gula darah, tingkat kemandirian ADL, riwayat penyakit hipertensi,
riwayat penyakit DM dapat ditulis pada tabel 1.
a.Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 1 menunjukkan karakteristik umum pada 50 responden di RSUD Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh, responden didominasi pada rentang usia 56-65 tahun
sebanyak 17 orang dengan persentase 34,0%. Hasil ini sama dengan penelitian
Mafruzah (Putri et al., 2017) total 40 responden, hasil tertinggi didominasi pada usia
56-65 tahun sebanyak 21 orang dengan persentase 52,5% dan terendah pada usia 36-
45 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 12,5% (Putri et al., 2017). Hal ini
menunjukkan bahwa insiden terjadinya stroke iskemik lebih tinggi terjadi pada
kelompok lansia akhir. Stroke yang menyerang kelompok usia diatas 40 tahun
diketahui terjadi karena kelainan otak non-traumatik akibat proses patologi pada
sistem pembuluh darah otak yang berhubungan dengan proses degenerasi serta
156.50
163.58
116.42
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Ketergantungan Total Sedang/Berat Ringan/Mandiri
KGD
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
713
dinding pembuluh darah lebih mudah mengalami penebalan (arteriosklerosis)
(George, 2020).
Penelitian ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Ilham Kurniawan (2018)
kelompok stroke iskemik akut paling banyak pada usia 60-68 tahun sebanyak 28 orang
dengan presentase 16,9% (Ritonga, 2018). Peningkatan frekuensi stroke seiring
dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ
tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah
menjadi tidak elastis terutama pada bagian endotel yang mengalami penebalan di
bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan
berdampak pada penurunan aliran darah otak (Putri et al., 2017).
b. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin
Dari 50 sampel penelitian, sebagian besar pasien dengan jenis kelamin laki
laki 33 orang dengan persentase 66,0%, perempuan 17 orang dengan persentase
34,0%. Sesuai dengan hasil penelitian Siti Rohmatul dari 44 total sampel stroke
iskemik, sebagian besar dari sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu 33 orang dengan
persentase 75% dan perempuan 11 orang dengan persentase 25% (Laily, 2017).
Meningkatnya risiko stroke pada laki-laki terjadi karena kebiasaan dari pola hidup
laki-laki yang sering merokok, minum kopi, obesitas dan kurangnya aktivitas yang
dapat menyebabkan vasokontriksi sehingga mempercepat terbentuknya plak
aterosklerotik (Tumeleng et al., 2015). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawan & Andina, 2018) dari total 83 pasien
stroke iskemik akut 44 pasien dengan presentase 26,5% adalah wanita dan 39 pasien
dengan presentase 23,5% adalah laki-laki. Diketahui bahwa resiko stroke laki-laki
1,25 kali lebih tinggi terjadi pada perempuan dan serangan stroke pada laki-laki terjadi
pada usia lebih muda sedangkan perempuan lebih berpotensi terserang stroke pada
usia lanjut (Ritonga, 2018).
c. Karakteristik sampel berdasarkan kadar gula darah
Dari total 50 pasien stroke iskemik akut didominasi oleh pasien normoglikemi
sebanyak 30 orang dengan persentase 60,0% sedangkan 20 orang dengan persentase
40,0% adalah pasien hiperglikemia. Penelitian in sejalan dengan hasil penelitian oleh
(Karunawan et al., 2016) pasien stroke iskemik akut sebanyak 102 pasien, 37 orang
dengan presentase 36,6% dalam kondisi hiperglikemia reaktif dan 65 orang dengan
presentase 63,4% dalam kondisi normoglikemia (Karunawan et al., 2016). Penelitian
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian oleh (Mi et al., 2018) pasien stroke iskemik
akut dalam kondisi normoglikemi 37 orang dengan persentase 40,6% dan 54 orang
dengan persentase 59,4% mengalami hiperglikemia reaktif (Mi et al., 2018). Stroke
dapat memicu reaksi stres umum yang melibatkan aktivasi aksis hipotalamus-
hipofisis-adrenal, yang kemudian menyebabkan peningkatan kadar glukokortikoid
serum, aktivasi sistem saraf otonom simpatis dan terjadi peningkatan pelepasan
katekolamin (Chen et al., 2016).
d. Karakteristik sampel berdasarkan tingkat kemandirian ADL
Tabel 1 menunjukkan tingkat kemandirian pada pasien stroke iskemik akut
baik dalam keadaan normal ataupun kondisi hiperglikemia memiliki selisih yang kecil
antar satu kategori dengan kategori lainnya, namun dari kategori kemandirian ADL
tersebut pasien stroke iskemik yang berada di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
didominasi oleh tingkat ketergantungan sedang/berat dan ringan/mandiri sebanyak 19
orang dengan persentase 38,0%. Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil
penelitian (Gofir et al., 2017) dari total 208 pasien stroke iskemik 59 pasien dengan
persentase 28,6% mengalami ketergantungan ringan dan 149 orang dengan persentase
71,4% mengalami ketergantungan sedang hingga berat (Gofir et al., 2017). Sesuai
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
714
dengan tinjauan pustaka bahwa mayoritas pasien stroke umumnya mengalami
gangguan fungsional tubuh, seperti gangguan motorik, gangguan psikologi atau
gangguan prilaku (Hasanah, 2018). Defisit sensoris merupakan salah satu komplikasi
stroke yang paling umum terjadi. Akibat defisit sensoris dapat meningkatkan risiko
kecacatan pasien, sehingga kecacatan yang timbul salah satunya adalah
ketidakmampuan perawatan diri karena penurunan fungsi mobilitas yang dapat
menghambat ADL pasien (Derakhshanfar et al., 2020).
e. Karakteristik sampel berdasarkan riwayat penyakit hipertensi
Tabel 1 menunjukkan karakteristik sampel dengan riwayat hipertensi
sebanyak 47 orang dengan persentase 94% dan 3 orang dengan persentase 6% datang
dengan tidak ada riwayat penyakit dahulu. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
Siti (Laily, 2017) dengan hasil penelitian 43 kasus hipertensi dimana proporsi pasien
stroke iskemik yang mengalami hipertensi sebanyak 97,7% lebih besar jika
dibandingkan dengan pasien tidak hipertensi (Laily, 2017). Penelitian terdahulu
mengatakan bahwa faktor risiko utama penyakit stroke adalah tekanan darah tinggi,
baik tekanan sistolik maupun diastolik. Hipertensi akan memicu untuk timbulnya plak
di pembuluh darah besar (aterosklerosis). Dampak yang ditimbulkan menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah menyebabkan
pembuluh darah mudah pecah dan lepas. Sehingga, jika plak terlepas akan
menyebabkan peningkatan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak. Jika proses ini
terjadi, maka akan menyebabkan timbulnya penyakit stroke (Laily, 2017). Menurut
hasil analisis (Jayanti, n.d.) menunjukkan individu denga hipertensi mempunyai
proporsi lebih besar mengalami stroke dibandingkan dengan individu yang tidak
mengalami stroke.
f. Karakteristik sampel berdasarkan riwayat penyakit hipertensi
Tabel 1 menunjukkan karakteristik sampel dengan riwayat DM sebanyak 12
orang dengan persentase 24% dan 38 orang tidak memiliki riwayat penyakit DM
dengan persentase 76%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian (Usrin, 2013) pasien
stroke iskemik dengan riwayat penyakit DM sebanyak 39 orang dengan persentase
1,5% dan tidak DM sebanyak 107 orang dengan persentase 1,3% diperoleh bahwa
diabetes melitus terhadap kejadian stroke iskemik memiliki nilai OR<1 yaitu sebesar
0,29 yakni risiko stroke iskemik pada penderita diabetes melitus sebesar 0,29 kali
lebih besar dibandingkan dengan yang tidak diabetes melitus, namun akan
memengaruhi kejadian stroke hemoragik. Hal ini terjadi karena diabetes melitus akan
mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil maupun
pembuluh darah besar di seluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak dan
jantung. Sehingga akan memperluas infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat
akibat metabolisme glukosa yang dilakukan secara anaerob yang akan merusak
jaringan otak (Usrin, 2013).
Berdasarkan hasil analisis bivariat (Usrin, 2013) kemungkinan terjadinya
stroke iskemik dengan riwayat hipertensi dan DM sebesar 58% karena kondisi
tersebut memperbesar probabilitas seseorang mengalami stroke hemoragik. Kondisi
DM mempercepat terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah kecil
(mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar (makroangiopati) termasuk pembuluh
darah otak dan jantung (Usrin, 2013). Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita
stroke akan memperbesar luasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat
metabolisme glukosa yang dilakukan secara anaerob yang merusak jaringan otak.
Sedangkan bila seseorang hanya memiliki riwayat hipertensi, maka probabilitas
terjadinya stroke iskemik sebesar 76% karena hipertensi merupakan faktor risiko
utama terjadinya stroke iskemik yang dapat mempercepat pengerasan dinding
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
715
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos
sehingga mempercepat proses aterosklerosis (Usrin, 2013).
2. Gambaran hiperglikemia reaktif berdasarkan karakteristik sampel
a. Gambaran hiperglikemia reaktif berdasarkan usia sampel
Tabel 2 menunjukkan 50 pasien stroke iskemik akut. Hasil penelitian
menunjukkan jumlah pasien stroke iskemik akut 30 orang dalam keadaan normal
dengan ratarata usia 54 tahun. Standar deviasi menunjukkan ukuran variansi data
atau seberapa besar perbedaan antara data terhadap nilai rata-rata. Standar deviasi
untuk karakter usia sebesar 11,5 yang artinya variansi data relatif lebih kecil karena
standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata. Tingginya jumlah pasien dengan kondisi
normal dikarenakan terjadinya peningkatan kadar gula darah yang dapat dipengaruhi
oleh kondisi stres dimana adanya perubahan hormon-hormon kontra regulasi yaitu
glukagon, kortisol dan epinefrin yang dapat melawan kerja insulin. Hormon ini akan
bekerja sebagai respon tubuh terhadap suatu penyakit yang nantinya akan merangsang
produksi glukosa dalam hati. Peningkatan hormonal ini tergantung dari kondisi
keparahan suatu penyakit pasien (Wang et al., 2015). Pasien stroke iskemik akut yang
mengalami hiperglikemia sebanyak 20 orang dengan ratarata usia 62 tahun pada
tabel 2 menunjukkan standar deviasi sebesar 11,2 bahwa data relatif lebih kecil karena
standar deviasinya lebih kecil dari nilai rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa titik
data individu mendekati nilai ratarata. Penelitian ini sama dengan penelitian (Rudi &
Kwureh, 2017) total 178 responden penelitian, 45 responden dengan persentase 59,2%
dengan usia 56-67 tahun atau termasuk dalam kelompok usia lansia akhir mengalami
peningkatan kadar gula darah dan 31 responden dengan persentase 40,8% mengalami
normoglikemia.
Hasil menunjukkan semakin meningkatnya usia maka intoleransi terhadap
glukosa juga akan meningkat pada lanjut usia yang sering dikaitkan dengan masalah
faktor risiko seperti obesitas diketahui dapat menimbulkan penyakit degeneratif,
kurangnya aktivitas fisik, berkurangnya masa otot, adanya penyakit penyerta dan
penggunaan obat-obatan. Faktor utama yang terjadi pada usia lanjut adalah penurunan
sekresi insulin dan resistensi insulin, sehingga risiko terjadi peningkatan kadar gula
darah sejalan dengan proses penuaan (Wulandari & Kurnianingsih, 2018). Seiring
dengan proses penuaan, (Chia et al., 2018) menemukan adanya perubahan pada
komposisi tubuh dan resistensi insulin yang memungkinkan terjadinya disregulasi
pada jalur fisiologis tubuh yang seringkali berujung pada komplikasi klinis utama
yaitu terjadinya stroke. Kondisi hiperglikemia diketahui dapat meningkatkan risiko
terjadinya stroke, dilihat dari peningkatan hasil klinis yang lebih buruk pada pasien
hiperglikemi termasuk dapat meningkatkan risiko mortalitas pasien (Chen et al.,
2016).
b. Gambaran hiperglikemia reaktif berdasarkan onset sampel
Karakteristik onset dapat dilihat pada tabel 2 bahwa pasien stroke iskemik
akut dengan jumlah 30 orang memiliki rata-rata onset 27 jam pada pasien stroke
iskemik akut. Sesuai dengan kriteria inklusi dari penelitian ini dilihat pada saat kondisi
akut kurang dari 72 jam. Hasil dari standar deviasi 25,9 menandakan bahwa data
relatif lebih kecil karena standar deviasinya lebih kecil dari nilai rata-rata dan
menunjukkan bahwa titik data individu mendekati nilai ratarata atau berdistribusi
normal. Onset adalah waktu munculnya serangan secara akut atau apabila onsetnya
tidak diketahui, bahwa keadaan normal terakhir pasien sebelum munculnya gejala
neurologis dapat disebut dengan onset (Hui et al., 2020).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata onset munculnya gejala pasien
stroke iskemik akut di RSUDZA selama 27 jam, kemungkinan dari munculnya onset
ini terjadi karena salah satu faktor yaitu pasien berasal dari daerah luar kota Banda
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
716
Aceh sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di kota Banda Aceh,
namun ada beberapa dari pasien yang sudah muncul gejalanya namun baru menyadari
bahwa gejala yang timbul adalah gejala neurologis setelah 48 jam kemudian. Onset ini
digunakan juga sebagai terapi tatalaksana pada pasien stroke iskemik akut dan juga
dapat digunakan untuk menentukan pemeriksaan penunjang. Hiperglikemia saat
masuk rumah sakit dikaitkan dengan peningkatan keparahan klinis dan pertumbuhan
infark yang lebih besar, sehingga memperburuk kerusakan iskemik di daerah
strategisyang berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan perburukan
outcomefungsional. Kemungkinan besar hiperglikemia mengurangi waktu kritis untuk
penyelamatan jaringan (Chugh, 2019).
Stroke memiliki golden period selama 3 jam pertama saat serangan stroke
terjadi untuk mencegah kecacatan dan menyelamatkan nyawa oleh karena stroke dapat
menyebabkan kerusakan otak secara bertahap yang disebut dengan Critical Level.
Critical Level ini dapat menyebabkan kematian dan kerusakan otak sehingga, onset
yang terjadi pada pasien tidak mempengaruhi kadar gula darah pasien (Heiss, 2016).
Pasien dengan kondisi hiperglikemia reaktif terhadap 20 resonden dengan
ratarata onset selama 23 jam. Dengan standar deviasinya 32,2 menandakan bahwa
data relatif lebih besar karena standar deviasinya lebih besar dari nilai rata-rata
sehingga data ini menunjukkan bahwa titik data individu menjauhi nilai ratarata.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Benjamin et al., 2015) mengenai manajemen
hiperglikemia pada pasien stroke iskemik akut penelitian tersebut mendukung data
pada tabel 2 bahwa kondisi stroke dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah
dalam 12 jam pertama sebanyak 68% dari total subjek sehingga dibutuhkan
pengobatan untuk mengendalikan hiperglikemia.
Penelitian (Gofir et al., 2017) pada pasien stroke iskemik dengan kondisi
hiperglikemi memiliki total responden sebanyak 208 pasien. Berdasarkan keseluruhan
total responden, 117 pasien memiliki onset > 24 jam dan 91 lainnya memiliki onset <
24 jam. Hasil penelitian sesuai dengan tinjauan pustaka mengenai definisi stroke
iskemik adalah suatu defisit neurologis khas yang menyebabkan gangguan suplai
darah ke otak, retina dan terkadang sumsum tulang belakang sehingga menyebabkan
infark pada jaringan saraf yang dikarenakan berkurangnya aliran darah menuju otak
(Khare, 2016). Tinjauan pustaka juga membahas mengenai serangan onset stroke akut
terjadi selama 0-24 jam dan tergolong fase akut bila terjadi selama 1-7 hari (Bernhardt
et al., 2017).
3. Nilai rata-rata kadar gula darah berdasarkan skor barthel index
Pada penilaian kadar gula darah pasien, dilakukan pengambilan darah vena
dari ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pemeriksaan darah tersebut merupakan
pemeriksaan rutin untuk setiap pasien yang datang ke RSUDZA. Kadar gula darah
yang dilihat adalah KGD pada saat pertama kali pasien datang dan hanya dilakukan
satu kali penilaian tanpa ada pantauan mengenai kadar gula darah pasien. Namun,
untuk memastikan apakah pasien memiliki riwayat DM atau tidak diperoleh melalui
rekam medis. Nilai rata-rata kadar gula darah berdasarkan skor barthel index di
sajikan dalam bentuk grafik dengan kategori normal dan hiperglikemia pada pasien
stroke iskemik akut dalam gambar 1.
Data pada gambar 1 didapatkan gambaran mengenai jumlah ratarata tingkat
kemampuan ADL terhadap kadar gula darah pasien stroke iskemik akut di RSUD Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Sampel dengan kelompok normoglikemi pada pasien
stroke iskemik akut memiliki nilai ratarata barthel index 10,93 artinya pasien
termasuk dalam kategori ketergantungan sedang/berat. Namun, tidak berbeda pada
pasien dengan kondisi hiperglikemia yang memiliki nilai ratarata Barthel Index 6,95
yang termasuk juga kedalam kategori ketergantungan sedang/berat. Berdasarkan nilai
p yang diperoleh dari hasil uji T-Test memiliki nilai p= 0,016 (p 0,05) artinya
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
717
perbedaan yang muncul didalam grafik tersebut bermakna secara statistik bahwa
hiperglikemia reaktif memiliki peluang untuk mempengaruhi skor Barthel Index pada
pasien stroke iskemik akut.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaro
Shafi’I (2016) pada pasien stroke iskemik dengan kondisi hiperglikemi lebih banyak
23 orang dengan persentase 60,52% dari pada pasien dengan normoglikemi sebanyak
15 orang dengan persentase 39,48%, 14 orang yang mengalami hiperglikemia
mengalami ketergantungan berat dan 3 orang dengan kondisi normoglikemi
mengalami ketergantungan total artinya kondisi hiperglikemia menyebabkan
penurunan tingkat kemandirian pasien (Shafi’i et al., 2016).
Suatu penelitian yang mengukur fungsional pasien terhadap kondisi
hiperglikemia berdasarkan Barthel Index oleh (Gofir et al., 2017) terbukti
berhubungan secara signifikan dikatakan bahwa dalam 48 jam pertama stroke akut,
hiperglikemia telah terbukti mempengaruhi pertumbuhan infark dan kerusakan
neurologis terutama pada pasien non-diabetes dengan stroke iskemik, sehingga kondisi
ini berpotensi menimbulkan hasil fungsional yang lebih buruk. Mekanisme
hiperglikemia memperburuk outcome yaitu dengan meningkatkan ukuran infark,
transformasi hemoragik, kerusakan sawar darah otak, meningkatkan edema serebral,
penurunan CBF regional dan penurunan metabolisme oksidatif yang meningkatkan
glikoliis anaerobik yang kemudian menyebabkan asidosis laktat.
4. Nilai rata-rata barthel index berdasarkan skor kadar gula darah
Penilaian ADL dilakukan untuk menilai tingkat ketergantungan terhadap
aktifitas dasar sehari-hari pasien. ADL diukur dengan menggunakan kuisioner berthel
index oleh dokter dan perawat. RSUDZA menjadikan kuisioner barthel index sebagai
penilaian rutin untuk setiap pasien masuk. Barthel index terdiri dari 10 komponen,
meliputi: kegiatan di tempat tidur, kemampuan berpindah, naik dan turun tangga,
kegiatan di kamar kecil, berpakaian dan melepaskan pakaian, pengontrolan BAB,
pengontrolan BAK, perawatan diri, mandi dan makan. penilaian dilakukan
menggunakan lembar observasi dalam 24 jam pada saat pasien masuk ke ruangan
rawat inap. Nilai rata-rata barthel index berdasarkan skor hiperglikemia reaktif yang
disajikan dalam bentuk grafik dengan kategori barthel index yaitu, ketergantungan
total, ketergantungan berat, ketergantungan sedang, ketergantungan ringan dan
mandiri pada pasien stroke iskemik akut terhadap skor KGD pada gambar 2.
Data pada gambar 2 menggambarkan bahwa adanya perbedaan rerata tingkat
kemandirian ADL dengan kadar gula darah pasien stroke iskemik akut. Pada grafik
tersebut sampel yang memiliki nilai rerata paling tinggi adalah pasien dengan
kelompok tingkat ketergantungan sedang/berat reratanya mencapai 163,58 mg/dL dan
yang paling rendah tingkat reratanya adalah pasien dengan tingkat ADL mandiri
dengan kadar gula darahnya mencapai 116,42 mg/dL.
Tingkat kemandirian ADL memiliki perbedaan rerata yang tipis sehingga
perbedaan ini sejalan dengan hasil dari nilai p= 0,067 (p 0,05) yang di dapatkan dari
hasil uji anova bahwa nilai p tidak signifikan artinya perbedaan yang muncul
berdasarkan grafik tersebut tidak bermakna nyata secara statistik, bahwa kelompok
ADL tidak mempengaruhi skor kadar gula darah pasien stroke iskemik akut. Hasil
yang tidak signifikan ini juga dapat dipengaruhi oleh jumlah variasi dan jumlah
sampel pada penelitian sehingga tidak menimbulkan perbedaan yang bermakna antara
satu variasi dengan variasi yang lain.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nugroho et
al., 2016) status fungsional pasien stroke yang digambarkan pada barthel index paling
banyak terjadi pada tingkat ketergantungan total sebanyak 23 orang dengan persentase
69,70% dan ketergantungan berat 10 orang dengan persentase 30,30% pada penelitian
ini tidak di dapatkan pasien dengan ketergantungan sedang, ketergantungan
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
718
ringan/mandiri, namun penelitian ini dilakukan pada pasien stroke hemoragik
(Nugroho et al., 2016). Namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Shafi’i
et al., 2016) karena ditemukan nilai tertinggi pada pasien dengan tingkat
ketergantungan berat sebanyak 21 orang dengan persentase 55,26%, 14 orang
diantaranya mengalami hiperglikemia dan 7 orang lainnya mengalami normoglikemi
sehingga ketergantungan berat dalam kondisi hiperglikemia yang menjadi dominan.
Hal ini sesuai dengan data pada gambar 2, namun setelah dilakukan uji anova ternyata
tidak memberikan hasil yang signifikan sehingga tidak dapat dipastikan tingkat
ketergantungan sedang/berat memberikan pengaruh untuk kondisi hiperglikemia
(Shafi’i et al., 2016).
5. Hubungan hiperglikemia reaktif dengan Activity Daily Living (ADL) pasien stroke
iskemik akut
Penilaian hiperglikemia reaktif pada penelitian ini dilakukan dengan melihat
kadar gula darah pasien saat pasien masuk ke instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk
pertama kali. KGD yang digunakan yaitu KGD dengan satu kali pengukuran, dimana
pengukuran KGD dilakukan dengan menggunakan darah intravena untuk dilakukan
pemeriksaan darah rutin pada setiap pasien yang datang ke RSUDZA Banda Aceh.
Sedangkan untuk pemeriksaan ADL pasien dilakukan pada saat pasien berada di ruang
rawat inap RSUDZA Banda Aceh, pemeriksaan ADL ini menjadi suatu indikator
kelengkapan data rekam medis sehingga seluruh perawat mampu melakukan
pemeriksaan ADL pasien, ADL pasien akan di periksa dan di observasi pada saat
pasien berada di ruang rawat inap serta pada kondisi pasien sadar, sehingga perawat
dapat mengobservasi aktivitas pasien dan boleh bertanya pada penjaga pasien
mengenai kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas apakah pasien membutuhkan
bantuan ataukan pasien dapat melakukan aktivitasnya dengan mandiri. Hasil uji kai
kuadrat mengenai hubungan hiperglikemia reaktif dengan kemampuan ADL pada
pasien stroke iskemik di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh disajikan dalam Tabel
4 berikut ini.
Data pada tabel 4 didapatkan bahwa terdapat 50 sampel dengan 30 sampel
dalam kondisi normoglikemia dimana 17 responden diantaranya dengan persentase
56,7% mengalami ketergantungan ringan/mandiri. Selain itu terdapat 20 sampel
dengan kondisi hiperglikemia dan 12 sampel diantaranya dengan persentase 60,0%
yang mengalami ketergantungan total. Uji hipotesis yang digunakan untuk menilai
korelasi pada penelitian ini adalah kai kuadrat. Hasil uji tersebut diperoleh nilai p=
0,003 (p 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan
antara hiperglikemia reaktif dengan kemampuan ADL pada pasien stroke iskemik akut
di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh (Roger, 2019) mengatakan bahwasannya
pada pasien stroke iskemik dapat menyebabkan obstruksi arteri didalam otak sehingga
menyebabkan kematian sel dan infark sekitar 87% dari keseluruhan kejadian stroke
(Roger, 2019). Berkaitan dengan tinjauan pustaka bahwa kerusakan otak yang
disebabkan oleh stroke iskemik akut tidak dapat diperbaiki sehingga kondisi
hiperglikemia dapat memperburuk kerusakan setelah terjadi gangguan serebrovaskular
karena keterlibatan banyak jalur yang merusak termasuk stres oksidatif, gangguan
fungsi leukosit, angiogenesis yang abnormal, peningkatan permeabilitas sawar darah
otak dan respon inflamasi (Shukla et al., 2017).
Pada Tabel 4 didapati bahwa pasien dengan kondisi normoglikemi memiliki
tingkat kemandirian ringan/mandiri secara dominan namun juga memiliki pasien
dengan ketergantungan total saat kadar gula darah normal sebanyak 6 orang dengan
persentase 20,0% dan 7 orang dengan persentase 13,3% mengalami ketergantungan
sedang/berat. Hal ini dikuatkan oleh (Mostafa & Mohamed, 2015) bahwa stress
hiperglikemi tidak berkorelasi dengan keparahan stroke secara independen. Namun,
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
719
hal yang menandakan berat atau ringannya kondisi stroke itu sendiri juga dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor risiko yaitu, luas dan lokasi lesi, usia, riwayat penyakit,
lamanya stroke serta terapi yang dijalani (Putri et al., 2017). Menurut (Usrin, 2013)
riwayat hipertensi dan diabetes melitus akan memperbesar probabilitas seseorang
untuk mengalami stroke hemoragik. Diabetes melitus mempercepat terjadinya
aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh
darah besar (makroangiopati) di seluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah
otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita stroke akan
memperbesar luasnya area infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat
metabolisme glukosa yang dilakukan secara anaerob yang merusak jaringan otak.
Rusaknya jaringan otak akan mempengarusi fungsional pasien stroke iskemik baik
secara motorik maupun sensorik (Usrin, 2013).
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh (Cahyati, 2018) bahwa sejalan
dengan penelitian pada tabel 4 dengan status fungsional mandiri pada pasien stroke
sebanyakk 15 orang (28,85%), ketergantungan sedang 37 orang (71,15%) dan tidak
ada pasien dengan ketergantungan total. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh (Hu
et al., 2012) menyatakan bahwa hiperglikemia menjadi faktor risiko independen untuk
hasil fungsional yang buruk diantara pasien stroke iskemik akut.
KESIMPULAN
Pasien stroke iskemik akut dengan kadar gula darah normal sebanyak 30
sampel, dengan tingkat ketergantungan ringan/mandiri 17 orang (56,7%) dan pasien
dengan kondisi hiperglikemia reaktif 20 orang dengan tingkat ketergantungan
sedang/berat sebanyak 12 orang (60,0%).
Pada pasien stroke iskemik akut dengan kondisi hiperglikemia reaktif dan kondisi
normal memiliki tingkat rata-rata ADL 6,95 dan 10,9 yang termasuk dalam kelompok
tingkat ketergantungan sedang/berat.
Terdapat hubungan yang bermakna antara hiperglikemia reaktif dengan
kemampuan ADL pada pasien stroke iskemik akut.
BIBLIOGRAFI
Al-senani, f., al-johani, m., salawati, m., alhazzani, a., morgenstern, l. B., seguel ravest,
v., cuche, m., & eggington, s. (2020). An epidemiological model for first stroke in
saudi arabia. Journal of stroke and cerebrovascular diseases, 29(1), 17.
Https://doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2019.104465
Aninditha, t., & wiratman, w. (eds.). (2017). Buku ajar neurologi (pertama). Departemen
neurologi fkui rscm.
Badiger, s., akkasaligar, p. T., & narone, u. (2015). Hyperglycemia and stroke.
International journal of stroke research, 1(1), 16.
Https://doi.org/10.5923/j.stroke.20130101.01
Benjamin, e., emelia, j., michael, j. B., & stephanie, e. C. (2015). Heart disease and stroke
statistics2017 update. A report from the american heart association. Circu.
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
720
Bernhardt, j., hayward, k. S., kwakkel, g., ward, n. S., wolf, s. L., borschmann, k.,
krakauer, j. W., boyd, l. A., carmichael, s. T., & corbett, d. (2017). Agreed
definitions and a shared vision for new standards in stroke recovery research: the
stroke recovery and rehabilitation roundtable taskforce. International journal of
stroke, 12(5), 444450.
Cahyati, y. (2018). Gambaran kemampuan fungsional pasien stroke di rsud dr. Soekardjo
tasikmalaya. Media informasi, 14(2), 162170.
Chen, r., ovbiagele, b., & feng, w. (2016). Diabetes and stroke: epidemiology,
pathophysiology, pharmaceuticals and outcomes. The american journal of the
medical sciences, 351(4), 380386.
Chia, c. W., egan, j. M., & ferrucci, l. (2018). Age-related changes in glucose
metabolism, hyperglycemia, and cardiovascular risk. Circulation research, 123(7),
886904.
Chugh, c. (2019). Acute ischemic stroke: management approach. Indian journal of
critical care medicine: peer-reviewed, official publication of indian society of
critical care medicine, 23(suppl 2),
s140.https://doi.org/10.1016/j.amjms.2016.01.011
Derakhshanfar, m., raji, p., bagheri, h., jalili, m., & tarhsaz, h. (2020). Sensory
interventions on motor function, activities of daily living, and spasticity of the upper
limb in people with stroke: a randomized clinical trial. Journal of hand therapy.
https://doi.org/10.1016/j.jht.2020.03.028
Edemekong, p. F., bomgaars, d. L., sukumaran, s., & levy, s. B. (2020). Activities of daily
living (adls).
Garg, r., chaudhuri, a., munschauer, f., & dandona, p. (2010). Hyperglycemia, insulin,
and acute ischemic stroke: a mechanistic justification for a trial of insulin infusion
therapy. In stroke. https://doi.org/10.1161/01.str.0000195175.29487.30
George, m. G. (2020). Risk factors for ischemic stroke in younger adults: a focused
update. Stroke, 51(3), 729735.
Gofir, a., mulyono, b., & sutarni, s. (2017). Hyperglycemia as a prognosis predictor of
length of stay and functional outcomes in patients with acute ischemic stroke.
International journal of neuroscience, 127(10), 923929.
Hasanah, u. (2018). Pengaruh motor relearning programme (mrp) terhadap kemampuan
activity of daily living (adl) pada pasien post stroke di makassar [universitas
hasanuddin makassar]. In journal of materials processing technology (vol. 1, issue
1). https://doi.org/10.1109/robot.1994.350900
Heiss, w.-d. (2016). The pathophysiology of ischemic stroke studied by radionuclide
imaging. Journal of neurology & neuromedicine, 1(8).
Hu, g.-c., hsieh, s.-f., chen, y.-m., hu, y.-n., kang, c.-l., & chien, k.-l. (2012). The
prognostic roles of initial glucose level and functional outcomes in patients with
ischemic stroke: difference between diabetic and nondiabetic patients. Disability
and rehabilitation, 34(1), 3439.
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
721
Hui, c., tadi, p., & patti, l. (2020). Ischemic stroke. Statpearls [internet].
Jayanti, a. A. (n.d.). Hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di sulawesi selatan
2013: analisis data riskesdas tahun 20133. Uin syarif hidayatullah jakarta: fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan, 2015.
Karunawan, n. H., pinzon, r. T., & saputro, s. A. (2016). Pengaruh kondisi hiperglikemia
saat masuk rs terhadap luaran fungsional pasien stroke iskemik di rs bethesda.
Cermin dunia kedokteran, 43(2), 8790.
Khare, s. (2016). Risk factors of transient ischemic attack: an overview. Journal of mid-
life health, 7(1), 2.
Kurniawan, i., & andina, m. (2018). Perbedaan kadar gula darah dan tekanan darah
penderita stroke iskemik baru dan rekuren di rsu haji provinsi sumatera utara tahun
2015-2016. Buletin farmatera, 3(2).
Laily, s. R. (2017). Hubungan karakteristik penderita dan hipertensi dengan kejadian
stroke iskemik. Jurnal berkala epidemiologi, 5(1), 4859.
Mayoral, a. P., ibarz, e., gracia, l., mateo, j., & herrera, a. (2019). The use of barthel index
for the assessment of the functional recovery after osteoporotic hip fracture: one
year follow-up. Plos one, 14(2), 116.
Https://doi.org/10.1371/journal.pone.0212000
Menon, b., salini, p., habeeba, k., conjeevaram, j., & munisusmitha, k. (2017). Female
caregivers and stroke severity determines caregiver stress in stroke patients. Annals
of indian academy of neurology, 20(4), 418424.
Https://doi.org/10.4103/aian.aian_203_17
Mi, d., , p., yang, b., pu, y., yang, z., & liu, l. (2018). Correlation of hyperglycemia with
mortality after acute ischemic stroke. Therapeutic advances in neurological
disorders, 11, 1756285617731686. https://doi.org/10.1177/1756285617731686
Mlinac, m. E., & feng, m. C. (2016). Assessment of activities of daily living, self-care,
and independence. Archives of clinical neuropsychology, 31(6), 506516.
https://doi.org/10.1093/arclin/acw049
Mostafa, m. A., & mohamed, n. A. (2015). Effect of glycemic control on the severity and
outcome of stroke in saudi arabia. The egyptian journal of neurology, psychiatry
and neurosurgery, 52(4), 228.
Nugroho, d., sukiandra, r., & mukhyarjon. (2016). Hiperglikemia dengan indeks barthel
pasien stroke hemoragik akut di bangsal saraf rsud arifin achmad provinsi riau.
Jurnal online mahasiswa fakultas kedokteran, 3(1), 110.
Palermo, n. E., gianchandani, r. Y., mcdonnell, m. E., & alexanian, s. M. (2016). Stress
hyperglycemia during surgery and anesthesia: pathogenesis and clinical
implications. Current diabetes reports, 16(3), 33. Https://doi.org/10.1007/s11892-
016-0721-y
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
722
Putri, n. M., mutiawati, e., & mahdani, w. (2017). Hubungan derajat stroke terhadap
status kognitif pada pasien stroke iskemik di poliklinik saraf rumah sakit umum
daerah dr . Zainoel abidin banda aceh relationship degree stroke on the cognitive
status patients ischemic stroke. 2(1), 6167.
Rehman, a., kumar, a., razzaque, s., kumar, a., & ghauri, m. I. (2015). Stress induced
hyperglycemia in stroke patients. Pakistan journal of neurological sciences (pjns),
10(2), 912.
Riset kesehatan dasar aceh. (2019). Laporan provinsi aceh riskesdas 2018. Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan.
Ritonga, i. K. (2018). Perbedaan kadar gula darah dan tekanan darah penderita stroke
iskemik baru dan rekuren di rumah sakit umum haji provinsi sumatera utara tahun
2015-2016.
Roger, f. (2019). Pengetahuan tentang stroke, faktor risiko, tanda peringatan stroke, dan
respon mencari bantuan pada pasien stroke iskemik. Jurnal ilmu keperawatan
medikal bedah, 2(2), 1221.
Rudi, a., & kwureh, h. N. (2017). Faktor risiko yang mempengaruhi kadar gula darah
puasa pada pengguna layanan laboratorium.
Shafi’i, j., sukiandra, r., & mukhyarjon, m. (2016). Correlation of stress hyperglycemia
with barthel index in acute non-hemorrhagic stroke patients at neurology ward of
rsud arifin achmad pekanbaru. Riau university.
Shukla, v., shakya, a. K., perez-pinzon, m. A., & dave, k. R. (2017). Cerebral ischemic
damage in diabetes: an inflammatory perspective. Journal of neuroinflammation,
14(1), 122.
Tumeleng, p., runtuwene, t., & kembuan, m. (2015). Sebaran kebiasaan merokok pada
pasien stroke iskemik yang di rawat inap di bagian neurologi rsu prof. Dr. Rd
kandou manado. E-clinic, 3(1).
Tziomalos, k., dimitriou, p., bouziana, s. D., spanou, m., kostaki, s., angelopoulou, s. M.,
papadopoulou, m., giampatzis, v., savopoulos, c., & hatzitolios, a. I. (2017). Stress
hyperglycemia and acute ischemic stroke in-hospital outcome. Metabolism: clinical
and experimental, 67, 99105. https://doi.org/10.1016/j.metabol.2016.11.011
Usrin, i. (2013). Pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke
hemoragik di ruang neurologi di rumah sakit stroke nasional (rssn) bukittinggi tahun
2011. Kebijakan, promosi kesehatan dan biostatiskik, 2(2).
Wang, l., luk, c. T., cai, e. P., schroer, s. A., allister, e. M., shi, s. Y., wheeler, m. B.,
gaisano, h. Y., & woo, m. (2015). Pten deletion in pancreatic α-cells protects against
high-fat dietinduced hyperglucagonemia and insulin resistance. Diabetes, 64(1),
147157.
Whitiana, g. D., vitriana, & cahyani, a. (2017). Level of activity daily living in post stroke
patients. Althea medical journal, 4(2), 261266. https://doi.org/10.2337/db13-1715
Nidia Zandra Zulkifli, Imran, Herlina Dimiati /Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6), 707-723
Hubungan Hiperglikemia Reaktif Dengan Kemampuan Kegiatan Hidup Sehari-Hari Pada Pasien
Stroke Iskemik Akut
723
World health organization. (2018). Global burden of stroke. Seminars in neurology,
38(2), 208211. https://doi.org/10.1055/s-0038-1649503
Wulandari, d., & kurnianingsih, w. (2018). Pengaruh usia, stres, dan diet tinggi
karbohidrat terhadap kadar glukosa darah. Infokes: jurnal ilmiah rekam medis dan
informatika kesehatan, 8(1).
https://doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2019.104465
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY ND)
license (https://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).